"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam dirumah calon mertua.
Setelah berpamitan pada kedua orang tua Inara, Faras pun segera meninggalkan kediaman calon mertuanya itu, hendak bertolak menuju kediaman orang tuanya, bersama dengan Inara tentunya.
"Davin dan kedua orang tuanya juga akan ikut makan malam bersama malam ini." beritahu Faras, mengingat selain ia dan Davin bersahabat, papa Rasya pun menjalin pertemanan dengan ayahnya Davin. Sehingga malam hari ini kedua orang tua Davin termasuk dari salah satu tamu undangan yang hadir di kediaman papa Rasya. Awalnya papa Rasya ingin mengadakan pesta pertunangan untuk Faras, namun urung dilakukan karena Faras yang tidak menginginkan pesta pertunangan. pria itu ingin langsung saja mengadakan pesta pernikahan tanpa adanya pesta pertunangan segala. entah apa alasan Faras hingga tak menginginkan pesta pertunangan yang jelas hanya dia yang tahu....
Inara mengangguk paham tanpa berniat menanyakannya lebih dalam lagi tentang Davin ataupun orang tuanya, mengingat Faras pernah berpikir dirinya dan Davin menjalin hubungan spesial. Bukannya ingin berbesar kepala dan berpikir Faras cemburu, namun Inara tidak ingin suasana berubah keruh nantinya jika ia banyak menimpali obrolan tentang Davin.
"Satu lagi, rubah panggilanmu padaku jika kita tidak sedang berada dikantor!." pinta Faras.
"Kalau begitu, aku harus memanggil tuan dengan sebutan apa?." Inara memilih bertanya terlebih dahulu agar tidak salah menyematkan panggilan pada calon suaminya tersebut.
"Terserah kau saja!."
"Kalau Abang gimana?."
"Kau itu calon istriku, bukan adikku." cetus Faras yang kurang srek dengan panggilan yang biasa digunakan oleh Za dan Zi untuknya tersebut.
"Katanya terserah...gimana sih....???." Inara bergumam lirih dengan nada kesal.
"Apa kau mengatakan sesuatu barusan?."
"Bukan apa-apa, mas..." jawab Inara tanpa sadar memanggil Faras dengan sebutan mas dan itu mampu membuat Faras menolehkan pandangan padanya.
"Mas ..." cicit Faras.
Inara sontak saja menutup mulutnya dengan telapak tangannya saat tersadar akan panggilannya pada Faras barusan.
"Lumayan..." sambung Faras seraya manggut-manggut dengan entengnya. Padahal dalam hati senang bukan main.
"Jadi, sekarang aku boleh memanggil tuan dengan sebutan mas???." tanya Inara memastikan.
"Hemt." singkat, padat dan jelas.
Dua puluh menit kemudian, mobil Faras tiba di kediamannya, atau lebih tepatnya kediaman orang tuanya. Bukankah anak yang masih tinggal bersama kedua orang tuanya kesannya menumpang.
"Ayo turun!." Faras mengulurkan tangannya untuk membantu Inara turun dari mobil.
"Iy_iya mas." dengan perasaan gugup Inara menyambut uluran tangan Faras.
Di teras depan terlihat si kembar Za dan Zi yang sejak tadi menanti kedatangan kakak laki-lakinya itu yang menjemput sahabat mereka.
"Ya Tuhan....kau cantik sekali Inara...." Za sampai terpaku melihat penampilan sahabat sekaligus calon kakak iparnya tersebut, begitu juga dengan Zi.
"Ayo!." baru saja bergabung dengan Za dan Zi, Faras sudah mengajak Inara untuk segera masuk ke dalam rumah bersamanya.
"Baik, mas."
Sebelum ikut bersama Faras, Inara pamit terlebih dahulu pada Za dan juga Zi. "Aku masuk duluan ya."
Za dan Zi sama-sama mengangguk, sebelum sesaat kemudian saling melempar pandangan satu sama lain. "MAS.....????." kompak Za dan Zi mengucap kosa kata tersebut setelah Inara dan Faras memasuki pintu utama.
"Kakak nggak salah dengar kan, dek??." Za bertanya pada Zi untuk memastikan pendengarannya.
"Enggak kak, Zi juga dengarnya begitu. Inara memanggil bang Faras dengan sebutan MAS..." sahut Zi sejelas mungkin.
"Tidak mungkin Inara berani merubah panggilannya kalau bukan Abang yang memintanya." komentar Za.
"Zi juga berpikir begitu, kak."
Sebagai saudara kandung Faras tentunya si kembar tahu betul dengan sikap dan watak dari kakak laki-laki mereka tersebut.
Tak Lama kemudian, si kembar Za dan Zi pun menyusul masuk ke dalam rumah, di mana saat ini beberapa rekan bisnis dari SJ group serta teman-teman ayahnya telah berkumpul untuk menghadiri undangan makan malam dari papa Rasya.
"Cantik sekali calon menantumu, Rasya. putra mu memang pandai mencari calon istri." puji salah seorang pria paru baya yang tak lain adalah ayahnya Davin.
"Davin juga pernah cerita kalau dia naksir sama salah seorang rekan kerjanya. Tapi sayangnya sudah keduluan sama pria lain, gadis itu sudah dilamar oleh seseorang, bukan begitu Davin?."
Davin yang tengah duduk tak jauh dari Faras tersebut pun hanya bisa mengangguk lemah mengiyakan perkataan sang ayah.
"Benarkah begitu, Davin?." papa Rasya ikut bertanya dengan senyum tipisnya. bukannya berniat menertawakan nasib Davin namun papa Rasya berpikir sebagai laki-laki Davin terlalu lamban.
Davin kembali mengangguk, sedangkan Faras terus menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Memangnya siapa gadis itu, Vin??? apa Om kenal?." tanya Papa Rasya basa-basi. sebagai mantan pimpinan di SJ group sebelum sekarang digantikan oleh sang putra, tentu saja papa Rasya cukup mengenal para pegawainya, walaupun tak semuanya.
"Adalah Om, yang jelas gadis itu sangat cantik dan baik." jawab Davin seraya melirik pada Inara. "Tapi nggak papa ,Om, Davin Ikhlas dia menikah dengan pria yang dicintainya. Bukankah mencintai tak harus memiliki." sambung Davin.
"Om salut sama kamu Vin. pria sejati memang harus tegar dan jangan pernah berputus asa." papa Rasya memberikan semangat pada Davin tanpa tahu jika gadis yang dimaksud oleh Davin tak lain adalah calon menantunya, Inara.
Malam ini Papa Rasya selaku ayah dari Faras, selain memperkenalkan Inara sebagai calon menantunya, pria itu pun mengumumkan hari pernikahan Faras dan Inara yang akan dilangsungkan dua Minggu mendatang.
Setelah acara makan malam usai, Faras pun mengantarkan Inara pulang.
"Maaf Karena sibuk menyiapkan acara makan malam tadi, saya tidak sempat menepati janji mengajakmu melihat-lihat rumah baru kita." Tutur Faras di saat mereka berada diperjalanan.
"Tidak apa-apa mas. Lagipula masih ada lain waktu." sahut Inara.
"Bagaimana kalau besok, saat istirahat makan siang?." Faras meminta persetujuan Inara.
"Terserah mas saja." lagi, sahut Inara menurut saja.
Setelahnya, suasana di dalam mobil terlihat hening sampai beberapa saat kemudian pertanyaan Faras memecah keheningan.
"Apa kamu tidak memiliki perasaan apapun terhadap Davin?."
Inara mengeryit kan dahi. "Maksud, mas?."
"Aku rasa kau cukup peka dengan pengakuan serta gadis yang dimaksud oleh Davin tadi." Faras menoleh sejenak pada Inara sebelum sesaat kemudian kembali fokus menatap garis putih jalanan.
Inara menghela napas, kini ia paham dengan maksud dari ucapan Faras.
"Bukankah semua orang berhak mencintai siapapun yang diinginkan hatinya dan tidak ada seorangpun yang berhak melarangnya. Tetapi, bukan berarti orang yang dicintai tersebut wajib membalasnya, bukan begitu? sama seperti yang dialami pak Davin, aku pun pernah mengungkapkan perasaanku terhadap seseorang dan aku pun tak bisa memaksanya menerima cintaku." ujar Inara dengan senyum miris diwajahnya.
Deg.
Sepertinya Faras paham akan sosok yang dimaksud oleh Inara.
dan Inara gampang ke makan omongan orang...
mana kepikiran Inara klo kamu juga mencintai nya...
Yuni jadi tersangka pil kontrasepsi...
kamu tau Amanda hanya iri padamu...
malah dengerin kata kata Amanda 🤦♀️
tp tdk untuk lain kali