Namanya Aruna Azzahra, gadis cantik dengan impian sederhana
Cintanya pada seorang pria yang ia pikir bisa membawanya hingga ke Jannah nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Aruna harus hidup dengan pria menyebalkan dan minim ilmu agama. Aksa Biru Hartawan nama yang bahkan tidak ingin didengar olehnya
Bagaimana Aruna menjalani hari-harinya menjadi istri seorang Biru? atau akankah cinta itu datang tanpa mereka ketahui
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEMBILAN
"Kamu sabar sebentar dong Biru!" Sandi ikut berbisik, kemudian keluar dua orang wanita cantik membawa nampan berisi lima gelas teh hangat dan beberapa cemilan
"Maaf ini pak Sandi, hidangannya hanya seperti ini" ucap pak Firman tak enak hati
"Ahh tidak masalah mas, kami sudah sangat bersyukur bisa disambut dengan baik oleh keluarga mas Firman" ucap Sandi tersenyum hangat
"Iya, lagian dengan mas Firman mau menerima anak nakal kami ini, itu sudah lebih dari cukup" Faradina menimpali membuat semua orang terkekeh
"Yang mana pa?" Sementara Biru hanya sibuk menatap dua wanita yang tengah menghidangkan makanan tersebut
"Bukan mereka Biru, kamu sabar dulu" Sandi benar-benar dibuat kesal oleh sifat tidak sabaran putranya, bahkan membuat keduanya harus berbisik seperti ini
"Yang perutnya buncit cantik juga pa!" Entah bercanda atau apa ia justru menatap kearah Mutiara yang sedikit kesulitan untuk meletakkan gelas teh keatas meja
"Jangan bercanda kamu Biru, itu istrinya Raffi, kamu nggak liat dia hamil" Sandi semakin dibuat kesal dengan ucapan sang putra, dia benar-benar tidak enak jika pak Firman dan keluarganya mendengar ucapan tidak masuk akal dari Biru
"Yang satunya juga cantik, tapi terlihat cerewet aku nggak suka" bisik Biru lagi ditelinga sang papa
Sandi terus tersenyum kearah pak Firman dan Raffi agar mereka tak mendengar bisik-bisik yang ia dan putranya lakukan
"Oh ya pak Sandi, ini kenalkan Mutiara dia menantu saya istrinya Raffi" pak Firman mengenalkan Mutiara sementara Asyifa kembali kekamar untuk menemui Aruna yang tengah gundah menatap sendu dirinya lewat pantulan cermin
"Dia cantik juga" ucap Biru tiba-tiba yang tentu saja membuat Sandi khawatir, takut jika ucapan putranya menyinggung perasaan pak Firman terlebih Raffi
"Aww sakit pa" Biru merasakan kakinya ditendang dari samping yang tentu saja dilakukan oleh sang papa. Biru sengaja bersikap kurang ajar seperti ini berharap keluarga pak Firman berpikir lagi atau bahkan membatalkan perjodohan ini
Sandi tersenyum kecut "Maaf mas Firman, Biru memang seperti ini" jika Sandi sudah ketar-ketir, Faradina sang istri justru sibuk dengan cemilannya seperti tak pernah bertemu dengan makanan saja
"Ahh tidak masalah pak Sandi" ucap pak Firman
"Sayang, tolong panggilkan Runa" suara Raffi begitu lembut pada sang istri entah sengaja atau apa agar Biru tau bahwa yang sebelumnya ia rayu adalah istrinya
"Iya mas" Mutiara tersenyum lalu melangkah meninggalkan ruang tamu menuju kamar adik iparnya
"Runa" panggil Mutiara
"Masuk mbak" Aruna tengah duduk disisi tempat tidur dengan Asyifa disampingnya seperti tengah memberi kekuatan
"Ayo keluar dulu dek, kamu sudah ditunggu" ujar Mutiara lalu ia usap punggung Aruna mencoba memberi gadis itu ketenangan
"Iya mbak" Aruna berdiri lalu ditemani Mutiara yang setia disisinya berjalan menuju ruang tamu
"Pak Sandi kenalkan ini putri saya Aruna" ucapan pak Firman membuat Biru mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk saat mendengar nama Aruna
Sejak tadi memang pak Firman sudah menyebut nama Aruna hanya saja sepertinya Biru tidak begitu fokus mendengar
"Aruna" Biru yang terkejut langsung berdiri namun dengan cepat ditarik oleh sang ayah agar kembali duduk
"Duduk! Jangan bikin malu" bisik Sandi
"Pak Biru" Aruna sama terkejutnya, ia tak pernah menduga bahwa yang akan dijodohkan dengannya adalah pria menyebalkan sekaligus bos ditempatnya bekerja
"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Raffi
"Pak Biru ini bosnya Runa dikantor mas" jawab Aruna menunduk sesekali ia menatap pria menyebalkan itu
"Bagus kalau seperti itu, kita tidak perlu waktu lama untuk saling mengenal"
"Iya, lagi pula kita sudah tidak sabar punya menantu cantik seperti ini" Faradina menimpali ucapan sang suami
Sementara Biru sudah tersenyum menatap gadis cantik dengan balutan gamis berwarna hitam dan pasmina berwarna nude dihadapannya, jika sejak awal dia tau akan dijodohkan dengan Aruna mungkin ia tak akan menunda apalagi membuat ulah dengan merayu istri Raffi tadi
Setelah pertemuan itu kini Sandi dan keluarga kembali ke rumah dengan perasaan lega, Sandi yang semula takut jika Biru menolak perjodohan ini dibuat lega karena sepertinya sang putra jauh lebih bahagia dengan semua ini terlihat dari senyum yang tak pernah luntur dari wajah tampannya
"Apa papa bilang, kamu pasti terima perjodohan ini kalau sudah lihat anaknya pak Firman" ujar Sandi dari kursi penumpang sementara Faradina hanya sibuk dengan toples cemilan yang sengaja ia minta dari Mutiara karena itu adalah hasil buatan Mutiara
"Apa bisa pernikahannya dipercepat aja pa?"
"Kenapa jdi nggak sabaran kamu!"
"Tau. Kemarin ngotot banget mau nolak perjodohannya sekarang malah mau cepet-cepet dinikahin" sambung Faradina yang sibuk mengunyah kue bawang buatan Mutiara
"Kamu juga bikin malu aja sampe bawa toples makanan segala!" Gerutu Sandi pada sang istri
"Apaan sih mas, sirik aja awas aja kalau minta"
"Emangnya uang kamu udah nggak ada buat beli kue kaya gini?"
"Ini rasanya beda mas, yang ada ditoko biasanya rasanya nggak karuan. Kadang keasinanlah, nggak berasalah kalau ini rasanya pas lagian Mutiara nggak masalah kalau mama minta" ujar Faradina mencari pembenaran
"Nanti aku minta diajarin deh sama Mutiara. Eh tapi siapa tau aja Aruna bisa bikinnya? Kalau iya nanti setelah dia jadi menantu Mama, Mama mau bikin kue bawang sama Aruna" sambung Faradina, bayangannya sudah terlalu jauh
"Aruna nggak boleh masak kalau udah jadi istri Biru mah!" Ucap Biru tiba-tiba
"Pelit banget sih kamu Biru!"
"Ya terserah Biru dong mah, diakan istrinya Biru" mereka sudah berdebat padahal Aruna bahkan belum menjadi istri Biru membuat Sandi sakit kepala
Setelah perdebatan dengan sang Mama perihal Aruna yang tidak boleh memasak, kini Biru justru tersenyum menatap keluar jendela membayangkan akan seperti apa rumah tangganya dengan Aruna nantinya
Sementara itu dirumah Aruna tengah duduk di teras depan rumah bersama Raffi sang kakak
"Mas" panggil Aruna
"Hemm"
"Mas, Runa nggak bisa nikah sama pak Biru" ucapan Aruna tentu saja sudah dapat dibayangkan oleh Raffi sebelumnya
"Maksud kamu?"
"Pak Biru itu nggak baik mas, dia suka main perempuan, kadang-kadang sampe dibawa ke kantornya" tutur Aruna tegas berharap sang kakak bisa diandalkan
"Kamu beneran?"
"Ya beneran mas, buat apa Runa bohong"
"Gini dek, mas bukannya nggak percaya sama kamu, tapi pernikahan kamu ini begitu diharapkan sama bapak" ujar Raffi pada sang adik
"Dek, bapak itu sakit. Dan bapak ingin melihat pernikahan kamu sebelum dia pergi nanti" tutur Raffi dengan nada sendu
"Mas, mas nggak bercanda kan?"