NovelToon NovelToon
SECRETS

SECRETS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: FairyMoo_

Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.


Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.

And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.


Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter Nine

Vio masuk dan langsung menuju tempat tidur yang ada di sana.

"Karena bapak yang ngajak tidur di sini, jadi gw tidur di kasur, bapak terserah deh mau tidur dimana." ucapnya duduk dengan menyandar pada kepala kasur dan langsung membuka ponselnya.

"Terserah kamu saja, saya mau mandi dulu." jawab Levi sembari membuka lemarinya menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan setelah mandi nanti.

 "Ngapain pake acara mandi, mau tidur juga." ucap Vio heran. "Saya udah terbiasa mandi sebelum tidur dan saya juga mau meredakan pengar setelah minum tadi." sahutnya sembari berjalan kearah kamar mandi di sana.

Vio tak lagi memperdulikannya dan ia fokus membaca chat yang ada di room chat grup dengan nama ILUSIONS tertera disana.

Teman-temannya sedang membicarakan tentang hal-hal yang akan dan sedang mereka persiapkan untuk misi mereka besok.

Beberapa saat kemudian Vio sudah sibuk dengan grup itu dan Levi telah keluar dari kamar mandi dengan baju kaos putih dan celana kain panjangnya. Rambutnya acak-acakan setelah ia keringkan tadi.

Dirinya berdiri di samping tempat tidur dan memperhatikan kegiantan Vio, lalu ia ikut nimbrung di kasur itu dan langsung membuka laptopnya yang sebelumnya ada di meja nakas dekat tempat tidurnya.

"Lho?! Ngapain disini? Kan gw udah bilang gw mau tidur di kasur, bapak ya terserah kemana kek." protes Vio menyadari Levi telah ikut duduk bersender di sampingnya.

"Iya, ini terserah, saya mau tidur di kasur saya." jawab Levi santai, pandangannya masih mengarah ke layar laptop yang ada di pangkuannya.

"Ga gitu ya konsepnya bapak Leviandre Evander!" sentak Vio, mendengar ucapan Vio, Levi menatap tajam orang yang berada di sampingnya itu. Vio yang di tatap tajam malah ikut membalasnya dengan tatapan tak kalah tajam

Levi kembali melihat layar laptop yang ada di depannya. "Lihat, saat kita hendak masuk kamar, orang tua kita mengintip di sana, untung saja mereka ga dengar apa yang kita bicarakan." ujar Levi memperlihatkan rekaman CCTV di layar laptopnya pada Vio.

"Jirrrr kek anak kecil aja, itu ngapain?!" heboh Vio saat mendekat dan melihat rekaman yang berada di depan Levi.

"Heh, mulut kamu itu, orang tua kamu itu Violia." peringat Levi. "Heh! Gw ber-" Vio terkejut, ia ingin menoleh kearah Levi guna menjawab kata-katanya tadi, tetapi karena posisi Levi tadi yang berada dekat di belakang Vio, saat Vio mengarahkan wajahnya kebelakang wajahnya langsung berhadapan dengan wajah Levi.

Posisi wajah mereka sangat dekat, maju sedikit saja wajah mereka akan menyatu. Vio dapat mencium bau segar mint dari Levi, yang baru selesai mandi tadi. Entah kenapa mereka berdua betah bertatapan begitu dengan pikirannya masing-masing.

"Ekhm." Vio segera menetralkan kecangungan di antara mereka dan ia segera kembali ke tempatnya.

"Seneng ya pak? Bisa lihat ni muka yang selalu bapak cari-cari di kampus dengan sedeket itu?" ucapnya guna menghapus kecanggungan yang masih terasa diantara mereka.

"Percaya diri itu penting, tapi sadar diri lebih penting. Kamu kira saya juga mau ngurusin kasus kamu terus?" balas Levi, ia sudah menutup laptopnya dan menyimpannya kembali pada tempatnya.

"Kalo gw ga buat kasus enak bener bapak dapat gaji buta sebagai dosen konpen (konsoler pendidikan)." jawabnya tanpa melihat lawan bicaranya. Vio kembali membuka room chat di ponselnya.

  "Terserah kamu saja." Levi memilih mengalah daripada menghadapi ocehan tak penting Vio. Ia mulai berbaring di sana dan melihat kearah ponsel yang sedang menjadi fokus Vio hingga ia tak mempermasalahkan Levi yang telah berbaring disampingnya.

Beberapa saat kemudian Levi mulai memejamkan matanya berusaha untuk tidur. Tetapi, ia dapat mendengar chat yang masuk dan terkirim, ia tak bisa mendatangi alam mimpi karena orang yang sibuk sendiri disebelahnya.

"Violia." panggilnya tanpa membuka matanya.

"Hm?" Vio juga tak menanggapinya dengan benar karena ia sedang fokus pada topik yang ia bahas bersama anggota ILUSIONS di grup mereka itu.

"Violia." lagi, Levi memanggilnya lagi dengan nada peringatan yang menandakan ia terganggu dengan aktivitas Vio.

Tak mendapatkan respon dari pemilik nama tersebut, Levi membuka matanya dan menatap Vio yang terlihat fokus kearah ponselnya. Levi dapat melihat apa yang sedang Vio lakukan dari samping.

"Sudah chat pacarnya, saya mau tidur kamu ganggu banget." ucapnya. Sebenarnya Levi dapat melihat Vio sibuk dengan room chat grup walau tak terlihat jelas apa yang sedang dibahas, tapi ia yakin itu adalah room chat yang pernah ia lihat, yang isinya lelaki semua.

"What? Pak? Gw cuman ngetik, sensi bener idupnya!" sahut Vio tanpa melihat orang yang sedang ia ajak bicara.

"Ya saya terganggu. Masih ada hari besok untuk pacaran-pacaranmu itu." ketusnya.

"Pak? Mau gw pacaran kek ngapain kek, urusannya itu apa ya sama bapak? Tinggal tutup mata tutup telinga, mau tidur aja susah!" cecar Vio langsung menatap orang yang berbaring di sampingnya itu.

"Sekalian aja sana kamu tidur sama pacar kamu, ngapain disini? Dari pada chatan gitu, ganggu." balasnya dengan tatapan dinginnya.

"Sewot bener bapak-bapak!" jawab Vio kesal. "Saya bukan bapak kamu ya!" entahlah sepertinya Vio membuat dosennya itu kesal, terdengar jelas dari nadanya bicara bahwa ia sedang kesal.

"Ko ngamok? Gw juga mau banget tidur ama pacar gw-" ucap Vio terpotong cepat karena Levi.

"Yaudah, sana pergi ga usah pulang ke sinilagi kamu." jawabnya lalu lansung berbalik membelakangi Vio yang menatapnya heran.

"Sensi banget sih ama orang pacaran? Ga pernah pacaran ya? Atau selalu ga beruntung dengan itu? Iya juga sih siapa juga yang mau atau yang betah ama orang kek bapak?" jawabnya lagi, ia mengikuti arah pembicaraan yang dibuat Levi tadi.

"Jaga ucapan kamu Violia Lavina Chesterfield!" tekannya, ia kembali berbalik dan kembali pada posisi tidurnya tadi dan menatap tajam Violia.

"Emang bener, gw yakin ga ada cewek yang betah ama bapak yang kelakuannya ngeselin gitu." ucapnya sembari menyimpan ponselnya keatas nakas yang berada di sebelahnya. Ia tak terpengaruh lagi dengan tatapan tajam dosennya itu.

"Berhenti memanggil saya dengan kata bapak itu, posisi saya di sini bukan bapak kamu!" tegasnya.

"Iya deh om." balas Vio dengan mendekatkan wajahnya kearah wajah Levi yang terbaring di sampingnya. Jadi posisi wajah Vio menindih wajah Levi. Hanya antar wajah ya!

  Vio ikut berbaring dan membelakangi Levi setelah mengucapkan kata tadi. Sedangkan orang yang mendapat perlakuan mendadak seperti tadi masih terpaku akibat mendapatkan perlakuan seperti itu.

Ada persaan aneh yang Levi rasakan saat Vio bebicara dengan nada rendah dan mendekatkan wajahnya. Ia juga ikut membelakangi Vio dan berusaha untuk tidur.

...                                             ✥...

Saat dini hari alarm Vio telah berbunyi, ia terbangun dan mematikannya lalu memperhatikan sekitar. Ia menoleh kesebelahnya ternyata mereka berakhir tidur hadap-hadapan.

Vio kembali menghadap kearah Levi yang masih tertidur disampingnya, ia memperhatikan pahatan wajah yang indah di depannya.

"Hmm, kalo tidur gini enak dipandang, tenang gitu mukanya, ga rese!" katanya masih dengan suara parau akibat bangun tidur. Ia masih betah menatap orang disampingnya itu, "Hehe ko lucu?" kekeh Vio karena rambut Levi yang menutupi dahinya sedikit acak-acakan membuat wajahnya terlihat ala-ala cute boy.

Vio memain-mainkan poni Levi yang menurutnya lucu tadi. Setelah itu ia lansung bangun dari tempat tidur dan keluar kamar. Ia berniat berkemas pergi kampus saat dini hari karena setelah selesai nanti ia akan kembali ke kamar Levi, takut-takut para orang tua saat bangun nanti lanjut mengintip mereka.

Saat Vio menutup pintu dengan pelan, sepasang mata terbuka disana. "Saya? Lucu? Yang benar sa-" Levi cepat menutup mulutnya dan saat dirinya mulai terkekeh pelan.

Ternyata Levi sudah bangun lebih dulu, tadi sebelum Vio bangun ia juga sempat memandangi Vio yang masih terlelap beberapa saat sambil terdiam, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Satu jam setengah telah terlewat, Vio kembali ke kamar Levi dengan outfit ngampusnya yang biasa, ala bad gril. Ia melihat Levi yang sedang memasang kancing kemejanya di depan kaca lemari.

Seperti biasa Levi hanya menggunakan kemeja yang dimasukkan rapi kedalam celana kainnya dan untuk aksesoris ada jam tangan yang melekat di tangannya, Vio heran kenapa hidup orang itu sangat monoton. Apa ia tak pernah bosan dengan penampilannya pikir Vio.

"Yuk, keluar." ajak Levi, ia telah selesai bersiap.

"Lho? Udah? Itu rambutnya belum disisir." tegur Vio melihat rambut Levi yang tak biasa.

Biasanya rambut Levi di tata rapi dengan membelah tepinya sedikit membuat kesan tegas di wajahnya, tapi sekarang rambutnya ia lepaskan kedepan tanpa dibelah.

"Kenapa? Udah disisir ini." jawabnya. "Bapak mau ngampus gitu? Jelek banget ih apaan!" sewot Vio.

"Geger satu kampus kalo dia dateng gitu ke kampus!" batin Vio, pasalnya sekarang rambut Levi persis seperti rambutnya saat tidur tadi yang Vio sebut lucu. Vio langsung berjalan mendekat ke lemari Levi yang disampingnya ada meja dan ia mengambil sisir dari sana lalu ia menghadap Levi.

Levi refleks merendahkan tubuhnya dan Vio menyisir rambutnya, menatanya agar kembali seperti biasanya. Setelah selesai Vio menatapnya lalu mengangguk.

"AKHH!!" Vio langsung teriak dan melempar sisir di tangannya. "Kenapa sih?" tanya Levi tenang, ia tak terkejut lagi dengan suara keras yang berasal dari Vio.

"Sumpah!! Gw ga maksud mau nyisirin bapak! Refleks jirr!!" paniknya. Ternyata ia terkejut akibat kelakuannya sendiri.

"Vi, kamu sakit jiwanya? Sudah, ga penting itu saya mau turun dulu." ucapnya dan langsung keluar kamar.

"Wahhh!! Apa gw gila beneran ya?! Bisa-bisanya gw nyisirin rambut tu manusia!" ujarnya. Lalu ikut menyusul turun untuk sarapan.

Sesampainya di dapur mereka melihat orang tua mereka sudah menyantap roti di meja makan. Mereka menyusul dan ikut sarapan di sana.

"Morning." sapa mama Vio sambil tersenyum. "Morning ma," balas Levi dan Vio hanya tersenyum.

"Kalian pergi kampusnya sama-sama?" tanya ayah Levi. "Iya yah, kebetulan hari ini kami sama-sama masuk pagi." jawab Levi, sedangkan Vio sudah mulai mengunyah rotinya. "Yaudah, habis makan kami juga mau pulang dan pergi kerja." lapor papanya Vio.

Mereka berbincang-bincang ringan sambil menghabiskan makanannya. Setelah itu mereka semua pergi dari rumah itu dan menuju tujuannya masing-masing.

Di dalam mobil sepasang suami-istri itu tak saling berbicara, Vio yang tadinya fokus pada ponselnya sekarang mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil, sedangkan Levi fokus menyetir. "Turunin gw di deket lampu merah depan." ucap Vio.

"Kenapa mau turun?" tanya Levi. "Ya iyalah, gila apa gw dateng ke kampus ama bapak? Ga ah! Malu gw." ucapnya dengan kasarnya.

"Maksud kamu, saya malu-maluin?" balas Levi memperjelas ucapan Vio. "Terserah! Berhenti sekarang!" titahnya dan Levi menurut saja.

Vio keluar dari mobil, "Udah sana duluan." katanya dan di turuti oleh Levi. Selang perginya mobil Levi datang seorang laki-laki dengan motor yang mirip seperti motor milik Vio, itu adalah Arfhan.

"Yuk naik! Ngapain sih papa lo nganterin setengah-setengah gitu?" ucapnya sambil menyerahkan helm.

"Biasa orang sibuk, kek ga tau aja lo." Itu tadi adalah alasan Vio agar bisa di jemput Aran. Lalu ia naik ke motor dan mereka lansung melesat ke kampus. Mereka tak menyadari baru saja melewati mobil dosen konpen yang selalu berurusan dengan Vio.

Orang yang berada dalam mobil itu memasang wajah dingin melihat orang yang ia turunkan di tepi jalan tadi mendahuluinya dengan laki-laki lain.

Jadi, kenapa Vio malu pergi dengannya sedangkan ia tak malu pergi dengan laki-laki lain, dengan motor yang bahkan tak nyaman untuk dikendarai berdua pikir Levi.

...»»---->To Be Continued<----««...

...Helloo~ Chapter sembilan guyss🤏🏻...

...Gimana Chapter ini? ...

...Kira-kira kenapa pak Levi kita ngide buat ke kampus dengan gaya rambut baru ya?? ...

...Levi yang langsung buka kamera buat liat dirinya yang dibilang lucu☝🏻😔...

Kalian bisa bayangin muka gitu eh ternyata killer?

...Bye byee~ See you in next part👋🏻...

...                                            ...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Ryo_Zanuel???
semangat yaw dari gw, jangan putus asa dan teruslah mengupgrade ceritanya, gw yakin lo bisa 💪
FairyMoo_: omg Thanks😫🙏🏻
total 1 replies
FairyMoo_
Tinggalkan komentar kalian disini ya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!