CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, MAAF BILA ADA KESALAHAN WAKTU DAN TEMPAT.
Sequel dari DUKU MATENG
Latar tempat: Kashmir, India
Jakarta, Indonesia
Kecelekaan tragis yang menimpanya bersama Sang Suami tepat di hari pernikahan mereka, membuat statusnya sebagai istri berakhir.
Semua orang menyalahkannya, menganggapnya sebagai wanita pembawa sial. Dia di asingkan jauh oleh keluarganya, karena dianggap aib.
Semua warna yang ada didalam hidupnya sirna, berganti dengan Saree putih yang abadi. Sindur yang di dahinya ikut menghilang.
Tidak akan ada lagi pria yang mau menikahinya, sekalipun dirinya berstatus sebagai Janda Perawan.
Lalu apa yang akan terjadi, saat ada seorang pria datang dan menentang semua tradisi itu?
'PADA AKHIRNYA, HATIMU AKAN DI SEMBUHKAN OLEH SESEORANG YANG MEMILIHMU DALAM KONDISI APA PUN'
[NADARA NIKAM]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan Baru
Fajar menyingsing, Nadara menggeliat kecil dari balik selimutnya. Wanita berhidung mancung itu perlahan bangkit, Nadara mengedarkan tatapannya. Dia mende*sah pelan saat melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya. Waktu sudah menunjukan pukul 5 pagi, Nadara bergegas turun dari tempat tidurnya, menggulung rambutnya asal.
Suasana rumah masih sepi, sepertinya Salima belum bangun. Mungkin karena sahabatnya itu pulang terlalu larut, Nadara bahkan masih terjaga saat Salima pulang.
Ibu dari satu orang anak itu pulang pukul 10.30 malam. Nadara belum sempat bertanya kenapa Salima pulang selarut itu, apa mungkin orang yang menyewa rumahnya sakit parah.
Beruntunglah karena Salima mantan perawat, jadi sahabatnya itu bisa melakukan pertolongan pertama untuk orang yang membutuhkan jasa medis. Tidak seperti dirinya yang hanya bergerak di bidang fashion sebelum menjanda. Nadara tersenyum miris, bahkan cita citanya sebagai desainer profesional hancur seketika karena kejadian naas itu.
Saat ini Nadara hanya bisa menggambar beberapa pola untuk koleksinya sendiri. Karir yang dia bangun selama ini luluh lantah, tidak hanya hatinya- tapi semua aspek kehidupan Nadara pun sama berantakannya.
Nadara dipaksa meninggalkan kemewahan dunia, bahkan keluarga Jaferi dan Nikam sempat ingin menggunduli rambut panjang indahnya- namun Salima menghalangi dan segera membawanya pergi. Rambut merupakan hal yang harus di singkirkan, karena menurut mereka rambut masih termasuk hal yang bersangkutan dengan pernikahan.
Nadara mengusap air matanya, wanita itu menghela napas pelan. Nadara melangkah menuju dapur, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara Salima mengaji. Nadara tertegun, lewat celah pintu dia dapat melihat sahabatnya tengah duduk dan masih menggunakan mukenanya.
"Assalamualaikum, selamat pagi Salima," bisik Nadara.
Setelah mengucapkan salam, Nadara berlalu pergi- hari ini dirinya akan ikut bersama Salima ke perkebunan baru untuk bekerja. Karena kabarnya, pemilik perkebunan tempat mereka bekerja dulu sudah menjualnya pada orang lain.
• ❣❣❣ •
"Bagaimana keadaan mu Pak Aryan? apa sudah baik atau masih merasa tidak nyaman?"
Rama mendudukkan dirinya di dekat Aryan, pria berkacamata itu meletakkan dua cangkir teh jahe diatas meja kaca. Pagi ini Aryan dan Rama tengah berada di depan rumah, menikmati udara pagi yang begitu segar.
"Lumayan, apa tadi malam kamu manggil dokter, Ram?"
Rama mengangkat satu alisnya sembari menyeruput teh jahenya. Rama mengecap rasa teh jahe buatannya sejenak, sebelum dia menjawab.
"Tidak, aku hanya memanggil Nona Salima untuk meminta bantuannya. Ternyata dia mantan perawat, jadi Nona Salima memberikan pertolongan pertama pada anda, dan akan memberikan beberapa obat serta vitamin untuk anda nanti. Aku sudah memberikan uang padanya untuk membelinya."
Aryan mengangguk samar, pria itu mengalihkan tatapannya ke arah lain. Aryan yakin selama dirinya demam tadi malam, pasti ada sesuatu hal yang mampu membuat Rama ilfil.
"Ram?" panggil Aryan tanpa berniat untuk menoleh pada asistennya.
"Iya Pak Aryan?"
Aryan menggaruk tengkuknya, entah kenapa dirinya malah ragu untuk menanyakan hal itu pada Rama.
"Emm- selama aku demam, apa ada hal aneh yang terjadi? maksudnya aku bukan dirimu!"
Rama terdiam, pria berkacamata itu kembali meneguk tehnya sembari mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Tidak ada Pak Aryan. Anda tertidur sangat lelap setelah Nona Salima memberikan obat penurun panas untuk anda."
Rama tersenyum tipis, pria itu kembali meminum teh jahenya- menghindari tatapan menyelidik Aryan yang sedari tadi terarah padanya.
'Haruskah aku jujur kalau dia mengigau sepanjang malam?' batin Rama.
Rama menelan salivanya susah payah, saat mengingat igauan atasannya itu.
"Kau menyembunyikan sesuatu dari ku?!"
Glek!
Rama serba salah, bahkan untuk menelan salivanya saja tidak mampu saat melihat tatapan mengintimidasi Aryan.
"Maaf boss, anda mengigau sepanjang malam. Selain memanggil nama Nyonya Dewangga, anda juga memanggil seseorang dengan sebutan Angel. Maaf, itulah yang saya dengar- silahkan anda cek di pon-,"
"Aku harus mandi! habiskan sarapan mu Ram. Kita harus keperkebunan pagi pagi!"
Rama mengangguk patah patah, pria itu meringis melihat kepergian atasannya. Rama yakin kalau Aryan tengah salah tingkah, Rama tahu kalau Aryan sering mengigau saat tidur dikala tubuhnya tidak merasa baik.
**SEE YOU NEXT TOMORROW
BABAYYY MUUUUAAACCHH😘😘😘**
tapi kok rasanya nggak puas ya tahu2 habis 🤭😁