Kumpulan Cerita Pendek Horor
Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.
Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.
Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.
Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Suara Ketukan Pintu
Putri melangkah menuruni anak tangga dengan pelan. Malam ini ia tidak bisa tertidur nyenyak, rasa kantuknya tiba-tiba saja menghilang. Untuk menghilangkan rasa bosan di kamar, ia akhirnya keluar menuruni anak tangga. Berharap jika salah satu sepupunya masih terbangun dan bisa bermain bersamanya.
Ia menoleh ke arah ruang televisi saat mendengar benda persegi tersebut masih menyala. Ia melangkah pelan menuju ruang televisi untuk melihat seseorang yang masih terjaga malam ini.
"Kek," panggil Putri seraya melangkah mendekat ke arah kakeknya.
"Eh Putri." Kakek menepuk tempat di sebelahnya, "duduk sini, kamu kenapa belum tidur?" tanyanya dengan lembut.
Putri menggelengkan kepalanya dengan pelan, "gak bisa tidur," jawabnya sebal.
Kakek menganggukkan kepalanya mengerti, "Om kamu juga kayanya belum tidur, Kakek liat dia keluar main sama temennya," ujarnya memberitahu.
Putri hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai balasan perkataan kakeknya. Ia menatap layar televisi yang menampilkan film barat yang tidak ia mengerti.
"Mau tidur di sini?" tawar kakeknya pada Putri.
"Gapapa?" Putri menatap kakeknya dengan ragu.
Kakek tertawa kecil, "ya gapapa dong."
Putri menganggukkan kepalanya dengan semangat, "ya udah, aku tidur di sini aja," balasnya seraya beranjak dari tempatnya, "aku ambil boneka dulu ya Kek."
Kakek menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kecil. Ia terus melihat Putri yang berlari ke bagian belakang rumah, memastikan agar cucunya itu tidak terjatuh.
Sedangkan Putri terus berlari dengan cepat menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia menaiki undakan anak tangga untuk mengambil bonekanya yang berada di dalam kamar.
Sesampainya di kamar, ia langsung mengambil boneka kesayangannya untuk menemaninya tidur. Setelah selesai, ia kembali menuruni anak tangga dengan sedikit berlari ke arah depan televisi untuk menghampiri kakeknya.
Kakinya terhenti saat melihat salah satu omnya sedang berbicara dengan kakeknya. Ia melangkah pelan ke arah kedua orang dewasa tersebut yang masih sibuk berbicara.
Kakek dan omnya menoleh saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Mereka menatap ke arah Putri yang terdiam di dekat sofa dengan terus memeluk boneka kesayangannya.
"Belum tidur Put?" tanya Banu saat melihat keponakannya masih terjaga.
"Tidur di sini dia," jawab Kakek memberitahu.
Putri tersenyum tipis seraya melangkah menghampiri Kakek dan omnya. Ia duduk di samping omnya seraya menatap layar laptop yang menyala, "mau ngapain Om?" tanyanya ingin tau.
"Kamu mau Om liatin video setan gak?" tawar Banu seraya mencari video yang sempat ramai dibicarakan teman-temannya.
"Setan Om?" Putri menatap Banu dengan bingung.
Banu menganggukkan kepalanya, "iya."
"Mana?"
"Takut gak?" tanya Banu memastikan.
Putri menggelengkan kepalanya, "gak Om."
"Bener?"
"Iya," balas Putri seraya menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Video apaan?" tanya Kakek ingin tau.
"Dari temen Pah, video petasan tapi ada kuntilanaknya," jawab Banu memberitahu.
"Di mana itu?"
"Di depan, rumah tua yang deket masjid. Ituloh yang rumahnya ada kebun singkongnya," jelas Banu seraya menunjuk ke arah tempat rumah tua berada.
Kakek menganggukkan kepalanya mengerti, "itu emang rumah lama, kebiasaan emang. Kejadian kapan?"
"Malem takbiran, gak sengaja ke rekam sama temen." Banu mulai mengklik video tersebut, "nih Put, sini liat."
Putri mendekat ke arah Banu dengan wajah penasaran. Ia cukup berani untuk melihat video hantu atau sejenisnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memfokuskan penglihatannya, berharap hantu yang akan ia lihat benar-benar muncul di dalam video tersebut.
Tak lama, sebuah sosok muncul di dekat petasan. Sosok tersebut muncul dengan bentuk berwarna putih yang semakin lama semakin besar. Di dalam video tidak ada yang menyadari sosok perempuan tersebut, mereka semua masih asik menikmati petasan yang sudah dibakar.
"Ini temen kamu gak sadar ngevideoin setan?" tanya Kakek dengan rasa penasaran tinggi.
Banu menggelengkan kepalanya, "dia sadarnya pas pagi Pah. Pas lagi ngevideoin, dia bilang gak liat apa-apa," jawabnya.
Saat petasan tersebut meledak dengan keras, kuntilanak tersebut masih tetap berdiri di sana. Saat mulai melemah, baru beberapa detik kemudian menghilang entah kemana.
"Asli gak tuh?" tanya Kakek dengan ragu.
"Asli Pah, lagian ini divideoin langsung. Gak di edit apa-apa, lagian temen aku juga gak bisa ngedit." Banu mematikan laptopnya seraya memasukkannya ke dalam tas.
"Mau kemana?" tanya Kakek saat melihat Banu tampak rapih.
"Main," jawab Banu singkat.
"Pulang jam berapa?"
"Gak tau." Banu menoleh ke arah Putri yang terdiam, "kamu tidur di sini Put?" tanyanya memastikan.
"Iya Om." Putri menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Kenapa gak di kamar? Banyak nyamuk loh di sini," tanya Banu lagi.
"Gak bisa tidur Om."
"Jangan ngompol ya," ucap Banu seraya tertawa kecil.
Putri menampilkan gigi susunya yang masih belum rata, "udah gede Om."
"Sekarang berapa tahun?"
"Delapan," jawab Putri seraya membentuk jarinya dengan angka delapan.
"Tapi masih suka ngompol," balas Banu dengan meledek Putri. Lalu ia menoleh ke arah ayahnya yang sedari tadi terdiam. "Ya udah Pah aku main dulu."
"Hati-hati."
"Iya." Banu menatap Putri yang juga sedang menatapnya, "hati-hati Put, nanti disamperin kuntilanak di video loh," ucapnya menakuti.
"Ih!!!"
Banu tertawa keras seraya melangkah keluar dari rumah. Ia menghampiri beberapa temannya yang sudah menunggunya di depan rumahnya.
Kakek menggelengkan kepalanya melihat keisengan anak ketiganya. Ia menoleh ke arah Putri yang masih terlihat kesal, "udah tidur yuk, gak usah dipikirin."
Putri menganggukkan kepalanya setuju, "iya ayo tidur Kek."
"Filmnya mau tetep nyala atau mati?" tanya Kakek pada Putri
"Nyala aja Kek," ucap Putri seraya membayangkan jika suasana terlalu sepi bisa mendengar suara tangisan atau cekikikan dari kuntilanak.
Karena video yang ditontonnya tadi, ia mulai sedikit parno. Walaupun ia termasuk anak yang pemberani, tetapi rasa takut itu masih ada.
Putri memejamkan matanya, mencoba untuk tertidur dengan nyenyak. Begitupun dengan kakeknya yang langsung memejamkan matanya untuk beristirahat.
Lama berusaha untuk terpejam, rasa kantuk tidak kunjung datang. Ia menoleh ke arah kakeknya yang sudah tertidur pulas. Kakeknya mudah sekali untuk tertidur, sedangkan dirinya tidak bisa seperti itu.
Tok... Tok... Tok....
Putri menatap pintu utama, memastikan jika telinganya tidak salah mendengar. Ia mendengar jika pintu utama diketuk dengan pelan dari luar rumah.
Tok... Tok... Tok....
Pintu kembali diketuk tiga kali dengan pelan.
Tok... Tok... Tok....
Tok... Tok... Tok....
Putri tersentak, ketukan tersebut semakin lama semakin cepat dan jelas. Orang yang berada di luar seperti tidak sabaran. Pikiran buruk mulai menghantuinya, takut jika yang mengetuk pintu ialah sosok kuntilanak yang ia tonton tadi. Ia mencoba kembali memejamkan matanya, mencoba untuk tidak peduli dengan ketukan yang membuat jantungnya berdetak kencang.
Tok... Tok... Tok....
"Siapa itu?"
Putri membuka matanya kembali saat mendengar suara kakeknya. Ia terus menatap kakeknya yang terbangun karena suara ketukan pintu utama.
"Kakek," panggil Putri seraya melangkah mendekat ke arah kakeknya.
"Belum tidur?" tanya Kakek pada Putri yang terlihat masih segar.
"Gak bisa tidur Kek," jawab Putri seraya menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Bentar Kakek mau buka pintu, siapa juga yang bertamu malam-malam begini," ujar Kakek dengan kesal.
"Om," balas Putri mencoba menghilangkan ketakutannya.
Kakek menganggukkan kepalanya setuju dengan jawaban cucunya, "iya kali ya, gak jadi main."
Cklekk
Kakek membuka pintu utama untuk melihat seseorang yang bertamu malam hari ini. Ia mengerutkan keningnya dengan bingung saat tidak ada siapapun berada di depan rumahnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang yang terus mengetuk pintu rumahnya malam-malam.
Putri bersandar di dekat pintu dengan tangan yang memeluk boneka teddy bear, "siapa Kek?"
Kakek menggelengkan kepalanya seraya mendorong Putri untuk masuk ke dalam rumah. Ia kembali menutup dan mengunci pintu rumahnya, "ayo tidur lagi."
"Kek? Siapa?" tanya Putri ingin tau.
"Orang iseng kali," jawab Kakek asal.
Putri menganggukkan kepalanya mengerti dengan jawaban yang kakeknya berikan. Ia kembali menghampiri kasurnya yang berada di depan televisi. Ia memposisikan dirinya agar nyaman di atas kasur, lalu mulai memejamkan matanya untuk segera tertidur.
"Yuk tidur lagi."
Putri menganggukkan kepalanya dengan pelan seraya memejamkan matanya. Kedua tangannya memeluk boneka kesayangannya dengan erat. Mencoba terus mengundang rasa kantuk agar ia segera tertidur pulas.
Tok... Tok... Tok....
Lagi, ketukan pintu kembali terdengar. Putri tidak jadi memejamkan matanya, ia menjadi sedikit terganggu karena suara ketukan itu.
Tok... Tok... Tok....
Kakek masih terdiam, mencoba memastikan jika pendengarannya salah.
Tok... Tok... Tok....
"Kakek." Putri membalikkan tubuhnya menghadap ke arah kakeknya.
Kakek beranjak kembali dari kasurnya, lalu kembali melangkah menuju pintu utama, "Kakek liat dulu."
"Ikut Kek," ucap Putri yang tidak ingin ditinggal sendiri.
"Ayo."
Putri melangkah menghampiri kakeknya yang terlihat tampak kesal. Ia memeluk bonekanya dengan erat, mencoba melampiaskan rasa takutnya pada boneka yang ia peluk.
Suara ketukan pintu kembali terdengar dan semakin cepat. Seperti seseorang yang tidak sabar agar pemilik rumah segera membukakan pintu.
Cklekk
Kosong, tidak ada siapa-siapa. Kakek mengerjapkan matanya bingung karena sudah kedua kalinya tidak ada orang lain di depan rumahnya. Ia mulai merasa takut saat ini, tidak mungkin orang iseng yang mengetuk rumahnya di tengah malam.
"Mungkin angin," ucap kakeknya agar Putri tidak takut.
Putri terdiam dengan wajah ketakutan. Ia masih terus berpikir bagaimana caranya angin mengetuk pintu rumahnya dengan kencang. Ia jadi membayangkan jika angin memiliki sebuah tangan untuk mengetuk pintu rumah kakeknya.
Putri
Putri menoleh ke belakang saat mendengar suara bisikan yang memanggil namanya. Seperti ada yang memanggilnya dari lorong rumah yang panjang.
"Yuk tidur lagi," ajak kakeknya.
Putri menganggukkan kepalanya dengan pelan seraya melangkah menuju kasur di depan televisi. Ia mulai merasa takut saat ini, ditambah dengan adanya suara ketukan pintu dan bisikan yang memanggil namanya.
Saat ini yang ia pikirkan cuman satu. Seseorang yang mengetuk pintu rumahnya berkali-kali dan suara bisikan lirih tersebut berasal dari kuntilanak yang ia lihat di dalam video milik omnya.
•••