Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.
Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.
Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah tak Berujung
Entah kenapa hari-hari selanjutnya begitu melelahkan dan selalu begitu. Bangun buat kerja, pulang buat tidur. Kadang sampai lupa untuk menikmati waktu sendiri. Kadang Lyodra berpikir apa dia berhenti kerja dan mulai fokus mengurus keluarga saja? Tapi sayangnya ia bosan kalau tidak ada kegiatan rutin meskipun di akhir pekan suka pergi yoga.
Dan Lyodra masih bingung juga, belum ada pekerja yang cocok untuk menempati posisi kosong dirumahnya. Ada yang terlalu cantik Samapi takut Kenziro terpincut ada yang terlalu lemot takut ia akan emosi terus.
Tapi kalau mau cari yang sempurna, cari dimana?
Lyodra makin pusing ia menjatuhkan dirinya dikursi putra. Banyaknya map, kertas print berjejeran di atas meja dan Macbook yang masih menyala. Rasanya ia ingin pergi untuk liburan ke alam bebas lagi, padahal sebelum semua ini tidak melelahkan begini.
Apa benar kehidupan sesungguhnya itu setelah menikah? Lantas kenapa sangat menguras tenaga.
Ketika Lyodra tengah melamun, bertopang dagu diatas meja, pintu ruangannya diketuk beberapa kali hingga pria berjas merah maroon datang membawa berkas meminta ia menandatangani.
"Ibu kayaknya lelah sekali, mau saya suruh OB buatkan kopi?"
"Gak usah Nadeo, saya cuman kecapean aja," tolak Lyodra kembali tersenyum lebar.
Ya itu, Nadeo, dia bekerja di kantor ini sebagai manager keuangan. Usai menyelesaikan tujuannya ia keluar lagi dan pergi.
Sementara Lyodra memilih menelepon Kenziro karena rindu. Akhir-akhir ini jarang sekali bicara dengannya, paling pas mau tidur itu juga terpotong karena ketiduran. Bahkan sekarang mereka sudah jarang bercinta lagi. Jadi memungkinkan Lyodra untuk hamil sangat rendah.
Namun sayangnya, telepon ya tidak di angkat membuat suasana hati Lyodra begitu sensitif.
Hingga merasa kehidupan sebelum menikah lebih mudah dan indah dari pada sekarang.
Padahal dulu sesibuk apapun, pasti ada saja mencuri waktu. Kenapa sekarang Kenziro seakan seenaknya mentang-mentang udah nikah? Jadi mungkin dia berpikir biarin ajalah nanti juga ketemu lagi.
Itulah yang Lyodra pikirkan sampai dia mulai merasa cemburu dengan kesibukan Kenziro.
"Apa aku susulin aja ke kantor dia ya?" Lyodra bertanya pada dirinya sendiri, seraya menatap arloji kecil dipergelangan tangannya dan bergegas pergi.
Sesampainya di kantor, ia pun melihat ada perempuan cantik bertubuh tinggi dan semok keluar dari ruangan suaminya bahkan berjalan begitu saja tanpa menyapanya. Ia bukan kesal tidak disapa, dia bukan orang yang gila hormat.
Melainkan ia kesal dengan cara wanita itu berjalan, seperti sengaja dadanya di tonjolkan agar seluruh dunia tahu miliknya indah dan di atas rata-rata. Apalagi belakangnya juga ikutan di tonjolkan.
"Idih bagus dia begitu? Dia pikir cowok-cowok pada naksir hah?" Lyodra tertawa terputus-putus dan masuk ke ruangan suaminya tanpa mengetuk pintu.
Kenziro masih sibuk dengan layar tanpa sadar dirinya sudah berdiri di sampingnya, bersandar di ujung meja.
"Eh sayang!" sentaknya saat sadar.
Kini Lyodra melipat tangan di dada. "Si bohay tadi siapa? Aku gak pernah liat dia di sini sebelumnya."
Kenziro berhenti mengetik dan menatap istrinya. "Oh tadi? Namanya Aura. Dia yang gantiin posisi kamu. Baru masuk kerja hari ini."
Lyodra melongo. "Hah apa? Ini informasi paling membagongkan yang gak mau aku denger sumpah. Baru sehari kerja aja dia udah belagu, pamerin lekukan tubuhnya. Dan maksud kamu gantiin posisi aku itu apa, dimana gantiinnya? Jangan bilang dia gantiin posisi aku di hati kamu!" Ia gebrak meja sekeras mungkin saking emosinya.
Kacau kalau sudah begini. Lyodra pasti sangat cemburu mengingat tubuhnya tidak semolek tubuh Aura. Tapi di mata Kenziro, dia tetap juara di hatinya.
"Jabatannya di kantor sayang, bukan di hati aku apalagi di hidup aku. Gak akan pernah," jawabnya santai. "Duduk dulu coba. Kamu keliatan cape banget. Jangan berpikir aneh-aneh gitulah, dia baru aja abis minta tanda tangan aku, udah itu aja gak lebih. Kamu bisa liat CCTV kalau engga percaya."
Lyodra menyipitkan mata, ia cemberut karena merasa tidak rela. "Emang gak ada yang lain apa? Kenapa harus dia? Gawat tau, aku takut dia itu naksir kamu dan coba godain kamu gimana? Jelas dia menang kalau soal seksi, aku engga."
"Sayang, kita udah sepakat tau bahas soal ini dari kemarin-kemarin kok kamu marah lagi?"
Lyodra menghela napas. "Aura ya namanya? Emang sih jelas auranya awur-awuran lebih jelasnya tawuran kali."
"Cemburu cie," ledek Kenziro dengan senyuman jahil yang mampu membuat pipi istrinya merona. "Udah sayang, gausah khawatir aku gak akan berpaling kok."
Cuman firasat Lyodra kuat, perempuan itu memiliki tujuan tersembunyi. Baru sehari melihatnya saja ia sudah gedek, bagaimana kalau hari berikutnya?
Tapi tunggu, ini murni perasannya saja, atau emang sinyal dari semesta atau semata karena ia merasa kesal sekaligus iri?
Lyodra pun tersadar dan menatap Kenziro lekat. "Kamu suka orang yang dada nya besar gak atau belakangnya juga?"
"Biasa aja, aku lebih suka kamu."
Lyodra menggeleng, tak percaya. Pret itu mah. "Jujur aja. Aku cukup gak buat kamu?" Wajahnya semakin maju memojokkan Kenziro yang tersentak kaget.
"Iya sayang pas, aku suka semua, aku suka kamu, dari ujung kaki ke ujung kepala itu semua kesukaan aku," jawabnya yang merasa was-was takut ditelan hidup-hidup."
Kini Lyodra menggebrak meja membuatnya terlonjak kaget. "Yakin?"
"Yakin, kenapa sih tiba-tiba banget jadi gini? Biasanya juga gak masalah."
"Aku mulai merasa terancam," katanya. Lalu berpikir dan pergi begitu saja untuk mencari tahu soal siapa Aura untuk memastikan masalalunya dan juga siapa dirinya.
"Sayang mau kemana?" tanya Kenziro yang diabaikan bahkan ketika ia mengejar sekalipun. Memang sering aneh istrinya kalau cemburu buta.
Agar suaminya tetap terjaga, tidak di sosor pelakor. Apalagi sampai di porotin duitnya. Ketika Lyodra telah menemukan informasi Aura lewat data yang terekam di perusahaan, ia cari sosial medianya Rupanya dia pernah menjadi model majalah dan seorang penari. Pasti tubuhnya lentur. Dan juga pelatih senam.
"Wajahnya gitu banget, keliatan cabulnya. Tukang bungkus cowok ini mah," gumam Lyodra seraya menggulir postingannya dan memencet video Aura bergoyang bally dance. "Aaaa dia jago banget geal-geolnya. Mana goyangannya mantep lagi."
Lyodra makin gelisah dan khawatir. "Ken gak boleh lihat, gak boleh. Dia selentur itu tubuhnya kayak cacing. Beda sama aku yang lebih mentingin kenyamanan pribadi."
Rasa panas menjalar, ia mulai pening melihatnya. "Mana rambutnya tebal banget, make-upnya blood aja cantik. Bibirnya seksi, kesukaan cowok banget. Mana Ken pernah bilang dia suka bibir cewek yang tebal. Sedangkan bibir aku kecil mungil."
Lyodra meraba dadanya sendiri. "Mana datar, meksipun gak datar-datar amat sih. Tapi beda jauh sama punya dia."
Resah itu kian menjadi-jadi. Lyodra makin takut. Biasanya ia tidak peduli apapun soal penampilan karyawan di kantor atau cewek diluaran sana. Tapi semua bisa jadi mungkin kalau sering bertemu. Ia takut Kenziro khilaf.
Lyodra memang suka marah-marah tapi ia juga takut kehilangan kesayangannya yang lucu itu. Yang ganteng sedunia yang paling mengerti dirinya.
Lyodra harus bisa ada untuk Kenziro jangan kasih kendor apalagi memberikan celah bagi siapapun masuk ke hatinya. Karena kata orang, kita akan menarik kalau udah jadi milik orang lain.
Sekarang Lyodra bakalan pergi ke salon perawatan diri. Dari ketiak dan mencukur bulu kemaluan, sekalian biar makin halus dan biar Kenziro makin nempel.
Lalu dia juga ganti model naik art, warna rambut bahkan pasang eyelash yang tidak terlalu tebal. Sekalian tanya-tanya soal implan payudara karena merasa kurang. Tak lupa rajin olahraga, treatment, minum collagen dan makan makanan yang sehat. Menghindari stres tentunya dan tidur yang cukup.
Terus mendadak selalu menjaga nada bicara dan tutur bahasanya.
Ketika Kenziro pulang, ia langsung menyambutnya duluan, memberikan senyuman, memeluknya dan membawakan tas kerjanya. Menyiapkan handuk dan pakaian ganti, tentunya menyuapinya makan, memijatnya juga. Meskipun malesin banget sih, capek soalnya. Tapi biar dia makin cinta dan gak berpikiran berpaling.
Tapi di mata Kenziro itu aneh, biasanya Lyodra yang selalu mau dimanja terus kali ini tiba-tiba banget jadi begitu, kerasukan apa coba?
"Sayang sini," panggil Kenziro yang duduk selonjoran di kasur bersiap tidur.
Lyodra berjalan membawa sisir dan merapihkan rambut suaminya. "Apa sayangku?"
"Aku seneng kamu gini, tapi kamu juga capek. Jangan dipaksain sayang, ayo sini gantian aku pijitin kamu," katanya seraya menepuk tempat kosong disampingnya.
Lyodra pun duduk dan tidur di pahanya.
"Aku sadar perilaku kamu mendadak berubah, cie ada maunya gak nih?"
"Ada. Aku gak mau kamu selingkuh. Apalagi suka sama si Aura."
Wajah Kenziro mengerut bingung. "Hah? Ya ampun, kamu beneran cemburu sama dia?" Ia merasa dicintai sekarang, karena sebelumnya berpikir Lyodra sudah tidak mencintainya lagi, tapi rupanya dia gelisah saat ini.
"Iya soalnya dia itu tipe kamu banget."
Makin gak masuk akal sih. "Kapan aku ngomong gitu? Gak pernah ya. Tipe aku itu kamu, udah cuman kamu titik."
"Um, dia asa genit ke kamu gak sih?"
"Kayak gimana?"
Lyodra mendengkus kesal. "Masa gak tau?" tanyanya. "Kayak coba kontak mata sama kamu."
"Kan kalau lagi bicara kita harus natap matanya, masa bibirnya."
"Tuhkan sayang!" renggek Lyodra yang kepanasan. "Kamu mah gitu ih gak mau!"
Kenziro lagi capek malah dibuat bingung. "Eh kenapa aku salah apa?"
"Peka dong!"
"Iya apa?"
"Gak tau ah serah!" Lyodra bangkit, menarik selimut dan membelakanginya, juga tak bicara lagi.
Kenziro menarik bahunya pelan meksipun dia menariknya kembali. "Sayang kenapa lagi haid ya? Mau aku elus-elus perutnya biar gak sakit atau gimana. Mau di kompres aja?"
"Aku gak lagi mens. Diem! Kamu nyebelin."
Kenziro menggaruk kepalanya. Ia melipat tangan di belakang kepala sebagai penyangga bantal. "I love you."
"Kok gak di jawab?" tanya Kenziro lagi ketika Lyodra hanya diam.
"Masih marah?"
Kenziro berdehem, ia berpikir lagi mengingat interaksi dengan Aura. Memang beberapa kali dia kerap mencoba mencuri perhatiannya, sejauh ini ia belum memberitahunya soal status pernikahannya karena berpikir mungkin Aura udah tau dari yang lain. Masa dia gak tau kalau jabatan yang dia emban itu sebelumnya di isi oleh istri pemilik perusahaan. Mustahil sih.
Tapi Kenziro bingung. Antara mau cerita tapi takut bikin Lyodra jadi gak percayaan. Kalau gak cerita, rasanya gak enak dipendam sendiri seakan disembunyikan.
Jadi Kenziro harus bagaimana?
"Ken!" panggil Lyodra, ia berbalik badan saat tak ada jawaban. Dimana ternyata Kenziro sudah ketiduran dengan mulut terbuka dan ngorok kenceng banget. "Ih ngeselin! Kamu orang paling nyebelin sedunia ini!"
"Tapi anehnya, aku tetep cinta banget!" Lyodra beralih memeluk tubuh Kenziro meskipun suara ngoroknya lebih kencang dari pada pemberitahuan tagihan listrik.