Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RIWAYAT NYAI KIDUNG GETIH
NENEK Tua yang mengaku Nyai Kidung Getih itu rupanya punya perhitungan lain dengan Resi Jayabaya. Ia mengutarakan maksudnya datang ke lembah sunyi untuk menebus kematian murid nya yang bernama Ayu Cendani itu. Rupanya sejak kejadian perebutan Pedang Naga Petir di pantai segara anak, Nyai Kidung Getih selalu mengawasi murid nya itu dengan harapan mampu menumbangkan Resi Jayabaya dan merebut pusaka sakti itu.
Namun ternyata perhitungan nya meleset, Ilmu andalan nya yang ia turunkan kepada Cendani Ayu itu telah mengalami kegagalan. Nenek tua berasal dari golongan hitam itu sekalipun tak pernah menurunkan ilmu dahsyat nya yang bernama Sirep Getih dan Sarua Rupa itu pada sembarang orang. Sebelum mengangkat Ayu Cendani menjadi murid nya pun ia perlu perhitungkan masak-masak, Sebab ia tak berani gegabah menurunkan ilmu tersebut. Akan tetapi rupanya ia terbuai oleh omongan Ayu Cendani yang sedang memburu sebuah pusaka Pedang Naga Petir. Awal nya Nyai Kidung Getih ragu kepada wanita itu, Karena Pedang Naga Petir dianggapnya mitos belaka. Sejak kekalahan nya melawan Resi Jayabaya dua puluh tahun silam Nyai Kidung Getih tak pernah muncul lagi di rimba persilatan dan sedang memperdalam ilmu nya. Jadi ia ia tak tahu rumor Pedang legendaris itu sedang diperebutkan oleh banyak orang.
Namun setelah membuktikan nya pada wanita tua itu bahwa pusaka itu dijaga ketat oleh Resi Jayabaya yang tak lain adalah mantan lawan nya dulu. Kemarahan masa lalu nya memuncak dan akhirnya mengangkat Ayu Cendani menjadi murid nya. Ilmu Sarua Rupa dan Sirep Getih adalah dua jenis ilmu andalan nya dan ilmu tersebut sukar ditandingi. Kecuali oleh Resi Jayabaya, Ia hampir dibuat tewas oleh ilmu nya sendiri jika tak diselamatkan oleh Kobra Gundul beberapa waktu silam.
Kobra Gundul dulu nya adalah bekas murid suami nya yang telah tewas akibat lawan nya yang tangguh. Merasa berhutang budi pada Nyai Kidung Getih yang dulu pernah menyelamatkan diri nya dari seorang pendekar dari Pulau Cakung, Kobra Gundul nekat menolong nenek tua itu dengan kemampuan ilmu nya yang terbilang sedang. Kobra Gundul mengakui bahwa ilmu nya tak sebanding dengan ilmu Resi Jayabaya yang waktu itu masih menjadi Pendekar Guntur Perkasa dan gemar berkelana. Ia membawa lari Nyai Kidung Getih yang terluka parah dan mengobati nya sampai sembuh. Setelah kejadian itu Kobra Gundul selalu gelisah, Takut nyawa nya dituntut oleh Resi Jayabaya karena telah menganggu pertarungan nya dengan Nyai Kidung Getih. Maka dari itu sebab Kobra Gundul langsung ngacir ketika melihat Resi Jayabaya dipantai segara anak ketika perebutan Pedang Naga Petir, Nyawa nya merasa terancam dan lebih baik kabur daripada harus berurusan dengan tokoh sakti itu.
Resi Jayabaya ingat dengan tokoh botak dengan tato ular kobra di kepala gundul nya itu. Namun ia sudah melupakan kejadian masa lalu tersebut dan lebih tertarik kepada Pedang Naga Petir. Makanya ketika Kobra Gundul melarikan diri ketika melihatnya ia membiarkan nya saja. Kejadian kembali ke saat ini, Nyai Kidung Getih berjalan menghampiri Rangga yang bersembunyi dibalik Jayengrama.
"Rangga cepat pergi bersembunyi! Biar paman yang hadang nenek ini!"
"Paman saja yang bersembunyi! Aku tak takut pada nenek itu, Paman!" Rangga marah ketika mendengar dirinya akan dijadikan tumbal oleh nenek tua itu.
Namun Jayengrama menarik nya ketika Rangga maju, Anak itu di bawa lari oleh Jayengrama menuju atas tebing untuk menghindari nenek berwajah menyeramkan itu.
"Hei jangan lari bocah tengik!" Nyai Kidung Getih segera berkelebat tubuh nya mengejar Jayengrama yang tak seberapa ilmu nya itu. Rangga pun akhirnya berlari pergunakan ilmu peringan tubuh nya yang masih belum matang, Jayengrama merasa tak mungkin melawan nenek tua itu karena ia tak berani melawan orang yang sudah tua ditambah orang tua itu punya ilmu yang cukup tinggi.
Terbukti dengan satu sentakan kaki ditanah, Nyai Kidung Getih berhasil menghadang mereka di atas tebing.
"Mau lari kemana kalian hah!?" Jayengrama segera mundur beberapa langkah dan hendak berlari ke arah selatan. Arah itu menuju Desa Talas masih dalam wilayah Kadipaten Lengoksari. Namun langkah nya dijegal oleh nenek itu, Jayengrama dan Rangga terhempas diterjang oleh nenek tua itu.
"Ughhh!! Sakit sekali dada ku rasanya sangat sesak!!" Jayengrama memegang dada nya dan Rangga sudah berada dalam dekapan nenek tua itu.
"Rangga..! Tunggu kau nenek keropos...!" Jayengrama marah dan segera bangkit, Ia mengejar Nyai Kidung Getih namun tubuh nya limbung dan akhirnya jatuh pingsan. Jayengrama telah terkena terjangan cukup keras dan menghantam dada nya, Napas nya terasa sesak dan akhirnya pingsan.
Rangga mengelak beberapa kali agar bisa terlepas dari nenek tua itu,
"Diam bocah sinting! Jangan melawan kau!" Gertak Nyai Kidung Getih. Rangga teringat dengan sebuah ilmu yang diajarkan oleh gurunya, Ilmu itu biasa di pergunakan hanya dalam kepepet saja. Rangga yang ditenteng mirip cucian basah itu langsung menyentakan telapak tangan nya ke arah rusuk si nenek dengan cepat.
*Dugg!!"
"Ughh...!! Hoeeekkk!!" Nenek tua itu tersentak dan muntah. Rangga akhirnya terlepas dan segera mengambil baru sebesar kepalan tangan nya. Disaat Nenek itu terbungkuk-bungkuk karena perut nya merasa mual, Rangga melemparkan batu itu pada kepala si Nenek.
*Pletakkk!!* "Wadoooow....!!" Si Nenek berteriak histeris dan semakin murka kepada bocah itu.
"Kurang ajar kau bocah sinting!! Kau apakan perut ku sampai mulas begini bangsat!! Hoeekkk..!!" Nenek tua itu bukan muntah darah, Melainkan muntah makanan yang dimakan nya waktu pagi. Disamping itu kepala nya berdarah cukup banyak membuat murka nya tak terbendung lagi,
"Kau perlu ku kasih pelajaran bocah! Heahh!" Nyai Kidung Getih melepaskan sinar berwarna biru laut dari telapak tangan kiri nya yang tak memegang tongkat.
Sinar itu melesat ke arah Rangga dan anak itu langsung berlari zigzag dan sinar itu meledak ketika menghantam pohon beringin purba.
"Duarrrrrrr....!" Pohon itu rompal sebagian dan batang nya langsung membekas hitam seperti bekas terbakar. Disaat yang bersamaan Resi Jayabaya telah sampai di pondok nya. Ia hanya menemukan dua pedang kayu yang tergeletak di tanah depan pondok dan satu senjata rahasia yang tertancap di batu yang retak.
"Kemana mereka berdua?! Seperti nya ada yang tak beres disini!" Ketika memperhatikan benda tajam bergerigi mirip cakram itu ia membatin.
"Ohh... Senjata rahasia ini seperti milik si..." Disaat itulah ia mendengar ledakan tadi dan segera berkelebat ke atas tebing."
"Ohh... Jayengrama!" Ucap Resi Jayabaya tegang segera menghampiri Jayengrama yang terkapar tak berdaya itu. Wajah nya nampak membiru, Namun napas nya masih ada.