NovelToon NovelToon
Mr. Billionare Obsession

Mr. Billionare Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yusi Fitria

Semua berawal dari rasa percayaku yang begitu besar terhadap temanku sendiri. Ia dengan teganya menjadikanku tumbal untuk naik jabatan, mendorongku keseorang pria yang merupakan bosnya. Yang jelas, saat bertemu pria itu, hidupku berubah drastis. Dia mengklaim diriku, hanya miliknya seorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusi Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 8

Tidurku begitu nyenyak. Aku merenggangkan tubuhku, saat aku menoleh kesamping, pria yang mengaku sebagai suamiku itu sudah tidak ada di samping.

Aku tidak tahu dan tidak mau tahu dia kemana. Lagipula, bukankah lebih baik jika aku tidak bertemu dengannya lagi.

Aku berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajah. Disaat aku bercermin, kudapati leher dan dadaku banyak bercak merah. Kusingkap baju, ternyata bercak merah itu sampai ke perutku juga.

Buru-buru aku keluar menuju kamar. Kuperhatikan kasur dengan seksama, tak ada tanda-tanda adanya semut atau serangga. Aku jadi jengkel sendiri, bergegas aku keluar kamar untuk mencari Mia.

"Mia, lihat leherku!" aduku pada Mia yang sedang ada di ruang makan.

"Banyak bercak merah dari leher sampai ke perutku," tambahku lagi.

Kulihat Mia mengulum senyumnya, apa yang lucu? Padahal aku sedang memberitahukan keluhanku.

"Pasti kalian tidak membersihkan kamar dengan baik. Oleh sebab itu, serangga menggigiti tubuhku."

"Nyonya berpikir bahwa serangga yang menggigit?" tanya Mia yang langsung kuangguki.

"Tentu saja. Jika bukan serangga, apa lagi?" Aku memasang wajah cemberut. Mataku lalu mengitari ruangan, tak ada tanda-tanda keberadaan Elbarra.

"Tuan sudah berangkat kerja, Nyonya. Dia menitip pesan kepadaku untuk tidak membangunkanmu," ujar Mia yang seolah tahu isi kepalaku.

Aku mengangkat bahuku acuh. Setidaknya aku bisa bebas jika tidak ada pria itu. Aku lekas kembali ke kamar untuk mandi. Sebelum memasuki kamar, aku penasaran akan ruangan di sebelah. Bukankah itu ruang kerja Elbarra?

Kaki ini melangkah kesana. Perlahan, kubuka pintu tersebut. Aroma lilin terapi langsung menyeruak masuk ke indera penciumanku.

Ruangannya memang tidak besar. Hanya terdapat meja dan kursi kerja, sofa panjang, dan rak buku. Aku melangkah menuju rak buku, kuperhatikan buku-buku itu, lalu mataku tertarik pada satu buku berwarna hitam.

Aku mengambil buku tersebut, buku yang berjudul Love or Die? Dari judulnya saja sudah menakutkan. Aku bergidik dan urung membacanya. Saat hendak mengembalikan buku itu, mataku tak sengaja mendapati sebuah tombol yang posisinya tertutup buku ditanganku ini.

Rasa ingin tahuku sungguh besar. Kutekan tombol tersebut, rak di depanku tiba-tiba bergeser dalam sekejap.

Aku masuk perlahan, tak lupa selalu waspada dengan apa yang terjadi. Ternyata terdapat tangga untuk turun ke bawah. Aku mengendap-endap hingga tiba dilantai paling bawah.

Tempat ini bagaikan sebuah penjara bawah tanah. Sunyi dan gelap, kombinasi yang menyeramkan. Entah darimana keberanian itu muncul, aku terus berjalan menyusuri ruangan tersebut. Cambuk, pisau, senapan, rantai, bahkan tongkat baseball ada disana.

Disaat aku fokus memperhatikan barang-barang tersebut, suara rintihan terdengar dari salah satu penjara disana.

"Tuan, tolong ampuni aku. Aku berjanji, setelah ini aku akan setia hanya kepadamu." Suara lelaki itu terdengar menyedihkan.

Aku memberanikan diri mendekat ke sumber suara. Kudapati seorang pria di salah satu sel yang terkunci.

"Nona..."

Langkahku langsung mundur saat ia mendekat dan hendak menggapaiku, untung ada jeruji besi yang membatasinya.

"Nona, bisakah kau membantuku untuk keluar dari sini?"

Aku menggeleng. Aku tidak bisa dan tidak tahu caranya.

"Di dekat tangga ada kunci yang tergantung. Bisakah kau mengambilkannya untukku?"

Aku tak langsung bergerak, aku menatapnya was-was. "Kenapa aku harus membantumu?"

Lelaki itu memasang wajah sedih, "Aku merindukan keluargaku. Istri dan anakku pasti sedang menungguku dirumah."

Mendengar kata 'keluarga', aku jadi tidak tega. Bagaimana pun, jika aku berada di posisinya pasti akan merasakan sedih juga.

Aku menghela nafas panjang, "Baiklah. Tunggu sebentar."

Yang dia katakan benar, terdapat kunci yang menggantung di dekat tangga. Namun aku tidak menyadarinya saat melewati tadi.

Aku kembali, kemudian membukakan pintu sel itu untuknya. Ia tertawa senang setelah pintunya berhasil terbuka.

"Kembalilah kerumahmu. Temui istri dan anakmu."

"Kau benar-benar percaya dengan yang kukatakan?" Lelaki itu terbahak hingga memegangi perutnya.

"Tentu saja. Bukankah kau merindukan mereka?"

Lelaki yang tidak kuketahui namanya tersebut, menyeringai kearahku. "Bagaimana jika kukatakan, bahwa yang ucapkan tadi adalah kebohongan?"

Aku terdiam. Pikiranku dipenuhi pertanyaan tentang siapa lelaki dihadapanku ini.

"Namaku Jasper," ucapnya sambil mencodongkan tubuhnya.

"Aku tidak tahu bahwa Elbarra memelihara gadis semanis dirimu," tambahnya.

Aku masih diam, aku benar-benar takut sekarang. Aku terus merutuki kebodohanku yang sok baik dengan membantu orang lain, tapi ternyata yang kubantu bukanlah orang yang baik.

"Kau tahu? Aku sudah lama tidak berbagi kehangatan dengan seorang wanita. Gara-gara si Elbarra sialan itu yang mengurungku disini. Entah sudah berapa lama dia mengurungku dan menyiksaku," Raut wajahnya berubah kesal. Dia terus mengoceh tanpa henti.

"Mumpung disini lagi sepi dan tidak ada orang, kita bisa melakukannya sampai puas, Sayang."

Tidak! Aku tidak bisa diam lagi. Aku harus segera pergi. Kaki-ku perlahan mundur untuk menjauhinya. Disaat aku berbalik dan akan lari, lenganku lebih dulu dicengkeram olehnya.

"Kau tidak bisa lari, Sayang." Jasper tersenyum licik, sungguh tidak tahu malu.

"Aku sudah membantumu. Jika bukan karena aku, kau tidak akan bisa keluar dari sel yang gelap itu."

Ia tertawa mengejek, "Kau benar-benar polos, Cantik. Apakah Si Berandal itu tidak mengajarimu untuk tidak menolong orang sembarangan?"

"Aku tidak memilih-milih jika ingin menolong orang. Aku tulus membantunya."

"Wahh, kau benar-benar gadis pujaan. Sepertinya, aku harus segera menikahimu sebelum Berandalan itu datang kemari."

"Kau gilaa?" Aku memekik tidak percaya, "Lepaskan tanganku."

Dia kembali tertawa, "Never. Aku menyukaimu, maka kau harus menjadi milikku."

"Jangan gila, Jasper!" Ucapanku tak diindahkan olehnya, ia berusaha menciumku tapi aku mencoba untuk melawan.

DOR!!

Bunyi tembakan yang begitu nyaring memekakkan telinga. Jasper perlahan melepaskanku, kemudian ambruk ke lantai. Kulihat bagian dadanya mengucur darah yang deras.

Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Aku begitu syok hingga merasakan jantungku berdebar tidak karuan.

"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI, HAH?" bentakan dan tarikan kasar yang Elbarra lakukan membuat mataku memanas.

"Lucas, urus dia!" Setelah mengatakan demikian, Elbarra langsung menarikku untuk kembali keatas.

Sesampainya di ruang kerjanya, Ia melepaskan tanganku lalu mengusap wajahnya kasar. Aku bisa melihat nafasnya yang memburu, pertanda kemarahan sedang menguasainya.

"El..." panggilku dengan suara lirih. Melihat kemarahannya sekarang, aku benar-benar menciut.

Tatapannya berubah sayu, ia lalu melangkahkan kakinya ke sofa dan duduk disana. Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya kearahku. Segera aku menerimanya, kemudian Elbarra menarik tanganku hingga tubuhku berada di pangkuannya.

"Aku tidak marah saat kau berada disana, Sayang. Aku marah saat dia menyentuhmu, bahkan ingin menciummu. Rasanya.. rasanya aku tidak tahan. Keinginan untuk membunuhnya begitu kuat," Elbarra menjelaskan sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.

"Aku tidak bisa membayangkan jika aku datang terlambat. Apa yang akan terjadi padamu disana, Sayang? Aku sungguh takut."

Mendengar itu, dadaku berdenyut nyeri. Rasa bersalah masuk ke dadaku, ternyata Elbarra selalu memikirkanku.

"El, boleh aku tanya sesuatu?" tanyaku ragu.

Yang kupanggil mendongak menatapku, "Katakan saja, Sayang."

"Siapa pria tadi?"

"Dia Jasper, mantan Bodyguard-ku. Dulu dia setia, tapi entah kenapa justru membelot dan mengkhianatiku. Semua yang kulakukan akan dilaporkannya ke rivalku."

Aku mengangguk mengerti. "Oleh sebab itu, kau mengurung dan menyiksanya?"

"Dia pantas mendapatkannya. Siapa suruh mengkhianatiku!"

Matanya kemudian beralih menatapku dalam, "Itu juga berlaku untukmu, Sayang. Jika kau mengkhianatiku, aku akan menyeretmu kesana lalu menyiksamu."

1
Ika Yeni
baguss kak ceritaa nyaa ,, semangat up yaa 😍
Yushi_Fitria: Terima kacih😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!