NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 9

Hari Pertama Kerja.

Sebulan kemudian.

Lila sudah rapi dengan pakaian kerjanya, sebulan tinggal di rumah Vito dengan pengawasan dokter Alfad akhirnya kaki Lila sembuh total, sesuai perjanjian, jika dia sudah sehat Vito akan mengantarnya pulang ke apartemen Ismara dan boleh masuk kerja.

"Hari pertama kerja, kamu sudah bawa bekal?" tanya Ismara saat melihat Lila memasukkan masakannya ke dalam boks kecil.

"Ini untuk Tuan Vito, buat ambil hati." ujar Lila tersenyum simpul.

Hati-hati dengan hati, jangan sampai kamu jatuh hati pula dengan Vito." Ismara mengingatkan sahabatnya.

"Tenang, hatiku sudah dipagar besi." ujar Lila sambil mengangkat tangannya membentuk kata aman.

Lila membawakan bekal untuk Vito, hanya ingin menunjukkan pada Vito bahwa dia masih perduli dengan sarapan Vito, karena dari awal Vito menyukai masakannya, Lila rela menjadi koki Vito selama satu bulan. Menurut informasi dari Niko selama Lila memasak di rumah Vito, Vito hampir tidak pernah makan diluar.

"Isma! aku berangkat."

"Iya! hati-hati di jalan."

Lila keluar, kemudian berjalan melewati pintu lift, dia memilih menuruni anak tangga, hitung-hitung olahraga pikir Lila.

"Selamat pagi Non!" sapa satpam apartemen begitu Lila melewati gerbang apartemen.

"Pagi." balas Lila sambil memberi seutas senyuman.

Lila berdiri di samping pos satpam seraya menatap layar ponselnya, sesekali menoleh ke kanan, berharap mobil online yang dipesannya segara datang.

"Iya, saya berdiri pas di samping pos satpam." Lila memberi penjelasan kepada driver yang meneleponnya.

Sebuah mobil Ferrari berhenti tepat di depan Lila. Vito turun dan menarik tangan Lila memaksanya masuk. Sementara mobil online yang dipesan Lila berhenti tepat di depan mobil Vito.

"Mas boleh pergi sekarang." ujar Vito seraya menyerahkan selembar uang ratus ke driver mobil pesanan Lila.

"Kembaliannya Tuan."

"Ambil saja." ujar Vito seraya masuk ke dalam mobilnya, setelah itu mobil Vito melaju di jalan raya.

Selama di perjalanan baik Vito atau pun Lila tidak ada yang memulai percakapan. Lila hanya memandang ke arah kiri jalan, sementara Vito fokus menyetir dan memandang ke depan.

Mobil berhenti di halaman parkir kantor. Vito turun diiringi Lila. Lila yang pertama kali menginjakkan kaki di kantor Vito tentu masih merasa sangat asing. Lila berjalan di samping Vito sambil mendekap boks bekal nasi. Saat memasuki ruang utama perusahaan semua mata tertuju padanya.

"Jangan hiraukan apa pun yang mereka bicara." bisik Vito seraya masuk ke dalam lift sambil melirik ke arah Lila.

"Tunggu Bang Vito." seorang wanita berambut pirang masuk ke lift dan menyalip antara Lila dan Vito.

"Bang Vito pagi ini kamu terlihat sangat tampan." puji wanita itu tanpa malu bergelayut manja di tangan Vito. Lila menggeser tubuhnya sedikit menjauh, sementara Vito merasa risih dengan kedatangan adik sepupu istrinya itu.

"Marisa! jaga sikap jika masih ingin kerja di sini." Suara Vito dingin menanggapi ucapan Marisa, lalu dia menepis tangan Marisa, beranjak pindah ke samping Lila, wajah Marisa jadi cemberut.

Begitu pintu lift terbuka, Vito menarik tangan Lila mengajaknya keluar bersama, melihat pemandangan itu membuat Marisa merasa terhina.

"Siapa dia?" Marisa bertanya di dalam hati. Yura saja belum bisa dia singkirkan sekarang datang lagi saingan baru. Marisa menatap kepergian Vito dan Lila, kemudian melangkahkan kakinya kantin kantor untuk sarapan.

"Pak Johan! Marisa pindahkan ke ruangan Manda, posisikan Nona Lila di sini." titah Vito pada menejer keuangan.

"Baik Tuan!"

Vito mengajak Lila masuk ke ruangannya, menjelang Johan memindahkan barang-barang Marisa ke ruangan sebelah.

"Tuan! sarapan dulu." Lila membuka boks bekal dan menyodorkannya ke hadapan Vito.

Aroma nasi goreng spesial tercium di hidung Vito, dia sangat menikmati masakan Lila. Sebagai asisten pribadi Vito, Lila sudah diberi tugas utama olehnya yaitu membawakan sarapan setiap pagi.

"Bang Vito! aku tidak mau pindah ke ruangan Manda." tiba-tiba Marisa menerobos masuk, dia tidak terima kalau ruangannya di tempat orang lain.

"Terserah! kamu mau di ruang Manda atau keluar dari perusahaan." tegas Vito seraya menatap tajam ke arah Marisa. Dari awal Marisa masuk di kantor ini Vito sudah menolaknya, tapi karena permintaan Husien akhirnya Vito menerimanya.

"Tuan! Saya tidak keberatan di tempatkan di mana saja." sela Lila.

"Ini sudah jadi keputusanku, tak seorang pun boleh membantah." tegas Vito seraya menatap Lila dan Marisa bergantian.

"Ini semua gara-gara kamu gadis sialan." Maki Marisa menatap marah ke arah Lila.

Marisa menyerang Lila, tangannya melayang di udara. Namun dengan cekatan Lila menangkap tangan Marisa dan memelintirnya dengan kuat.

"Jangan macam-macam samaku." ujar Lila seraya mendorong tubuh Marisa hingga mentok ke dinding.

"Aku bisa melakukan lebih kejam dari ini." bisik Lila, lalu membalikkan posisi Marisa, melepaskan cekalannya tangannya dengan paksa, hingga tubuh Marisa terdorong keras dan terjerembab ke sofa.

"Bang Vito! dia menyakitiku." Marisa bangun mencari perlindungan pada Vito, sambil mengusap jidatnya yang terantuk tangan sofa.

"Keluar!" Vito menepis tangan Marisa dan menunjuk ke arah pintu.

"Jangan pernah masuk ke ruangan ku tanpa ijin." ucap Vito lagi sebelum Marisa benar-benar menghilang dari ruangannya.

Mendapat perlakuan kasar Vito, dongkol di hati Marisa semakin menjadi, dia pun keluar dari ruangan Vito dengan hati marah. Melihat Marisa keluar dengan wajah cemberut, Lila tersenyum penuh kemenangan.

"Mulai hari ini tidak kubiarkan orang lain menindas ku." batin Lila seraya menepuk-nepuk membersihkan tangannya dari kotoran setelah menyentuh Marisa.

Melihat cara Lila menaklukkan Marisa, Vito berpikir kalau selama ini dia salah menilai Lila. Awalnya dia mengira Lila hanyalah gadis desa dari kampung yang lugu dan polos.

"Selain masak dan berkelahi. Apa lagi keahlianmu?" tanya Vito.

"Banyak Tuan! Nanti satu persatu akan saya tunjukkan ke tuan." ujar Lila sambil membereskan boks sarapan yang sudah diselesaikan Vito. Vito hanya tersenyum menanggapi ucapan Lila.

Sesuai prosedur administrasi Vito menyuruh Lila mengisi CV dan menyerahkannya ke pak Johan, agar bulan ini gajinya sudah bisa masuk rekening.

Vito memberikan beberapa map dan meminta Lila untuk mempelajarinya, kemudian menuliskan laporan sesuai dengan rincian dan kolom- kolom yang sudah tersedia, begitu menerima pekerjaan dari Vito.

Sambil membawa beberapa berkas di dalam map, Lila keluar dari ruang kerja Vito menuju ke ruangan yang telah disiapkan pak Johan untuknya.

"Permisi semuanya, salam kenal nama saya Lila." ucap Lila memperkenalkan diri, sambil menyapa teman-teman barunya.

"Selamat bergabung semoga kita bisa menjadi tim yang solid." ujar salah satu dari teman baru Lila yang ternyata bernama Hans.

Lila meletakkan map di atas meja kerja, kemudian membuka laptop dan mengerjakan semua pekerjaan yang telah diberikan Vito kepadanya dengan teliti dan cermat.

"Ini selesaikan!"

Tiba-tiba Marisa datang dan menghempaskan setumpuk map di meja kerja Lila.

"Tapi ini bukan kerjaan saya." tolak Lila.

"Setiap anak magang mendapat pekerjaan dari saya." ujar Marissa dengan sombongnya.

"Marisa! Jangan suka melimpahkan tanggung jawab ke orang lain." Ujar Hans mengingatkan.

"Kamu jangan kayak kacang lupa kulitnya ya. Diam kalau tidak mau dipecat." kata Marisa seraya menunjuk wajah Hans.

Mendengar ancaman Marisa, Hans diam seribu bahasa, tidak bisa dipungkiri memang Marisa yang merekomendasikan Hans bisa bekerja di perusahaan Vito.

"Dan kamu! siapa suruh mengambil posisi saya. Selesaikan atau ku suruh Vito memecat mu." Marisa membentak Lila sambil menonjok bahu Lila dengan telunjuknya, lalu melangkah pergi.

"Maaf ya Lila. Aku tak bisa membelamu."

"Tidak apa-apa Hans. Aku bisa mengatasinya kok."

Kesempatan Marisa menindas Lila, karena Vito sedang menghadiri pertemuan penting di kantor Husien. Lila yang malas ribut dengan Marisa akhirnya mengerjakan semua laporan proyek yang seharusnya menjadi tanggung jawab Marisa. Dua jam kemudian semua pekerjaan Lila selesai.

"Saatnya pulang." batin Lila seraya meraih tasnya dan beranjak keluar, menyusuri koridor kantor dan masuk ke lift.

Lila menyapa semua karyawan yang berpapasan dengannya. Karena keramahannya di hari pertama dia sudah memiliki banyak kenalan.

"Lila pulang naik apa?" tanyakan Hans, saat melihat Lila berdiri di samping pos satpam sedang menunggu ojek.

"Dengan ku saja, biar ku antar." ujar Hans menghentikan motornya. sebelum Lila menjawab pertanyaannya.

"Tidak usah sudah senja, nanti kamu kemalaman, lagian aku juga sudah pesan ojek, kasian kalau di cancel."

"Baiklah kalau begitu. Aku duluan." Hans melaju meninggalkan Lila.

Beberapa menit kemudian ojek yang dipesan Lila sampai, setelah memasang helm Lila naik ke boncengan motor, motor pun melaju meninggalkan kantor, beberapa meter kemudian mobil Vito memepet ojek yang membawa Lila.

"Turun!" Perintah Vito

Setelah membayar ongkos ojeknya, Lila membuka pintu belakang mobil dan masuk.

"Pindah ke depan." titah Vito, Lila menuruti perintah Vito tanpa membantah sepatah pun.

Mobil Vito melaju ke jalan raya, kemudian belok dan masuk ke halaman parkir pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta. Setelah memarkir mobilnya, Vito membawa Lila ke sebuah butik terkenal.

"Selamat datang Tuan Vito." sapa salah satu karyawan butik yang sudah mengenal Vito dengan baik.

"Apa yang bisa kami bantu?" tanya salah satu karyawan butik.

"Saya butuh beberapa pakaian kerja untuk gadis ini." ujar Vito menatap ke arah Lila.

"Pilih pakai yang kamu suka." ujar Vito.

"Tapi saya tidak butuh pakaian mewah seperti ini." sanggah Lila, selain itu dia juga sayang harus mengeluarkan uang jutaan hanya untuk satu lembar baju.

"Lila! kamu itu asisten pribadi ku. Aku tidak mau orang beranggapan kalau aku atasan yang tak baik, gara-gara melihat penampilanmu seperti ini." bisik Vito seraya memegang baju yang dipakai Lila.

"Baiklah." jawab Lila.

"Mari Nona saya temani untuk memilih-milih bajunya." salah seorang karyawan mengajak Lila.

"Kak! yang hitam dan abu-abu ini pasti cocok di tubuh kakak." ujar karyawan itu merekomendasikan baju terbaik di butik mereka.

Lila menatap kedua baju yang direkomendasikan karyawan butik, sebagai penyuka abu-abu Dia sangat mengagumi baju itu. Lila meminta karyawan itu untuk menurunkan baju hitam dan baju yang berwarna abu-abu.

"Singkirkan tangan kotor mu." tiba-tiba seseorang mendorong Lila dan merampas baju yang sudah berada di tangan Lila.

"Marisa! kamu.." Lila terkejut saat mengetahui Marissa sudah berdiri di sampingnya.

"Apa! hah!" tatapan Marissa tajam ke arahnya, kemudian keempat orang teman Marisa sudah mengepungnya.

"Kembalikan baju itu kepadaku." Pinta Lila seraya menadahkan tangan kanannya.

"Kalau aku tidak mau mengembalikannya. Kamu mau apa? Hah." tantang Marissa.

"Tangkap Dia untukku." ujar Marissa memerintahkan ke empat temannya.

Apakah Lila membiarkan Marisa menindas nya

Baca kelanjutannya di part 10

Tinggalkan jejak like, komentar dan hadirnya ya reader, biar akunya lebih rajin dan semangat nulisnya.

Terima kasih

Love sekebun cabe rawit ♥️♥️♥️

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!