NovelToon NovelToon
Rahasia Tersembunyi Sopir Pribadiku

Rahasia Tersembunyi Sopir Pribadiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:882
Nilai: 5
Nama Author: Bunnyku

Putri Daniella menyukai Pangeran Felix dan ingin menikah dengannya. Tapi kehadiran sopir pribadinya Erik Sebastian merubah segalanya. Pemuda desa itu diam-diam mencintai putri Daniella sejak kecil. Seiring waktu, terungkap jika Erik adalah putra mahkota yang sesungguhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunnyku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta Lain Di Belakangku

Di bawah kelap-kelip kunang-kunang yang masih menari di tengah hutan gelap, Putri Daniella duduk di batang kayu yang kasar, napasnya perlahan tenang setelah bermain dengan cahaya-cahaya kecil itu.

Aroma tanah basah dan dedaunan musim gugur memenuhi udara, bercampur dengan dinginnya angin malam yang membuat tubuhnya sedikit menggigil meski terbalut jas Erik.

Di sampingnya, Erik duduk dengan santai, tangannya bertumpu pada lutut, matanya menatap kunang-kunang yang berkedip seperti bintang-bintang kecil di dahan-dahan pohon. Hutan itu seperti dunia lain, jauh dari gemerlap istana dan beban rumor yang menyesakkan hati Daniella.

"Putri tahu," kata Erik pelan, suaranya lembut seperti bisikan angin, "setiap kali saya merindukan suasana kampung halaman saya, saya akan ke sini, duduk berjam-jam di atas batang kayu ini, melihat kunang-kunang yang menari di atas ranting pohon sepanjang hutan ini."

Matanya berbinar mengenang, seolah melihat desa Vilkrad di depannya, ladang barley yang bergoyang, sungai kecil yang mengalir, dan rawa-rawa yang hidup dengan cahaya kunang-kunang.

Daniella menoleh, alisnya terangkat sedikit, rasa ingin tahunya mengalahkan kesedihan yang masih mengintai.

"Di hutan di kampungmu banyak kunang-kunang?" tanyanya, suaranya lebih lembut sekarang, tak lagi ketus seperti biasa.

"Banyak," jawab Erik, tersenyum kecil, wajahnya diterangi samar oleh cahaya kunang-kunang.

"Bukan hanya di hutan, tapi juga di rawa-rawa, di dekat sungai di desa kecil kami. Setiap petang menjelang malam, saya selalu ke sana, melihat kunang-kunang di situ. Hati saya pasti tenang dan gembira."

Dia menatap ke depan, kenangan masa kecilnya membawa kehangatan di tengah dinginnya malam.

"Tuan Putri tahu, di beberapa mitos, kunang-kunang dianggap sebagai simbol cinta dan kesetiaan."

Daniella mengerutkan dahi, setengah tak percaya.

"Benarkah? Memangnya ada yang masih percaya mitos itu? Aku pikir cuma orang bodoh saja yang percaya sama mitos dan hal-hal aneh lainnya," katanya dengan nada sinis, tapi ada nada penasaran yang tak bisa disembunyikan.

Erik tertawa kecil, suaranya hangat dan tak tersinggung.

"Saya orang desa, kami terkadang masih percaya mitos-mitos seperti itu. Mereka bilang cahaya kunang-kunang sebagai tanda kasih sayang dan komitmen. Kunang-kunang sering dikaitkan dengan kisah cinta yang abadi," jelasnya, suaranya penuh keyakinan sederhana yang membuat Daniella diam sejenak, menyerap kata-kata itu.

"Kisah cinta abadi gimana? Harus memelihara kunang-kunang gitu biar cinta kita abadi? Gak masuk akal banget," balas Daniella, setengah mengejek tapi matanya mulai berbinar, tertarik pada cerita itu.

"Pasangan yang melihat kunang-kunang bersama diyakini akan memiliki hubungan yang langgeng dan harmonis," kata Erik, matanya menatap kunang-kunang yang masih menari, seolah mereka sedang menceritakan rahasia alam.

"Mungkin bukan seperti itu, tapi meski hanya mitos, cahaya lembut kunang-kunang sering kali menciptakan suasana romantis, terutama di malam hari."

Daniella memandangnya, alisnya terangkat lebih tinggi.

"Apa? Masa sih, jadi maksudmu aku harus datang ke sini bersama Pangeran Felix, melihat kunang-kunang bersama, biar hubungan kami langgeng dan harmonis?" katanya, nada suaranya bercampur antara tawa dan kesal, tapi ada luka yang tersembunyi di balik kata-katanya, bayangan Felix dan Sabrina di yacht itu kembali menghantui.

Erik merasakan perubahan nada itu, hatinya ingin menghibur tapi hati-hati.

"Mungkin bukan seperti itu," katanya lembut, "tapi kalau Tuan Putri dan Pangeran Felix melihat kunang-kunang bersama, bukankah itu bisa jadi momen romantis?"

Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Atau dengan siapa pun yang Tuan Putri pilih seseorang yang benar-benar mencintai Tuan Putri, yang tak menyembunyikan apa pun di belakang."

Daniella menarik napas panjang, matanya kembali ke kunang-kunang, tapi pikirannya melayang ke Felix, pria yang dia idamkan sejak kecil, yang selalu jadi pusat dunianya.

"Hmmmh, menarik juga ide itu," katanya pelan, suaranya bergetar.

"Suatu hari aku akan pergi dengannya, mungkin juga dengan pangeran atau bangsawan berdarah biru lainnya, yang benar-benar mencintaiku, tidak menyembunyikan cinta lainnya di belakangku."

Kata-kata itu terucap dengan pahit, luka di hatinya terasa lebih dalam, seperti salju yang mencair perlahan tapi meninggalkan dingin yang menusuk.

Erik merasakan kesedihan itu, dan hatinya ingin sekali menghapusnya. Dia mengalihkan pembicaraan.

"Apa Putri lapar? Kita akan kembali sesaat lagi. Tapi, saya bawa dua apel, buah kesukaan Tuan Putri. Ini apelnya." Dia mengeluarkan apel hijau dari saku celananya, menyerahkannya dengan senyum tulus.

Daniella mengambil apel itu, jarinya menyentuh tangan Erik sekilas, hangat dan kasar, membuatnya merasa aneh, nyaman tapi asing.

Dia menggigit apel itu perlahan, rasa manis dan segar memenuhi mulutnya, sedikit mengalihkan pikirannya dari luka.

"Pernahkah Putri mendengar legenda Skandinavia tentang cahaya utara, tentang Aurora Borealis? Tahu kah Putri tentang mitos cahaya utara yang berhubungan dengan kunang-kunang?" tanya Erik, suaranya penuh semangat, seperti anak kecil yang berbagi rahasia.

Daniella menoleh, alisnya terangkat. "Aku belum pernah mendengar legenda Aurora yang terkait kunang-kunang. Memangnya ada?" tanyanya, rasa ingin tahunya kembali muncul.

"Yang aku tahu justru mitos rubah api," kata Daniella, tersenyum kecil, "yang berlari di langit begitu cepat, ketika ekor mereka yang besar dan berbulu menyentuh pegunungan, mereka menciptakan percikan api yang menerangi langit, yang disebut cahaya utara."

Erik tersenyum lebar, kagum pada pengetahuan Daniella.

"Benar, tapi ada versi lain. Menurut cerita legenda, saat kunang-kunang berlari, ekor mereka menyapu kepingan salju ke langit, yang menangkap cahaya bulan. Itulah yang menciptakan cahaya utara," jelasnya, matanya berbinar.

"Itu juga menjelaskan mengapa cahaya tersebut hanya terlihat di musim dingin, karena tidak ada salju di bulan-bulan musim panas."

"Oh, seperti itu legendanya," kata Daniella, tersenyum tipis, hatinya sedikit terhibur oleh cerita sederhana itu.

"Tentu saja aku sering melihatnya. Saat musim dingin, bisa melihat Aurora Borealis dengan lebih jelas, karena cahayanya akan memendar sempurna di salju."

Erik mengangguk, senang melihat senyum kecil itu.

"Kita sepertinya harus kembali ke istana, sudah dua jam lebih di sini," katanya, berdiri dan mengulurkan tangan.

"Iya, ayo pulang. Aku juga sudah mulai mengantuk," jawab Daniella, menguap kecil. Erik menuntunnya, tangannya kembali memegang tangan gadis itu, hangat dan kuat, membawa rasa aman di tengah gelapnya hutan.

Daniella mengembalikan jas Erik, aroma pria itu masih tersisa di kulitnya, membuat hatinya bercampur aduk.

**********

1
Dandi Mahesa
keren kak Lanjut gasken
lovebunny: makasih 🙏🙏
total 1 replies
Dandi Mahesa
mampir ka
Just_Loa
Halo kak trimakasih sdah mmpir ya 🧡
lovebunny: hallo juga..iya sama sama..sukses selalu
total 1 replies
lovebunny
iya sabar.. tungguin ya 🙏🙏
lovebunny
makadih ya sudah mampir
lovebunny
maksudnya kendala apaan tuh..he..he
Ryner
Thor, jangan diam aja, kasih kabar kalo ada kendala, kami akan terus menunggu!
perayababiipolca
Keren! Bagus banget ceritanya.
Agnes
Cepat update dong, seru banget ni ceritanya! 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!