NovelToon NovelToon
Cinta Di Antara Dua Istri Sang CEO

Cinta Di Antara Dua Istri Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Poligami / Selingkuh / Mafia
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tika kookie

sebuah pria tampan CEO bernama suga yang menikah dengan wanita cantik bernama cristine namun pernikahan itu bukan atas kehendak suga melainkan karena sedari kecil suga dan cristine sudag di jodohkan dengan kakek mereka, kakek cristine dan suga mereka sahabat dan sebelum kakek cristine meninggal kakeknya meminya permintaan terakhir agar cucunya menikah dengan suga, namun di sisi lain suga sebenarnya sudah menikah dengan wanita bernama zeline suga dan zeline sudah menikah selama dua tahun namun belum di karuniai seorang anak, itu juga alasan suga menerima pernikahan dengan cristine.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cinta di antara dua istri sang ceo

Kembali ke masa kini

  Zeline menatap langit-langit kamarnya lagi, matanya mulai basah.

   Zeline (berbisik dengan lirih): “Suga… aku memilihmu karena aku pikir cinta bisa tumbuh… tapi sekarang aku bahkan tidak tahu lagi apa yang tersisa di antara kita.”

    Air matanya jatuh satu per satu. Dalam keheningan malam, hanya suara detak jam dinding yang menemani penyesalannya.

    Zeline: “Dan Tae… aku meninggalkanmu, hanya untuk jatuh ke dalam luka yang lebih dalam.”

     Ia menutup matanya perlahan, berharap bisa tidur, namun pikirannya masih terjebak antara masa lalu dan kenyataan pahit yang kini ia jalani.

Keesokan paginya, sinar matahari menembus jendela rumah Appa, menerangi ruang tamu kayu sederhana yang hangat. Aroma teh dan sarapan pagi mengisi udara.

     Terdengar ketukan di pintu. Appa berjalan cepat, membuka pintu, dan di hadapan pintunya berdiri seorang pria gagah, setelan rapi, wajah tenang namun penuh kharisma.

 tok..tok..tok

   tuan jae-hoon ( ayah zeline ) membuka pintu

    jae-hoon : waah kim taehyung selamat datang nak sudah lama tidak berjumpa

      taehyung : paman aku sudah lama tidak mengunjungi mu maaf karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku

    jae hoon : tae kau sama saja dengan putriku ( tertawa kecil ) kalian sama sama sibuk dengan urusan pekerjaanmu

    taehyung hanya tersenyum tipis

   jae hoon : masuk lah nak bairkan aku membuatkan teh untukmu

   taehyung : tidak perlu paman aku sedang terburu buru, kapan kapan nanti aku akan datang menemuimu lagi

   Jae-hoon tersenyum memahami, lalu menepuk bahu Taehyung dengan hangat.

    Jae-hoon: “Baiklah nak, kalau begitu lain kali datanglah lebih lama ya. Jangan hanya sebentar seperti ini.”

    Taehyung mengangguk sopan, senyum tipisnya tetap terjaga.

  Taehyung: “Tentu, Paman Jae-hoon. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini.”

    Jae-hoon menatap tamunya sebentar, lalu melangkah masuk ke dalam rumah sebentar untuk membereskan sarapan yang sudah setengah tersaji, sementara Taehyung berdiri di teras, menatap langit pagi sejenak.

    Jae-hoon (berbicara pelan pada dirinya sendiri): “Anakku Zeline… siapa sangka Tae datang ke rumah hari ini. Semoga kau juga bisa bersikap tenang saat nanti bertemu dengannya.”

    Taehyung kemudian berpamitan dengan senyuman hangat, melangkah pergi menuju mobilnya. Ia tidak menyadari bahwa wanita yang dulu direncanakan dijodohkan dengannya ternyata adalah putri Jae-hoon sendiri, Zeline, yang kini sedang berada di rumah tapi belum turun ke ruang tamu.

Zeline melangkah perlahan dari kamar menuju ruang makan. Rambutnya yang sedikit kusut tertiup angin pagi dari jendela yang terbuka. Pagi itu, sinar matahari menyoroti wajahnya yang masih tampak letih, namun matanya menampilkan kedewasaan yang telah ia pelajari dari pengalaman hidupnya.

     Meski di rumah mewahnya Zeline selalu bersikap anggun, mandiri, dan dewasa, di rumah Appa, ia berubah menjadi gadis kecil yang ingin diperhatikan dan dilindungi. Setiap langkahnya terasa ringan, namun matanya sesekali menatap sekeliling, mencari sosok ayahnya.

     Zeline (dalam hati): “Aku harus bersikap sopan… tapi entah kenapa rasanya nyaman sekali bisa kembali ke sini, di rumah Appa. Rasanya seperti kembali ke masa kecilku.”

      Ia menghampiri meja makan yang sudah disiapkan Appa, sarapan sederhana namun hangat terhidang: nasi hangat, sup, dan beberapa lauk favoritnya. Aroma masakan Appa selalu membuatnya merasa aman, seolah semua masalah dunia bisa diredam oleh kehangatan sarapan pagi ini.

     Zeline: “Appa… sarapannya terlihat enak sekali.”

     Jae-hoon (tersenyum hangat): “Tentu saja, Zeline. Ini kan masakan Appa, dibuat khusus untukmu. Duduklah dan makan, anakku.”

 Zeline tersenyum malu-malu, duduk di kursi favoritnya, dan mulai menyuapi diri sendiri. Meski ia sudah dewasa dan mandiri, ada rasa aman dan damai yang hanya bisa ia rasakan saat bersama Appa.

Zeline menatap ponselnya yang tergeletak di atas meja makan, jarinya sesekali menyentuh layar seakan menunggu panggilan atau pesan yang mungkin tidak akan datang. Matanya kosong, namun ada harapan yang tak bisa sepenuhnya ia hapus dari hatinya.

     Melihat itu, Jae-hoon menatap putrinya dengan campuran kesedihan dan kekhawatiran. Suaranya lembut namun tegas.

     Jae-hoon: “Nak… Appa tahu siapa yang kau tunggu. Lihatlah… dia tidak menghubungimu, bukan? Bahkan dia tidak berusaha mencarimu atau menanyakan kabarmu.”

       Zeline menunduk, jari-jarinya masih menatap layar ponsel. Sebuah keheningan menyelimuti meja makan, hanya suara aroma teh dan nasi yang mengepul di udara pagi.

     Jae-hoon: (melanjutkan, sedikit menahan emosi) “Zeline, sadarlah nak… dia tidak baik untukmu. Orang yang benar-benar peduli dan mencintaimu tidak akan membiarkanmu menunggu seperti ini.”

    Zeline menelan ludah, menutup ponselnya, dan perlahan mengangguk. Hatinya terasa sesak, tapi kata-kata Appa membangkitkan kesadaran yang selama ini ia abaikan.

    Zeline (berbisik pelan): “Appa… aku… aku tahu. Aku hanya… masih belum bisa melepaskan harapanku.”

     Jae-hoon menghela napas panjang, menepuk bahu putrinya dengan lembut.

     Jae-hoon: “Nak… Appa selalu di sini untukmu. Kau tidak sendiri, Zeline. Ingat itu.”

   Zeline menatap Appa dengan mata berkaca-kaca, untuk pertama kalinya merasa aman melepaskan sebagian kecil beban yang menekan hatinya.

Zeline duduk di kursi makan, menatap sarapan yang setengah tak tersentuh. Jae-hoon menatap putrinya dengan penuh perhatian, suara lembutnya dipenuhi kekhawatiran.

     Jae-hoon: “Nak… Appa ingin kau tetap tinggal di sini saja. Jangan kembali ke rumahmu yang lama dulu. Kau sudah terlalu banyak menderita di sana.”

    Zeline menunduk, jari-jarinya memainkan sudut taplak meja, tak berani menatap langsung ke wajah Appa.

    Jae-hoon: (melanjutkan, sedikit menahan emosi) “Di sini, kau bisa merasa aman. Appa akan selalu ada untukmu. Kau tak perlu memaksakan diri menghadapi suamimu, Zeline. Biarkan semuanya tenang dulu.”

    Zeline menelan ludah, hatinya campur aduk. Rasanya ingin memeluk Appa, namun ia juga tahu hidupnya tak semudah itu diubah begitu saja.

 Zeline: (berbisik pelan, nyaris tak terdengar) “Appa… aku… aku hanya perlu waktu untuk memikirkan semuanya.”

  Jae-hoon mengangguk, meski sedikit kecewa, ia tetap menahan diri.

Jae-hoon: “Baiklah, nak… tapi jangan tunggu terlalu lama. Appa ingin kau bahagia, Zeline. Jangan biarkan dirimu terus terluka.”

     Zeline hanya terdiam, matanya menatap jauh ke luar jendela, memikirkan keputusan yang harus ia ambil. Di hatinya, masih ada rasa bersalah, cinta yang belum selesai, dan ketakutan untuk meninggalkan segalanya yang telah ia jalani selama ini.

Zeline: “Appa… aku akan berangkat kerja dulu.”

  

    Jae-hoon menatap putrinya dengan campuran rasa khawatir dan sayang.

    Jae-hoon: “Kerja? Nak… jangan terlalu memaksakan diri. Kau terlihat lelah akhir-akhir ini.”

     Zeline tersenyum tipis, mencoba meyakinkan Appa.

   Zeline: “Aku baik-baik saja, Appa. Jangan khawatir. Aku hanya ingin menyelesaikan beberapa urusan di kantor.”

  Jae-hoon menghela napas panjang, lalu mengangguk perlahan.

    Jae-hoon: “Baiklah… hati-hati di jalan, nak. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup.”

    Zeline meraih tasnya, membungkuk hormat, dan melangkah menuju pintu. Sesaat sebelum keluar, ia menoleh ke Appa.

    Zeline: “Aku akan pulang lagi setelah semuanya selesai, Appa. Jangan khawatir.”

  Jae-hoon tersenyum tipis, menatap putrinya melangkah pergi, hatinya sedikit lega namun tetap khawatir akan masa depan Zeline.

Mobil Zeline meluncur pelan di jalan raya, matahari pagi memantul di kaca mobil mewahnya. Ia fokus pada perjalanan menuju kantor, namun pikirannya masih tersangkut pada percakapan dengan Appa.

     Tiba-tiba mobilnya berhenti di lampu merah. Di jalur sebelah, sebuah mobil hitam elegan berhenti paralel dengannya. Pengemudinya adalah Taehyung, sedang menuju kantor Appa.

    Taehyung tanpa sengaja melirik ke sisi mobil dan seketika matanya membelalak. Sosok di mobil mewah itu… Zeline.

     Taehyung (berbisik pelan, tak percaya): “Apa itu… Zeline? Tidak… tidak mungkin… Mungkin aku salah melihat… oh astaga.”

     Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Mobil Zeline melaju lebih dulu, meninggalkan Taehyung di belakang. Ia hanya bisa duduk diam, menatap ke arah mobil yang menjauh, jantungnya berdegup cepat.

    Taehyung (dalam hati): “Zeline… itu memang Zeline. Tapi… bagaimana bisa dia di sini? Kenapa aku merasa jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya?”

     Taehyung menelan ludah, mencoba menenangkan diri, namun bayangan Zeline di mobil mewah itu tetap membekas di pikirannya. Rasa terkejut, rindu, dan penasaran bercampur menjadi satu.

     Zeline memasuki lobi kantor Vante Global Holdings dengan langkah mantap, mengenakan setelan kerja rapi yang memancarkan profesionalisme. Ia menatap sekeliling ruangan yang luas dan modern, belum menyadari bahwa kantor megah ini adalah milik mantan kekasihnya, Taehyung.

      Zeline (dalam hati): “Kantornya cukup besar dan rapi… sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sibuk.”

    Zeline berjalan menuju ruang rapat, di mana beberapa eksekutif dan staf sudah berkumpul, menyiapkan presentasi dan dokumen untuk miting penting hari itu. Ia tersenyum ramah kepada beberapa staf, tetap bersikap profesional, namun hatinya sedikit cemas tanpa sebab yang ia pahami.

 

   Tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka, dan seorang pria dengan aura percaya diri memasuki ruangan. Tatapan mata mereka bertemu sebentar, dan jantung Zeline seketika terhenti. Sosok itu adalah Taehyung, mantan kekasih yang pernah begitu berarti di masa lalunya, kini berdiri di hadapan mereka sebagai pemilik kantor.

    Zeline (dalam hati, kaget): “Tae… itu memang dia… tapi ini tidak mungkin… kenapa dia di sini?”

   Taehyung juga menatap Zeline sekilas, matanya sedikit melebar, terkejut namun mencoba tetap tenang.

    Taehyung (dalam hati): “Zeline… tidak mungkin… tapi itu benar-benar dia. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini.”

    Suasana ruang rapat tiba-tiba menjadi sedikit tegang, meski semua orang masih sibuk dengan persiapan. Zeline berusaha menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam, dan mencoba fokus pada rapat yang akan dimulai.

1
Sokkheng 168898
Baca ini sambil minum teh hangat, perfect combo ❤️
KARTIKA: masyaallah makasih kak 🥰😄
total 1 replies
Huesito.( ꈍᴗꈍ)
Gak disadari sampai pagi cuma baca cerita ini, wkwkwk.
KARTIKA: makasih kak 😄😍👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!