NovelToon NovelToon
Pendekar Naga Bintang

Pendekar Naga Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Fantasi / Budidaya dan Peningkatan / Anak Genius
Popularitas:44.9k
Nilai: 5
Nama Author: Boqin Changing

Di barat laut Kekaisaran Zhou berdiri Sekte Bukit Bintang, sekte besar aliran putih yang dikenal karena langit malamnya yang berhiaskan ribuan bintang. Di antara ribuan muridnya, ada seorang anak yatim bernama Gao Rui, murid mendiang Tetua Ciang Mu. Meski lemah dan sering dihina, hatinya jernih dan penuh kebaikan.

Namun kebaikan itu justru menjadi awal penderitaannya. Dikhianati oleh teman sendiri dan dijebak oleh kakak seperguruannya, Gao Rui hampir kehilangan nyawa setelah dilempar ke sungai. Di ambang kematian, ia diselamatkan oleh seorang pendekar misterius yang mengubah arah hidupnya.

Sejak hari itu, perjalanan Gao Rui menuju jalan sejati seorang pendekar pun dimulai. Jalan yang akan menuntunnya menembus batas antara langit dan bintang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk ke Dalam Pagoda

Sarapan sederhana itu akhirnya habis juga. Meski hanya terdiri dari roti kering dan sedikit sup sisa semalam, bagi Gao Rui itu terasa seperti jamuan yang sangat mewah. Bukan karena makanannya, tapi karena ia memakannya bersama gurunya sendiri. Setelah membereskan peralatan, ia berdiri, bersiap menunggu instruksi latihan pertama dalam hidupnya sebagai murid resmi Boqin Changing.

Namun, saat ia menoleh ke arah gurunya, alisnya langsung berkerut. Boqin Changing berdiri di tengah gua dengan tangan yang bergerak aneh. Kadang membentuk segel jari yang rumit, kadang menggambar garis-garis tak terlihat di udara. Sesekali ia mengetuk dinding gua, lalu memindahkan batu-batu kecil ke titik tertentu di tanah.

Gao Rui diam selama tiga tarikan napas, mencoba menebak lalu menyerah. Ia akhirnya tak tahan lagi.

“Guru… apa yang sedang kau lakukan?”

Boqin Changing tidak langsung menjawab. Ia menekan satu telapak tangan ke lantai gua, dan seberkas cahaya samar muncul membentuk garis tipis yang melingkar mengelilingi area dalam gua. Barulah ia berdiri sambil menepuk kedua tangannya.

“Aku sedang membuat formasi pertahanan di gua ini.” jawab Boqin Changing datar seolah itu adalah hal biasa.

Gao Rui memiringkan kepala, masih belum paham.

“Formasi? Seperti… jebakan?”

“Jebakan adalah bentuk paling rendah dari sebuah formasi.” kata Boqin Changing sambil berjalan memeriksa sudut-sudut gua. “Formasi pertahanan adalah seni memanipulasi energi alam, mengatur medan, dan merancang batas perlindungan. Jika seseorang mencoba masuk ke dalam gua ini tanpa izin… formasi akan menyambutnya.”

“Menyambut dengan cara baik?” tanya Gao Rui dengan harapan.

Boqin Changing menatapnya sekilas.

“Cukup baik. Asalkan kau tidak keberatan kepalamu meledak lebih dulu sebelum kau sempat berteriak.”

Gao Rui langsung mundur empat langkah.

“Ba-baik, Guru! Formasi yang sangat ramah!”

Boqin Changing tidak menanggapi lelucon muridnya. Ia kembali membentuk segel tangan dan menekan udara. Suara gemuruh halus terdengar di dalam gua, seperti suara aliran sungai yang terbungkus batu. Uap energi tipis mulai berputar di sekitar mereka, namun kemudian menghilang begitu saja.

“Mulai hari ini, selama kita berlatih di dalam pagoda, tidak akan ada yang bisa mengganggu kita.” kata Boqin Changing. “Tidak binatang buas, tidak pemburu, tidak pula orang-orang jahat.”

Gao Rui mengangguk, lalu tiba-tiba wajahnya berubah serius.

“Guru… kalau begitu… Apakah itu berarti latihan yang akan kita jalani begitu berat?”

Boqin Changing menatap muridnya seperti sedang menilai kekuatannya.

“Tidak.” jawabnya santai.

Gao Rui sedikit lega sampai Boqin Changing menambahkan kalimatnya.

“Latihan yang akan kita jalani… bukan sekadar berat. Ini adalah latihan hidup dan mati. Jika kau tidak tahan… kau akan mati.”

Gao Rui menelan ludah. Dadanya sedikit bergetar. Tapi ia tidak mundur. Ia mengepalkan tinjunya dan menunduk.

“Kalau begitu, Guru… aku siap mati!”

Boqin Changing menatapnya sesaat. Lalu ia tersenyum tipis.

“Bagus. Tapi jangan mati. Itu merepotkan.”

Boqin Changing lalu  berdiri tegak di tengah gua dan menoleh pada muridnya.

“Bocah, kemarilah.”

Gao Rui segera melangkah maju. Meski napasnya sedikit tegang, matanya tetap mantap. Boqin Changing mengangguk kecil lalu berkata pelan tetapi tegas.

“Pegang pundakku.”

“Hah?”

“Cepat.”

Tanpa banyak berpikir lagi, Gao Rui meletakkan tangan kanannya di pundak Boqin Changing. Ia sempat bertanya-tanya apa yang akan terjadi, tapi sebelum ia sempat membuka mulut, gurunya mengangkat tangan kirinya dan menggigit ujung jarinya sendiri. Setetes darah merah pekat muncul di ujung telunjuknya.

Gao Rui sontak membesar matanya.

“Gu-guru, kenapa melukai dirimu sendiri?”

Boqin Changing tidak menjawab. Patung itu memancarkan cahaya lembut keperakan, seolah memiliki kesadaran sendiri. Di mata Guo Rui, gurunya menatap benda itu dengan kesungguhan yang jarang terlihat.

“Dengarkan baik-baik.” ucap Boqin Changing. “Mulai dari detik ini, kau akan memasuki dunia lain. Apa pun yang terjadi di dalam, jangan panik. Ikuti perintahku. Jika kau kehilangan kendali, kau tidak akan keluar lagi.”

Gao Rui mengangguk cepat.

“Mengerti!”

Boqin Changing mengangkat patung pagoda itu dengan satu tangan, lalu meneteskan darah telunjuknya tepat pada ukiran huruf kuno yang terpahat di permukaan batu. Begitu darah itu menyentuh ukiran, seluruh ruangan bergetar halus.

Lalu Boqin Changing mulai melafalkan sesuatu. Bahasanya terdengar aneh. Seperti berasal dari zaman yang sangat tua, lebih tua dari sejarah apa pun yang pernah diceritakan. Suaranya rendah, dalam, dan bergetar seakan memanggil sesuatu yang tersembunyi di antara lapisan ruang dan waktu.

Begitu mantra kuno itu selesai, huruf-huruf di permukaan pagoda bersinar seperti bara merah menyala, lalu menyebar membentuk pola lingkaran sihir yang berputar cepat. Angin energi meledak keluar dari pagoda itu, membuat rambut dan pakaian mereka berkibar.

“G-Guru! Apa yang.....”

“Pegangan yang kuat.”

Seketika cahaya menelan mereka. Tubuh mereka memudar, terurai menjadi partikel cahaya, lalu tersedot masuk ke dalam ukiran pintu kecil pada pagoda itu. Tidak ada waktu untuk menjerit atau bertanya. Dunia di sekitar mereka benar-benar lenyap.

Dalam sekejap mereka menghilang dari gua. Masuk ke dalam Pagoda Serpihan Surga.

...******...

Tubuh Gao Rui terasa seperti dihempaskan ke dalam pusaran angin tak terlihat. Segalanya berputar, memanjang, lalu menyusut seperti ditarik dan diperas sekaligus. Ia ingin berteriak, tapi suara tidak keluar. Ia ingin membuka mata, tapi kelopak matanya seperti tertahan oleh tekanan yang tak bisa dijelaskan.

Lalu ia terjatuh cukup keras di permukaan yang dingin namun halus, seperti sebuah tanah yang dipoles. Kepalanya berdenyut, pikirannya kacau.

“Ugh… kepalaku… rasanya mau pecah…”

Gao Rui memegang kepalanya sambil memaksa membuka mata. Pandangannya buram pada awalnya, namun perlahan mulai fokus. Ia mengusap matanya beberapa kali, berusaha memahami di mana ia berada.

Begitu kesadarannya kembali, ia membeku.

“I-ini… di mana?”

Tempat itu bukan lagi gua. Bukan pula dunia luar yang ia kenal. Ia berdiri di hamparan daratan luas yang tertutup rumput hijau yang berkilau seperti dilapisi embun mutiara. Di kejauhan berdiri gunung-gunung menjulang tinggi menembus awan putih yang bergerak pelan. Langitnya biru jernih, namun di dalam ketinggian terlihat aliran energi spiritual mengalir seperti sungai cahaya.

Udara di tempat itu harum, menenangkan, namun pada saat yang sama penuh kekuatan. Setiap tarikan napas membuat tubuh terasa ringan, seolah tulang dan darahnya dimurnikan oleh energi yang tak terhingga.

“Tempat… apa ini…?”

Di antara rerumputan, bunga-bunga indah bermekaran. Ada bunga berkelopak perak, ada yang memancarkan cahaya biru. Burung-burung berwarna emas terbang di langit, meninggalkan jejak cahaya seperti lukisan. Semua terlalu indah untuk menjadi nyata.

Langkah Gao Rui goyah maju satu langkah. Matanya membesar tak berkedip.

“Ini… ini… surga…?”

Suara angin lembut berdesir, lalu terdengar suara seseorang di belakangnya.

“Bukan surga.” ujar suara tenang itu. “Namun seperti surga bukan?”

Gao Rui menoleh cepat.

Di tengah hamparan padang rumput itu, sosok Boqin Changing berdiri dengan tenang. Jubahnya berkibar lembut, dan mata tajamnya memandang jauh ke atas. Tidak ada keterkejutan di wajahnya, seolah tempat seperti ini hanyalah pemandangan biasa baginya.

“Selamat datang, Bocah.” katanya tanpa menoleh.

“Mulai dari hari ini, ini adalah tempatmu untuk berlatih.”

1
opik
mantap
Dewi Kusuma
bagus
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops 🍌🍒🍅🍊🍏🍈🍇
Anonymous
makin seruuuu 😍
John Travolta
jangan kendor updatenya thor
hamdan
thanks updatenya thor
Duroh
josssss 💪
Joko
go go go
Wanfaa Budi
😍😍😍😍
Mulan
josssss
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
Zainal Arifin
mantaaaaaaaappppp
y@y@
👍🏾⭐👍🏻⭐👍🏾
y@y@
👍🏿👍🏼💥👍🏼👍🏿
Rinaldi Sigar
lanjut
opik
terimakasih author
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
berjaga
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
Dialog tag kan ini? Diakhiri pake koma ya thor (bukan problem besar sih, pembaca lain juga banyaknya pada gak sadar 🤭)
A 170 RI
mereka binafang suci tapi mereka lemah..yg kuat adalah gurumu
Joko
super thor 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!