NovelToon NovelToon
Tuhan Kita Tak Merestui

Tuhan Kita Tak Merestui

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Cinta Terlarang / Keluarga / Cinta Murni / Trauma masa lalu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Pertemuan antara Yohanes dan Silla, seorang gadis muslimah yang taat membawa keduanya pada pertemanan berbeda keyakinan.

Namun, dibalik pertemanan itu, Yohanes yakin Tuhan telah membuat satu tujuan indah. Perkenalannya dengan Sila, membawa sebuah pandangan baru terhadap hidupnya.

Bisakah pertemanan itu bertahan tanpa ada perasaan lain yang mengikuti? Akankah perbedaan keyakinan itu membuat mereka terpesona dengan keindahan perbedaan yang ada?

Tulisan bersifat hiburan universal ya, MOHON BIJAK saat membacanya✌️. Jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan beberapa annu merupakan ketidaksengajaan yang dianggap sengaja🥴✌️.
Semoga Semua Berbahagia.
---YoshuaSatio---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#09

Para pria itu tengah menghabiskan sedikit lagi waktu sambil menikmati kopi di cafe tepat di seberang tempat mereka bertemu untuk gym bersama.

Alex yang memang tak pernah bisa mengontrol matanya, selalu menemukan hal-hal yang tak pernah diperhatikan oleh teman-temannya.

“Itu ustadzah cuma ada satu laki loh, mereka temenan itu pasti. Masa yang temen cewek satunya mau aja gitu dijadiin obat nyamuk.” imbuh Alex menanggapi ucapan Pitra.

“Samperin aja kalau gitu, tanya langsung, kamu pas tuh pacaran sama ustazah, biar tobat!” ucap Niko menimpali.

“Hoo betul tuh, biar di-rukiyah!” sahut Hendi.

“Biar istirahat nggak main perempuan mulu, hahaha ….” imbuh Pitra yang tentunya semakin mengundang tawa renyah para pria itu, kecuali Yohan yang tampak jengah dan malas menanggapi.

“Gue ajak gabung ajalah, mereka itu seru!” Alex beranjak menghampiri meja Silla.

Benar, kali ini Silla bukan hanya berdua dengan Usna, ada seorang pria yang datang bergabung setelah kedua gadis itu duduk bersama.

“Halo, ustadzah! Masih inget aku nggak?” sapa Alex tanpa basa-basi, lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman.

“Eh, halo … maaf ya bukan muhrim.” Silla mengatupkan kedua telapak tangannya di dada, membalas salam Alex dengan cara yang sopan tanpa harus berjabat tangan. Hal yang sama juga dilakukan Usna.

“Oh?! Maaf … lupa!” seru Alex lalu memberi salam mengikuti cara Silla.

“Kenalkan, aku Farhan. Kalau sama aku bisa berjabat tangan,” sela Farhan yang tak terlihat canggung sama sekali.

“Salam kenal, gue Alex … kalian temenan ya, tampak seumuran ….” balas Alex seraya mengedarkan pandangan secara bergantian.

“Duduk Bang!” sambut Farhan ramah, diikuti senyum dan anggukan kecil para gadis itu, seakan memberikan ijin bagi Alex untuk bergabung.

“Eee … gini … gue juga lagi nongkrong sama temen-temen di sana. Kalau berkenan sih gw mau kalian aja gabung kesana, mejanya lebih luas.” Alex mengutarakan niatnya dengan jujur tanpa basa-basi.

Sontak Farhan dan dua gadis itu melongok ke arah yang ditunjukkan Alex. Terlihat Niko, Pitra serta Hendi tersenyum ke arah mereka bertiga. Sementara Yohan masih tampak sibuk dengan ponselnya.

Tanpa berdiskusi dengan Silla dan Usna, Farhan langsung saja menyetujui. “Oke! Kami bergabung ke sana!”

Tak ada kesempatan bagi dua gadis itu untuk berkilah, tak etis rasanya jika terlihat tak sekata dengan Farhan. Meskipun mereka bertemu juga bukan karena janjian.

“Bagus, mereka tengah berkumpul tatap muka, aku rasa ini kesempatan bagus untuk meluruskan kesalahpahaman sebelumnya!” batin Silla yang membuatnya akhirnya beranjak, ikut bergabung di meja Niko.

Namun, baru saja Silla duduk bergabung, Yohan justru melakukan hal sebaliknya. Ia bangkit berdiri, lalu menautkan gymsack-nya di pundak.

“Gue duluan ya, ada urusan.”

Terdengar sangat kaku dan dingin. Ucapan Yohan tak memiliki sedikit pun basa-basi. Bahkan tak peduli dengan pasang mata yang menatapnya lelah, kesal, marah dan kecewa bercampur aduk hampir saja membuat si pemilik mata cantik itu menitikkan air mata.

“Jangan dipikirkan … dia orang sibuk, pasti itu urusan pekerjaannya.” Hendi berusaha mencairkan suasana.

“Benar, dia memang tampak tak sopan, tapi aslinya sangat baik hatinya. Maafkan dia ya….” imbuh Niko menyadari ketidaknyamanan Silla.

Berbeda dengan Silla, Usna tampak baik-baik saja. “Iya, kami tidak masalah ….”

Hal lain yang terjadi, baru beberapa langkah Yohan menjauh dari teman-temannya, sapaan seseorang menghentikan langkahnya.

“Yohanes, kok pulang duluan? Nggak nunggu yang lain?” Bu Meysa, ibunda Niko pun disana, entah untuk urusan apa.

“Ada yang harus aku kerjakan, Tante,” kilah Yohan.

“No … no … no … balik dulu, ada urusan sepenting apa sih sampai harus pulang duluan?” tuntut Bu Meysa.

“Hm … itu ….”

“Nah … cuma alasan kan? Tante hafal sama kelakuanmu, Yohan.”

Bu Meysa menarik lengan Yohan menuntunnya untuk duduk kembali bersama teman-temannya.

“Sial!” umpat Yohan semakin murka saat ia justru kebagian kursi kosong tepat di sebelah Silla. Rasa ingin segera menghilang bak asap tengah dirasakan Yohan saat ini. Ia hanya bisa duduk mematung bersandar kursi, pura-pura sibuk dengan ponselnya, bahkan saat semua tertawa karena larut dalam obrolan, ia pun harus berpura-pura menikmati dan membuka mulut seakan tertawa. Meski itu sangat terpaksa.

“Jadi, ternyata ustadzah Silla bisa berpacaran juga ya sebelumnya?” tanya Bu Meysa tanpa basa-basi.

“Ya tentu bisa lah Tante, kan saya juga perempuan normal. Tapi itu sudah lama, kami sekarang berteman biasa, tetap bersilaturahmi sewajarnya saja.”

Silla berusaha tetap terlihat tenang walau dalam hatinya berkecamuk hal yang sama. Rasa keki, kesal, marah, dan canggung tak bisa dengan mudah diatasinya. “Enak banget jadi dia, nggak ada yang menginterogasi, sementara gue … harus pura-pura baik-baik saja, melayani semua pertanyaan manusia-manusia asing ini. Kapan selesainya pertanyaan unfaedah ini?!” pekiknya kesal dalam hati.

Tepat saat itulah, ponsel Yohan bergetar membuat si empunya bangkit berdiri serta menjauh beberapa saat, lalu kembali dengan wajah yang sedikit lebih memiliki ekspresi senang. “Maaf … tapi aku benar-benar harus pergi.” pamitnya.

Semua kembali tenang, tak ada hal istimewa yang terjadi setelahnya. Silla masih melanjutkan obrolan dengan lebih nyaman, sedangkan Yohan pun mendapatkan kenyamanan dengan meninggalkan perkumpulan itu.

.

.

.

Malam harinya, ponsel Yohan kembali berdering, Hendi tampak dalam obrolan bersamanya.

“Entah apa yang terjadi, tapi kayaknya lu nggak suka banget sama ustadzah itu ya?” tanya Hendi menyadari sikap Yohan.

“Hmm … nggak usah dipikirin, kepala gue masih berisik gara-gara dia.”

“Kenapa memangnya? Jangan-jangan ….”

“Ck! Apa … entah salah gue mungkin awalnya, tapi kalimat dia itu macam tak pantas diucapkan seorang ustadzah.”

“Hei tuan … jangan sensi, ustadzah juga manusia … dia juga bisa merasa kesal dan kecewa. Mungkin sikap diammu itu yang bikin dia nggak nyaman dan ya seperti perempuan lainnya, selalu salah paham dengan sikap cuekmu itu.”

“Ah bodo amat, dah gue mau tidur.”

Terdengar helaan napas dari seberang,Hendi si paling senior biasanya bisa menenangkan kegundahan Yohan. “Jadilah lebih hangat dikit, Bro.”

“Gue ngantuk Bang.”

Panggilan pun berakhir dengan Hendi yang terlihat pasrah dengan sifat temannya itu.

.

.

.

Keesokan harinya, Yohan masih bertugas di kota B, dimana orang tuanya tinggal di kota itu. Pagi yang biasa saja, rutinitas yang normal seperti biasa. Yohan tiba di kantor setelah sekalian mengantar kedua ponakannya pergi sekolah.

“Pak, ada telpon dari cabang kota J, katanya penting, minta dihubungi balik segera.” Seorang staf menyambut kedatangan Yohan tepat di depan pintu ruangannya.

“Oke. Nanti aku lihat!” sahutnya singkat lalu segera masuk dan menenggelamkan diri di ruangan yang sering ia tinggalkan karena tugas di kota-kota lainnya.

...****************...

To be continued....

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
lain kali hati" ya Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berarti Yohan laper 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
emang biasanya begitu wajahnya,datar 😐
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
karena seblak makanan favorit Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
buat yg spesial ya 🤭🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Ayo semangat Silla 💪🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sabar Silla 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mereka terpesona 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Waduh Silla,pagi" udah mengkhayal 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa ditawarin seblak buat sarapan 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
ga usah kasih alasan tapi bicaralah jujur Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mimpi gara" si Amat 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Dasar Silla 🤣🤣🤣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
muka.u???
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sodaranya kali tuh 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa Tante" 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
bodo amat
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berisi makanan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!