Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 08
Erinna membuka mata secara perlahan, dia menatap bingung ruangan bernuansa putih di depannya. Dia berusaha untuk bangkit, tetapi tiba-tiba kepalanya terasa berat. Penglihatannya tiba-tiba kabur, di ikuti kepalanya yang tiba-tiba sakit. Dia duduk sambil memegangi kepalanya, berusaha untuk mengingat kenapa dia ada di ruangan itu.
"Kenapa aku di sini?" gumam Erinna sambil menatap jarum infus yang melekat di tangannya.
"Nyonya sudah sadar?" tanya seorang suster tiba-tiba masuk ke ruangan itu sambil membawa sebuah nampan yang berisi makanan.
"Saya di mana, Sus? Kenapa saya ada di sini?'' tanya Erinna bingung.
"Nyonya ada di ruangan VIP kelas satu. Semalam nyonya mengalami kecelakaan,'' jelas suster itu sambil memeriksa keadaan Erinna.
"Ruang VIP kelas satu?" tanya Erinna membulatkan matanya terkejut.
Bukan ruangan itu yang dia bingungkan, tapi biayanya. Bagaimana dia membayar biaya itu? pasti sangat mahal. Sedangkan di hanya memiliki uang sepuluh ribu. Dengan cepat dia merogoh saku dasternya, tapi dia langsung membulatkan matanya terkejut setelah menyadari jika dompetnya hilang. Dia dengan panik mencari di dekatnya, mana tahu suster menemukannya dan menyimpannya di sekitar situ.
Namun, dia tidak menemukan dompet itu dimanapun. Dia menghela napas kasar dan menatap suster yang telah keluar setelah memeriksa keadaannya. Dia menatap selang infus yang melekat di tangannya, dan berusaha mengingat kejadian semalam. Perlahan air matanya menetes mengingat penghianatan Azka. Menjalin bahtera rumah tangga selama enam tahun ternyata berujung sebuah penghianatan, Erinna tidak pernah menyangka ini akan terjadi di dalam rumah tangganya.
Selama enam tahun dia menemani Azka dalam keadaan suka maupun duka, dia tidak pernah menuntut apapun dari suaminya itu. Dia juga menerima setiap perlakuan mertua dan iparnya tanpa pernah melawan, tapi ternyata pengorbanan yang dia berikan berakhir sia-sia. Kehadirannya tidak di hargai, perjuangannya tidak di anggap, dia hanya dianggap angin lalu yang tidak pernah ada.
Cukup lama Erinna larut dalam kesedihan, hingga akhirnya dia berusaha kuat demi putranya. Dia harus kuat, dia tidak boleh lemah, jika dia terus terpuruk seperti ini tidak akan mengubah segalanya, dia harus bangkit demi putra kecilnya Denis. Tidak punya pilihan lain, Erinna mencoba melepaskan infus yang melekat ditangannya. Walaupun sedikit berdarah, tetapi Erinna tidak perduli. Dia turun dari ranjang dan bergegas untuk kabur, jika terus berada di ruangan itu mau di bayar pakai apa nantinya. Jangankan untuk bayar biaya perawatannya, untuk beli makanan saja dia sudah tidak punya.
Bughh...
Arghh...
"Sial!"
Saat membuka pintu dan bersiap untuk kabur, Erinna tiba-tiba menabrak sebuah tubuh kekar, sehingga membuat tubuh kurusnya terpental ke belakang. Dia memegangi hidungnya yang menabrak dada pria itu, sehingga membuatnya sedikit meringis kesakitan. Bukannya membantu, pria itu malah diam sambil menatapnya dingin.
Erinna mengerutkan keningnya menatap pria di depannya, tubuh tinggi, hidung mancung, kulit putih bersih, di tambah lagi dengan rahang tegas dan juga tatapan datar, membuat wanita itu langsung meraba bulu kuduknya. Bukan karena terpesona, tetapi takut di tuntun karena telah merusak mobil pria di depannya itu. Menurutnya, orang kaya akan selalu menindas orang miskin karena kekuasaan. Apalagi melihat tampang pria itu yang sangat arrogant, membuat nyali Erinna langsung menciut sebelum berperang.
"Ma_maafkan saya, Tuan. Sumpah saya ngak sengaja, saya juga tidak ada niat menabrakkan diri ke mobil, Tuan. Saya mohon maafkan saya," Erinna langsung bersujud memohon di hadapan pria itu.
Dia tidak perduli dengan apapun saat ini, dia hanya ingin terbebas dalam masalah ini dan kembali fokus ke kesehatan Denis. Jangankan menganti kerusakan mobil pria itu, untuk biaya pengobatan Denis saja dia tidak punya.
Pria itu hanya diam melihat tingkah Erinna, dia langsung menatap suster yang berdiri di sampingnya dan memberi kode dengan matanya. Walaupun pria itu tidak mengucapkan sepatah katapun, tetapi suster itu langsung mengerti. Dia langsung membantu Erinna untuk berdiri dan menyuruhnya kembali ke bangsal dan memasang infus kembali.
Tentu hal itu membuat Erinna kebingungan sediri, dia menatap pria itu dan juga suster secara bergantian. "Tuan mau apa? Jangan sakiti saya. Saya hanya seorang ibu yang tidak punya apa-apa. Tolong maafkan saya."
Mendengar permohonan Erinna, senyuman kecil langsung melingkar di wajah pria itu. Dia menatap wajah Erinna yang pucat karena ketakutan dengan tatapan datar. "Aku tidak akan melakukan apapun. Ini uang ganti rugi untuk pengobatan_mu, maaf saya terlalu fokus ke ponsel, sehingga tidak memperhatikan jalan."
Erinna menatap amplop yang ada di tangan pria itu dengan tatapan bingung. Ingin sekali dia menerima amplop itu, tetapi dia juga merasa tidak enak hati. Dia juga salah, dia menyebrang tanpa memperhatikan kanan dan kiri terlebih dahulu. Tidak di tuntut untuk ganti rugi saja dia sudah sangat bersyukur.
"Ti_tidak perlu. Saya juga salah, saya tidak hati-hati saat menyebrang." Erinna menolak amplop itu dengan sopan.
Melihat sikap Erinna, pria itu mengerutkan keningnya bingung, sangat berbeda dari apa yang dia bayangkan. Dengan berat hati, pria itu mengembalikan amplop itu ke sakunya. "Baiklah! aku permisi dulu."
Erinna hanya mengangguk kecil sambil menatap punggung pria itu yang menjauhinya secara perlahan. Dia membuang napas lega karena pria itu tidak menuntut apapun. Namun, yang dia bingungkan sekarang adalah biaya rumah sakit, dari mana dia mencari uangnya.
"Oh ia. Kamu tidak perlu khawatir soal biaya rumah sakit ini. Aku sudah melunasinya. Dan ini!" pria itu memberikan dompet kecil yang di cari Erinna.
Tentu Erinna langsung tersenyum bahagia, di menerima dompet itu dan memeriksa dompet itu. Dia melihat ktp, ponsel, dan juga ktp_nya masih ada di sana tanpa kekurangan apapun. "Terima kasih."
Pria itu hanya mengangguk kecil lalu kembali melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu sambi sesekali menoleh ke belakang. Melihat keadaan wanita itu tentu membuat hati kecilnya sedikit bersuara, apalagi melihat isi dompet wanita itu.
"Baru kali ini aku melihat orang kaya ngak sombong. Udah kaya, baik, tampan lagi."
Bersambung.....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜