NovelToon NovelToon
TRAUMA

TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam / Idola sekolah
Popularitas:695
Nilai: 5
Nama Author: Fidha Miraza Sya'im

Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.

Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.

Kau salah . . . . . !!!

Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.

Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.

Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Acara kelulusan akhirnya usai dan semua murid berhamburan keluar dari gedung sekolah, tak ketinggalan Ryo dan Raysha yang buru-buru menuju ke parkiran.

"Raysha . . . ". Ryo berteriak memanggil Raysha yang sudah berjalan di depan gerbang. Ia menghampirinya.

"Apa?". Raysha menoleh.

"Loe sendiri saja?". Ryo melirik ke sekitar.

"Loe enggak lihat gue lagi sendiri atau lagi rame-rame? Lagian apaan sih? Elo pasti mau nanya Briana dimana kan? Gue enggak tahu". Raysha memutar bola mata nya.

"He he he, elo tahu saja kalau gue mau nanyain dia". Ryo menggaruk kepalanya.

"Elo beneran enggak tahu Briana dimana?". Ryo masih tidak percaya.

"Iya, gue beneran enggak tahu lho Ryo. Mungkin dia sudah pulang, soalnya terakhir gue lihat dia di dalam kelas, terus pas gue balik dari toilet dia nya sudah enggak ada di dalam kelas, bahkan tasnya pun juga enggak ada". Jawabnya.

"Hmm... Kalau begitu dia pasti sudah pulang. Gue sudah memeriksa di berbagai tempat di sekolah ini, bahkan di tempat biasanya dia menyendiri, tapi dia juga enggak ada dan mobilnya juga sudah enggak ada diparkiran. Oh ya! Coba loe telpon dia soalnya gue agak khawatir nih sama dia". Ryo merasa sedikit gelisah.

"Enggak lah! Elo saja, elo kan tahu Briana sudah enggak mau kenal lagi sama gue apa lagi nerima telpon dari gue". Raysha menolaknya.

"Huffft, gue agak takut juga mau nelpon dia, lagian kan gue enggak punya nomor ponselnya he he he". Ryo nyengir sambil mengacak rambutnya.

Sedangkan Raysha menepuk jidatnya.

"Ya ampun, cowok apaan sih elo, masa nomor ponsel gebetannya sendiri enggak tahu. Lagian kan elo ketua osis sekaligus ketua kelas, masa iya elo enggak punya nomor ponselnya Briana. Kebangetan loe".

"Ya mau gimana lagi, rang Briana nya sendiri enggak pernah mencantumkan nomor ponselnya setiap kali di pinta biodata untuk kepentingan sekolah".

Raysha sedikit berpikir "Ya juga sih, gue saja kalau bukan karena adik gue mungkin gue juga enggak bakalan tahu nomor ponsel nya. Eh . . . Sudah aah, kok gue jadi kelamaan ngobrolnya sama elo. Gue mau cabut, entar bokap gue ngamuk kalau gue enggak pulang cepat-cepat soalnya lagi banyak kerjaan di bengkel".

"Gue ikut ya?".

"Mau ngapain? Ntar di kira orang tua gue, gue bawa pacar gue lagi, enggak enggak enggak". Raysha merasa geli membayangkan hal itu.

Begitu juga dengan Ryo "Idih . . . Perasaan amat loe. Gue mau ikut loe karena gue sekalian mau memeriksa mesin mobil gue, soal nya gue ngerasa ada yang enggak enak sama mobil gue. Kan tadi sudah gue bilang sama loe".

"Ouh gitu, ya sudah kalau gitu. Berarti nih gue nebeng sama elo ya hi hi hi". Raysha langsung bergerak menuju ke mobil Ryo.

"Kalau loe nebeng sama gue, terus motor loe mau elo letak mana?". Ryo pun mencegahnya.

"Gue enggak bawa motor hari ini. Motor gue mogok, jadi gue naik taxi online. Minggir loe". Raysha menggeser tubuh Ryo agar tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam mobil sport hitam itu.

...

Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai ke bengkel sekaligus rumah Raysha. Ryo memarkirkan mobilnya ke dalam bengkel keluarga Sha.

"Briana . . . ". Keduanya terkejut melihat sosok Briana berada di teras rumah Raysha yang tak jauh dari bengkel dan ia pun sedang bermain boneka puppet bersama adik semata wayang Raysha yakni Pasha.

"Pa . . . Ini teman Ray namanya Ryo. Dia mau memeriksa mesin mobilnya, katanya agak rada-rada enggak enak bawanya". Raysha langsung meminta sang papa untuk menangani mobil Ryo.

"Iya Om, mungkin karena kemarin aku kebut-kebutan bawanya jadi butuh di service mobilnya he he he". Ia mengingat penyebab mobilnya jadi butuh perawatan itu karena sibuk mengejar Briana ketika ia bolos sekolah.

"Hmm . . . Ya sudah biar om check dulu". Beliau pun sigap menanganinya.

"Iya Om".

"Raysha, nanti kalau kamu sudah siap ganti pakaian, kamu langsung balik kesini ya. Bantuin Mama, dari tadi pagi Mamamu enggak kelar-kelar bantuin Papa di sini, kasihan". Pak Ukasha memerintahkannya.

"Iya Pa, ya sudah Raysha masuk ke dalam dulu ya. Ehh . . . Elo mau nunggu disini atau di dalam rumah gue? Biar sekalian gue buatkan elo minum". Raysha bertanya usai mereka di tinggalkan Pak Ukasha.

"Ke rumah loe saja deh, sekalian gue mau nge - cas hp gue. Gue kelupaan soalnya he he he". Ryo sengaja agar ia bisa bertemu dengan Briana.

"Ya sudah, ayok lah masuk". Raysha mempersilahkan ia masuk.

Briana dan Pasha pun menoleh ketika melihat Raysha dan Ryo berjalan menuju ke dalam rumah kemudian Briana berpaling memandang Pasha lalu mengajaknya untuk pindah ke ruangan lain.

"Ehh kamu sudah pulang Raysha? Ini siapa? Pacar kamu Raysha?". Tiba-tiba Mamanya muncul dan menghentikan langkah mereka. Beliau melihat Ryo yang berada di samping Raysha.

Ryo pun menyalami wanita paruh baya tersebut.

"Bukan tante, aku Ryo temannya Raysha dan Briana, aku kesini karena mau benerin mobil aku tante". Tuturnya dengan ranah dan lembut.

Briana meliriknya ketika Ryo berkata bahwa mereka berteman.

"Ouh kirain pacar kamu Raysha. Soal nya jarang-arang kamu bawa teman cowok kamu ke rumah fu fu fu fu biasanya selalu ke bengkel". Bu Tasha terlihat curiga dan enggak percaya bahwa mereka temanan.

"Enggak Ma, Ryo ini beneran teman aku, bukan pacar aku. Mama ini main ngasal sebut saja. Lagian selera pacarnya aku itu bukan kayak dia". Raysha mencibir Ryo sembari sesekali melirik ke arah Briana.

"Oh iya deh iya. Oh ya! Tadi kata Briana kamu jadi panitia di acara kelulusan ya makanya kalian pulangnya enggak barengan?". Bu Tasha malah menyinggung alasan Briana datang sendirian.

Raysha melirik ke arah Briana yang perlahan mendorong kursi roda Pasha. Ia tahu bahwa Briana sedang berbohong.

"I . . . Iya Ma".

"Memangnya elo jadi panitia ya? Perasaan gue elo eng . . . ". Ryo mencetusnya, secara spontan Raysha menginjak kaki Ryo.

"Auuu . . . ." Ryo merintih kesakitan pada kakinya.

Raysha memelototi Ryo.

"I . . Iya tante. Raysha jadi panita, makanya Raysha pulangnya terlambat". Ryo pun terpaksa ikut-ikutan berbohong.

"Ouh, ya sudah kalau gitu Tante tinggal dulu ya. Kalian jangan macam-macam, oke?". Beliau meninggalkan mereka.

"Lagian siapa juga yang mau macem-macem sama cowok astral kayak loe". Raysha ngedumel sembari memplototin Ryo.

"Loe pikir gue mau macam-macam sama cewek jadi-jadian cowok kayak elo ha ha ha. Ya sudah sana bikinin gue minuman, gue haus banget nih, kalau bisa minuman dingin ya he he he". Ryo merebahkan badannya pada sofa empuk di ruang tamu Raysha.

"Iya iya. Bentar, gue ganti baju dulu, baru gue buatin loe minuman". Raysha memutar bola matanya lalu meninggalkan Ryo sendirian.

Mata Ryo berpaku memandangi sosok Briana yang tidak biasanya. Kali ini Ryo melihat Briana seperti bukan dirinya yang ia kenal bak bagaikan patung hidup.

Briana tampak ceria dan hangat ketika bermain bersama Pasha. Untuk pertama kalinya Ryo melihat senyum dan tawa Briana yang selama ini yang ternyata ia sembunyikan.

Sayup-sayup angin mengembuskan setiap helai rambut Briana dan sesekali ia menyelipkan rambutnya pada telinganya.

Bagaikan bidadari turun dari syurga, pancaran sinar yang entah dari mana munculnya memancar pada wajah Briana sehingga wajahnya yang putih bening terlihat semakin memukau dan bersinar.

"Awas sampai keluar mata loe ngeliatinnya". Tiba-tiba Raysha muncul membuyarkan Ryo yang matanya berbinar-binar menatap Briana, tak lupa ia membawa kan segelas air soda untuk Ryo.

"Aah, elu ganggu saja. Oh ya itu beneran Briana kan?". Ryo masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Hmm . . . Kenapa? Elo kaget ngeliat nya?". Raysha duduk di sofa yang tak jauh darinya sembari melihat Briana.

"Yaaa elo kan tahu sosok Briana yang selama ini gimana. Kali ini gue ngeliat dia itu bukan seperti Briana yang gue kenal. Dia benar-benar beda, dia seperti orang lain. Apa jangan-jangan itu kembarannya ya?". Ryo mengerutkan dahinya namun tak lepas memandangi Briana.

Tiba-tiba Raysha menoyor jidat Ryo.

"Apaan sih loe. Dia itu anak tunggal ha ha ha. Yang elo lihat sekarang, itu lah Briana yang sesungguhnya, Briana yang ceria, penyayang dan hangat, bukan Briana yang selama ini kita kenal disekolah. Awalnya gue juga sama kagetnya seperti elo, waktu pertama kali dia ke bengkel gue terus dia enggak sengaja ketemu sama adik gue Pasha. Ia simpatik sama Pasha, gue pikir dia hanya sekedar kasihan sama Pasha karena keterbatasan nya, tapi gue salah. Ternyata Briana benar-benar tulus sayang sama Pasha. Briana selalu memberikan harapan untuk Pasha sehingga membuat Pasha kembali ceria dan menjadi semangat untuk hidup dan menjadi percaya diri dengan keterbatasannya. Sejak itu adik gue terus berusaha untuk belajar dengan giat. Entah sihir apa yang di miliki Briana sampai-sampai Pasha begitu sayang pada dirinya melebihi sayangnya ke gue he he he. Gue sih sama sekali enggak merasa iri, malah gue senang banget ngeliatnya. Melihat adik gue enggak putus asa lagi seperti dulu. Gue sangat berterimakasih sama Briana. Makanya gue enggak sedikit pun punya maksud dan tujuan jahat berteman dengan nya. Gue benar-benar tulus berteman dengannya dan gue beruntung punya teman seperti dia. Sayangnya Anya tidak melihat apa yang gue lihat. Mata hatinya tertutup untuk melihat sisi aslinya Briana karena rasa irinya. Makanya sampai sekarang ia masih belum puas untuk memanfaatkan Briana demi keuntungannya sendiri. Dan masih banyak lagi hal yang belum kita ketahui tentang Briana, entah apa itu, kita enggak pernah tahu, selama Briana pandai menyembunyikan sosok asli dirinya". Raysha menceritakan alasan tujuan ia berteman dengan Briana.

Mata mereka masih memandangi keceriaan Briana yang sedang bermain bersama Pasha. Ryo semakin kagum pada sosok tersebut, senyuman indah yang terukir takkan mungkin ia sia-siakan begitu saja. Diam-diam ia mengabadikan momen tersebut dalam ponselnya agar ia bisa melihatnya setiap saat.

1
Fidha Miraza Sya'im
Biarkan Bintang Yang Menjawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!