Keyra Alzein terpaksa mengubah penampilannya menjadi cupu, merelakan diri menjadi bahan bully-an di SMA Dirgantara demi misi kebebasan dan kejanggalan kematian saudara kembarnya yang bunuh diri satu tahun yang lalu.
Namun, siapa sangka ia malah jatuh cinta pada sosok Ketos seperti Devano.
Disaat Keyra yakin akan perasaannya, satu kenyataan pahit mengusik dimana ia tahu bahwa Devano adalah cinta pertama Arin.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Putusan Bram
Keyra sudah siap dengan penampilannya, ia menyerahkan masalah Arin sepenuhnya pada sang papa. Menuruni tangga, kini tak lagi perlu baginya memakai kacamata, rambutnya digerai. Namun, sayang sekali saat ini rambutnya sedikit pendek.
Meski tak ada perubahan yang wow, Keyra akan menjadi dirinya yang asli setelah masalah saudara kembarnya Arin terkuak.
"Biar Papa yang antar!" ujar Bram setelah sarapan.
"Oke, Pa! Aku kasih kabar Aron dulu biar gak jemput," ujar Keyra. Ia memang selengket itu dengan Aron, mungkin karena sedari awal Bram dan Noah berteman sangat baik dan hal itu menurun pada anak-anak mereka.
Mobil hitam legam milik Bram memasuki area sekolah, bukan mobil sport atau mobil mewah. Namun, tetap saja berhasil mencuri perhatian orang-orang terutama siswa-siswi yang melintasi area parkir.
"Itu cupu, kan?" bisik Dina. Menunjuk ke arah Keyra yang turun bersama Bram.
"Serius itu cupu? Dina, cubit ginjal gue coba?" rutuk Andin merasa tak percaya.
"Auhh, sakit dudul!"
"Katanya suruh nyubit heh, itu mending bukan ginjal yang gue cubit." Dina memutar bola matanya jengah.
Bram dan Keyra berjalan beriringan, hingga di ujung belokan jalan pinggir lapangan mereka berpisah, Bram ke ruang kepala sekolah sementara Keyra menuju kelasnya.
"Keyra, lo Keyra kan? Gila, keren parah sih lo?" Maya menyamai langkahnya.
"Hm, dan kemarin-kemarin gue lagi cosplay jadi bahan gabutan." Keyra menyunggingkan senyum.
"Wait..." Maya jadi penasaran dengan sosok Keyra, terlebih penampilannya hari ini sangat keren. Moza si bunga sekolah kemungkinan tergeser dari posisinya karena penampilan Keyra.
Keyra menghentikan langkahnya begitu masuk ke dalam kelas.
Pandangannya menelisik teman kelas cowoknya, tak ada Devano disana. Hingga Keyra bertemu dengan Aldo, ia pun menghalangi langkah sahabat Devano itu.
"Lihat Devano nggak?" todong Keyra.
"Devano nggak mungkin masuk lah hari ini, kenapa? Lo kangen?" Aldo menarik turunkan alisnya, menggoda Keyra.
Maya yang melihat interaksi Aldo dan Keyra pun merasa aneh. Pasalnya selain Devano, Keyra tak pernah berinteraksi apalagi sampai bertanya-tanya pada teman sekelas apalagi itu cowok.
"What! Kangen? Omg..." Keyra memutar bola matanya malas.
"Btw lo cantik, Key! Devano pasti cepet sembuh kalau liat calonnya masuk sekolah secantik ini! Udah gak cosplay-cosplay kaya kemarin," puji Aldo. Batinnya terbahak karena berhasil membuat Maya dan Keyra langsung melongo di tempat.
"Sorry, ya Dev! Canda gue, palingan pas lo udah masuk sekolah udah gempar gosip," batin Aldo.
Keyra, Maya dan Aldo masuk ke kelas.
Sementara di ruang kepala sekolah, Bram sedang membicarakan masalah Arin bersama kepala sekolah, dan beberapa guru.
"Saya akan membawa kasus ini ke hukum!" tegas Bram.
"Tapi Pak, begini kalau menurut saya! Arin kan meninggal karena bunuh diri, ini perlu digaris bawahi dan Bapak ingat pertama kali. Memang, Moza dan Ferdy adalah pemicunya, tapi bagaimana kalau keluarga mereka juga ikut maju? Mengingat orang tua Moza memiliki koneksi kuat dan Papanya sendiri adalah seorang petugas kepolisian."
Bram kembali dibuat terdiam.
"Terus saya harus bagaimana?"
"Kita panggil orang tua mereka bagaimana, Pak?" usul Reyhan selaku guru Bimbingan Konseling.
"Yaudah panggil sekarang! Saya tidak mau tahu, Moza dan Ferdy harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Terlepas Arin meninggal karena apa? Mereka ikut andil sebagai penyebab lho. Kalaupun anak saya masih hidup, mentalnya juga dipertaruhkan, ngerti kan!"
Pak Hutomo selaku kepala sekolah langsung menghubungi Orang tua Ferdy dan Moza.
Hampir satu jam menunggu, akhirnya perwakilan dari dua orang murid kriminal itu hadir ke SMA Dirgantara.
"Apalagi sih ini? Gak tau anak saya sekarat di rumah sakit! Sekolah macam apa yang membiarkan muridnya dianiaya!" Ayu sebagai Mama Moza mencak-mencak begitu sampai di sekolah putrinya.
"Ibu masuk saja, semua sudah menunggu!"
Ayu masuk ke dalam ruangan menegangkan itu. Menampilkan wajah angkuh seolah mereka yang ada di dalam bukanlah hal yang sulit bagi Ayu hadapi, dan sepertinya sifat buruk Moza menurun jelas darinya.
Tak berselang lama Giovan masuk, betapa terkejut ia melihat Ayu berada disana.
Keduanya saling tatap tak percaya, akan tetapi bukan itu masalah utamanya. Saat ini mereka sedang sibuk karena anak-anaknya dirawat pasca adu jotos kemarin.
"Silahkan duduk, Bu Ayu! Pak Giovan."
Keduanya mengangguk lalu duduk dikursi kosong yang sudah disiapkan.
Bram menatap tajam mereka bergantian.
Kepala sekolah pun memperkenalkan sosok Bram sebagai pemilik yayasan sekaligus wali dari murid bernama Arinda Alzein.
"Satu tahun lebih satu bulan yang lalu, Moza dan Ferdy melakukan tindakan kriminal. Menculik Arin, membawanya pergi saat pulang sekolah bahkan Moza memaksa Ferdy melakukan pelecehan kepada Arin dengan iming-iming uang. Bagaimana menurut Ibu Ayu dan Pak Giovan?" Kepala sekolah menjelaskan pokok permasalahan dari pertemuan guru dan wali murid berkasus ini.
"Saya akan tetap membawanya ke jalur hukum dengan atau tanpa persetujuan dari kalian semua, titik!" tegas Bram.
"Ini apa maksudnya? Anak saya nggak mungkin melakukan hal sepicik itu," bela Ayu.
Sementara Giovan yang sudah mendengar pengakuan dari Ferdy pun hanya bisa pasrah menerima nasib.
"Silahkan, Pak Bram! Sebagai Ayah, saya sangat mengerti posisi anda. Jika Ferdy salah, memang sudah sepantasnya dihukum. Dia memang nakal, jadi saya pun tak akan memberikan pembelaan sekalipun dia anak saya." Giovan angkat bicara, hal itu membuat para guru menilai baik sosok Ayah dari Ferdy.
"Kalau begitu biar Ferdy saja yang tanggung hukumannya."
Giovan menghela napas melirik ke arah Ayu. Ia sungguh kecewa dengan sikap tak tanggung jawab wanita idamannya itu.
Ya, Giovan dan Ayu adalah pasangan selingkuh, terlebih suami ayu adalah petugas kepolisian dengan segudang kesibukan diluar rumah. Hal itu yang membuat keduanya diam-diam menjalin hubungan di belakang pasangan masing-masing.
***
Bram pulang setelah mengirim pesan pada putrinya, ia langsung menuju kantor polisi terdekat guna melaporkan kasus anaknya.
Pihak polisi pun meminta Bram menunggu, sebab bukan perkara yang mudah membuat Moza dipenjara. Ia harus menunggu kesaksian Devano sebagai harapan terakhirnya, apalagi rekaman Aron hanya berwujud suara, bukan rekaman video.
"Pulang sekolah, mau ikut nggak? Nengok Devano," tawar Aldo. Ia bukan sedang modus mendekati Keyra karena gadis itu tak lagi berpenampilan cupu. Aldo hanya ingin, Devano sedikit terhibur dengan datangnya ia membawa Keyra.
"Gue ikut," ujar Maya.
"Apa sih lo, Mae! Gue gak ngajak elo," sewot Aldo.
"Ishhh... Ishh... Modus lo ya, cuma ngajak Keyra?" sinis Maya.
"Nggak lah, ngapain modus! Gak liat tampang gue setulus ini, hm!"
"Udah-udah! Kalau Maya mau ikut, kita bertiga gak ada salahnya kok!" putus Keyra.
"Serius, Key! Wah, kayaknya gue gak bakal mikir-mikir lagi buat jadi temen baek lo," ujar Maya tersenyum menang.
"Ceh! Penjilat, kemarin-kemarin lo kemana heh?" cibir Aldo.
"Kemarin gue cari aman! Tau kan Moza? Ish serem, Arin aja dibully abis-abisan gegara pacaran am---" Aldo langsung membekap mulut Maya dengan telapak tangannya, mengkode gadis itu dengan tatapan mata, agar ia tak membocorkan perihal Arin dan Devano.
manissss bangeeeet 😘😘😘😘
terima kasih ka
maaf ya ka mimah aku banyak nuntut.abis suka bgt sama sama devano dan keyra.pokoknya novel2 ka mimah keren2 semua 👍👍👍👍👍
Key ngmbeknya jangn lama2 keburu Devano di gondol yg lain😁😁🤣
seperti temen ku yang kembar. ya begitu sikap dan sifatnya. 🤭🤭🤭
kalau ngambek suka ngilang ya, 😁😁😁
CATAT ITU!!!!!!