NovelToon NovelToon
Hilangnya Para Pendaki

Hilangnya Para Pendaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:329
Nilai: 5
Nama Author: Irmann Nhh

Lima mahasiswa mendaki Gunung Arunika untuk hiburan sebelum skripsi. Awalnya biasa—canda, foto, rasa lelah. Sampai mereka sadar gunung itu tidak sendirian.

Ada langkah ke-enam yang selalu mengikuti rombongan.
Bukan terlihat, tapi terdengar.
Dan makin lama, makin dekat.

Satu per satu keanehan muncul: papan arah yang muncul dua kali, kabut yang menahan waktu, jejak kaki yang tiba-tiba “ada” di tengah jejak mereka sendiri, serta sosok tinggi yang hanya muncul ketika ada yang menoleh.

Pendakian yang seharusnya menyenangkan berubah jadi perlombaan turun gunung… dengan harga yang harus dibayar.

Yang naik lima.
Yang turun… belum tentu lima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irmann Nhh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26 UNIVERSE ARUNIKA-Luka Tidak Hilang, Tapi Bentuknya Berubah

Arc baru telah dimulai: bukan tentang hilangnya pendaki, tapi tentang hidup setelah seseorang kembali dari tempat yang tidak seharusnya ada.

POV SARI

Tiga hari sejak Raka kembali.

Tidak ada tragedi tiba–tiba.

Tidak ada suara langkah.

Tidak ada kabut.

Justru itu yang membuat segalanya terasa tidak nyata.

Raka tidur di kamar kecil dekat ruang tamu.

Pintu tidak pernah dikunci — tapi dia tidak pernah masuk ke kamar siapa pun tanpa mengetuk.

Gerak–geriknya hati–hati, seperti seseorang yang takut merusak barang pecah belah.

Kayla mencoba bersikap natural, memasak, bercanda, membuat suasana ringan. Tapi tiap kali Raka menoleh ke arah dia…

ada sekejap singkat di mata Kayla penuh rasa bersalah yang belum selesai.

Sari memperhatikan itu, tapi tidak mengomentarinya.

Karena dia tahu: memaksa seseorang cepat sembuh hanya akan membuat lukanya tambah dalam.

Tahun lalu, mereka bertiga bisa tertawa tanpa beban.

Sekarang, tertawa terasa seperti berjalan di atas jembatan rapuh.

Tapi itu bukan tragedi.

Itu proses.

Pagi itu, Sari bangun lebih dulu. Dia ke dapur, membuat kopi.

Saat dia menoleh ke ruang tamu… Raka duduk di sofa sendirian, menatap jendela, punggung membungkuk sedikit — tapi bukan meringkuk ketakutan.

Justru sebaliknya — seperti seseorang yang sedang mencoba memahami apa itu hidup setelah kembali.

Sari duduk di sampingnya. Tidak menyentuh. Tidak bertanya.

Mereka hanya menatap pagi bersama.

Setelah lima menit, Raka akhirnya bicara — suara tenang, tapi terdengar seperti memilih kata hati–hati agar tidak menyakiti siapa pun:

“Aku takut… kalau aku pulang terlalu cepat ke hidup normal, aku jadi orang yang sama kayak sebelum hilang.”

Sari mengangguk, tenang.

“Ya. Gue juga takut lu kembali ke versi lu yang dulu.”

Raka menoleh, sedikit kaget. “Serius?”

“Serius.”

Sari lanjut, suaranya dalam:

“Lo dulu selalu ngerasa harus jadi penyelamat. Ngerasa harus jadi orang yang paling penting buat semua orang. Itu bikin lu hilang.”

Ada jeda.

Raka akhirnya mengangguk. “Aku nggak mau jadi itu lagi.”

Sari tersenyum tipis. “Kalau gitu kita belajar jadi manusia… bukan pahlawan.”

Mereka diam lagi — tapi kali ini diamnya lega, bukan tegang.

Jam 09:52.

Kayla bangun, rambut berantakan, kaos kebesaran.

Dia berhenti sejenak melihat Raka dan Sari duduk berdampingan — bukan melukai, tapi sentimental.

“Pagi,” katanya pelan.

Raka tersenyum lembut. “Pagi.”

Kayla ingin memeluk, mencium, menangis — tapi ia menahan diri.

Karena ia tahu: cinta yang memaksa sembuh bisa menghancurkan lebih cepat dari trauma itu sendiri.

“Aku bikin roti ya,” katanya.

Raka berdiri. “Ayo aku bantu.”

“Enggak,” Kayla langsung mengangkat tangan. “Belajar dari kesalahan aku. Lo nggak harus bantu gue buat ngerasa berarti.”

Raka tertawa pelan — lucu sekaligus pahit — tapi itu tawa yang nyata.

Hubungan manusia berjalan lagi.

Pelan.

Canggung.

Benar.

Dan bagi tiga orang yang keluar dari tragedi Arunika… itu sudah merupakan kemenangan besar.

POV RAKA

Siang itu aku berjalan sendirian sebentar — hanya ke minimarket depan apartemen.

Bukan untuk beli sesuatu yang spesifik.

Hanya untuk merasakan dunia dari dekat.

Sinar matahari.

Aroma plastik kasir.

Suara sepeda motor.

Hal–hal biasa… tapi terasa seperti harta karun setelah berbulan–bulan berada di tempat yang tidak punya waktu.

Saat aku kembali ke apartemen, aku melihat sesuatu di lantai dekat pintu masuk sebelum karpet:

jejak kaki berlumpur — satu langkah.

Tidak enam.

Tidak derap panjang.

Hanya satu.

Seperti seseorang berdiri di depan pintu… lalu pergi sebelum mengetuk.

Aku tidak panik.

Tidak merinding.

Tidak lari.

Aku hanya menatap jejak itu lama… kemudian tersenyum tipis.

“Aku tahu kalian lagi memperhatikan.”

Bukan bicara pada hantu.

Bukan bicara pada makhluk.

Bukan bicara pada gunung.

Tapi bicara pada jiwa–jiwa yang tidak bisa pulang bukan karena terjebak, tapi karena masih ingin dipanggil.

Aku membuka pintu apartemen, menyapu lumpur dengan tisu, lalu membuangnya.

Tidak ada drama.

Tidak ada ritual.

Aku berkata pelan:

“Kalau kalian mau keluar… temukan cara tanpa menghilangkan siapa pun. Itu satu–satunya jalan.”

Untuk pertama kalinya — tidak ada angin dingin, tidak ada suara.

Hanya keheningan yang mengerti.

POV SARI & KAYLA

Sore itu, mereka berdua pulang dari pasar, membawa bahan masakan.

Di meja, ada gelang biru.

Tapi sekarang bentuknya berubah.

Tali tipis itu menjadi lebih lebar — bukan seperti aksesori pendaki… tapi seperti tanda.

Ukirannya pun berubah lagi.

Bukan nama.

Bukan kalimat ancaman.

Hanya satu pertanyaan:

“Siapa yang akan kalian selamatkan kali ini?”

Kayla menelan ludah. “Tuhan… jangan bilang putaran baru dimulai…”

Sari menggeleng — matanya tajam, bukan takut.

“Bukan ancaman. Itu pertanyaan.”

Kayla memandang Sari bingung.

Dan Sari tersenyum samar — senyum seseorang yang sudah bertarung terlalu lama untuk dibodohi ketakutan lagi.

“Kali ini… kita nggak tunggu tragedi datang.

Kita yang nulis ceritanya.”

Kayla tersentak pelan, lalu mengangguk, mulai paham.

Arunika bukan lagi gerbang tragedi…

kalau mereka tidak lagi menjadi korbannya.

Gelang bertanya “siapa yang akan diselamatkan?”

Dan Sari menjawab tanpa ragu — bukan ke gelang, bukan ke gunung, tapi ke Kayla:

“Kita selamatkan diri kita masing-masing dulu.”

Dan untuk pertama kalinya…

gelang tidak bereaksi dengan ancaman.

Justru ukirannya berubah menjadi:

“BENAR.”

Kayla menatap gelang, hampir tak percaya.

Sari mulai tersenyum — bukan senyum lega, tapi senyum siap bertarung jika saatnya datang.

Di luar apartemen, Raka masuk membawa kantong belanja kecil.

Dia melihat dua perempuan itu di meja, gelang biru di antara mereka.

“Ada yang berubah?” tanya Raka.

Sari dan Kayla bertukar pandang — kemudian Sari berkata:

“Ada. Tapi kita nggak lari.

Kali ini… kita jalan bareng.”

Raka berdiri di depan mereka.

Ketiganya memandang gelang.

Tidak takut.

Tidak tunduk.

Mati bisa kapan saja.

Tapi hidup — kali ini — mereka pilih sendiri.

Dan entah siapa duluan yang menyadari…

tiga orang itu bukan lagi korban dari legenda Arunika.

Mereka adalah orang yang kembali dari legenda itu — dan membawa sesuatu yang gunung tidak perhitungkan:

kemampuan manusia sembuh tanpa mengorbankan siapa pun.

Gelang biru mengkilap pelan — seolah menunggu babak berikutnya.

Dan cerita ini baru saja bergeser dari tragedi…

menjadi kisah tentang apa yang dilakukan penyintas ketika takdir berhenti menelan mereka.

1
Roro
waduh gak mudeng aku thor
Roro
hummmm penasaran
Irman nurhidayat: sebenernya aku gak serius si ngerjain novel ini wkwk,tapi kalo misal udah baca sampe ke bab terakhir dan minta lanjut,bakal aku lanjutin si,tpi aku ada prioritas novel lain yg lebih horor lagii,pantau yaa💪
total 1 replies
Roro
🤣🤣🤣🤣🤣 kok makin kesini malah gak horor tur, malah lucu
pintu tertutup terbuka aja
lama banget horonrnya datang
Irman nurhidayat: cek novel terbaruku kak,lebih seru,seram,mudah di cerna,lebih horor dan seram 🔥🔥
total 3 replies
Roro
ahhh keren inj
Roro
lanjut besok aja, jadi merinding aku
Roro
ouu UU main horor lagi,
Roro
lah... Arif apa kabar
Roro
sulit aku mencerna , tapi seru u tuk kubaca, dan akhirnya aku faham jalan cerita
Roro: iya kek nya Thor, tapi aku tetap menikmati bacaanya
cerinya nya seru banget
total 2 replies
Roro
beuhh makin keren aja
Roro
hah... tamat kah
Roro
makin seru dan makin penasaran aku
Roro
ahhhh keten banget
Roro
gak sabar pengen tau Arif sama Dimas udah koit atau kek mana yah
geram sekali sama mereka main kabur aja
Roro
keren.. makin penasaran aku
Roro
aku doakan pembaca mu banyak Thor, aku suka banget sumpah
Irman nurhidayat: Aamiin🤲makasih yaaaaa🙏
total 1 replies
Roro
Ter amat bagus...
Irman nurhidayat: mantapp makasih rating bintang 5 nyaa😍😍
total 1 replies
Roro
aku bacanya sesak nafas,
terasa banget horor nya.
Irman nurhidayat: bisa sampe sesak nafas yaa🤣
total 1 replies
Roro
ahhh seru banget
Irman nurhidayat: Bantu share yaaa💪💪
total 1 replies
Roro
misteri...
aku suka horor
Irman nurhidayat: mantap kak lanjut baca sampai tamatt💪💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!