Salah Kamar

Setelah pertemuan itu, Anne tidak pernah lagi dengan Sky. Urusan kerjasama mereka di handle oleh Lea dan asisten Sky. Itu cukup membuat Anne merasa tenang dan aman.

Namun masalah baru muncul, tiba-tiba Tante Dea menelpon jika papanya masuk rumah sakit. Jelas dalam kondisi begini tidak mungkin bagi Anne datang menjenguknya. Menghindari bertemu Tante Dea mungkin hal yang mudah. Anne bisa menggunakan beragama cara agar tidak bertatapan langsung dengan wanita itu. Tapi dengan papa dan kakaknya, itu sesuatu yang sulit.

"Aku harus bagaimana Lea? Ini gawat sekali. Jika aku tidak menemui papa dan Kak Adam secara langsung, yang ada akan mengundang kecurigaan bagi mereka." Anne sejak tadi berjalan mondar mandir di depan meja kerjanya. Membuat Lea yang tengah menyelesaikan pekerjaan mendadak kehilangan fokus.

"Aduh bos, aku juga tidak tahu ingin memberikan ide apa. Perutmu sudah mulai membuncit begitu, akan sulit menutupinya. Kasihan juga kalau harus di pakai kan korset agar sedikit rata. Takut anakmu kecepit." kata Lea turut prihatin dengan kondisi Anne.

"Lalu aku harus bagaimana? Kehamilan ini tidak bisa disembunyikan di depan mereka. Mau aku pakai korset pasti akan tetap curiga karena berat badan ku terus naik selama kehamilan. Tapi jika papa dan Kak Adam tahu, entah bagaimana nasibku. Ketambahan juga dengan Tante Dea, wanita itu pasti akan merendahkan ku habis-habisan." ujar Anne benar-benar dilanda kebingungan.

"Tapi bu, kamu juga tidak bisa terus menyembunyikan hal ini dari mereka. Nanti saat anakmu lahir, mereka pasti akan mempertanyakan juga. Memang mau berbohong jika ini bukan anakmu?" kata Lea masuk akal. "Aku rasa kamu tidak akan sejahat itu untuk tidak mengakui anak sendiri."

Anne mendadak duduk di sofa, memikirkan perkataan Lea. "Kamu benar juga. Mau ditutupi sampai kapan? Pada akhirnya anak ini juga butuh pengakuan." ucap Anne lirih, sembari mengusap perutnya. Ia merasa bersalah pada anak dalam perutnya karena sampai detik ini masih disembunyikan.

"Aku jahat sekali ya, Lea? Tidak bisa menunjukkan pada dunia jika sebentar lagi akan memiliki anak."

Mendengar itu, Lea bergegas mendekati bosnya. "Jangan bicara begitu, bu. Kamu melakukan ini karena keadaan. Toh juga demi melindunginya kan? Jadi jangan bicara begitu. Aku turut sedih mendengarnya." ucap Lea berusaha menghibur.

Memang sejak perutnya mulai membuncit, urusan rapat dan bertemu klien di serahkan pada Lea. Anne hanya memantau dan mengarahkan saja. Wajar bila saat ini Anne merasa bingung bagaimana cara mengatakan kehamilannya, terlebih pada papa dan kakaknya.

"Tuan Ares dan Adam mungkin akan kecewa dengan apa yang sudah menimpamu, bu. Tapi aku rasa mereka tetap mendukung keputusan mu untuk mempertahankan anak ini. Soal Bu Dea, aku rasa jika kamu berani dia tidak akan merendahkan mu. Tunjukkan padanya jika anak ini bukan masalah untukmu. Dengan begitu dia tidak memiliki celah untuk menjatuhkan mu." Tiba-tiba saja Lea mendadak bijak memberikan saran masuk akal.

"Benar katamu, meski papa dan Kak Ares marah, itu hanya sesaat. Karena aku melakukan bukan karena sengaja. Dan Tante Dea, apa haknya merendahkan ku? Toh kondisi sudah kuat. Jika dia berani bersikap macam-macam, aku aku lawan dia." kata Anne merasa menemukan keberanian menghadapi keluarganya.

"Soal orang luar yang menanyakan siapa anak ini, bukankah sudah kita sepakati untuk mengatakan identitas papanya adalah privasi. Cukup katakan jika anak ini lahir atas cinta dari orang tuanya. Agar tidak ada yang menilai anak ini sebuah kesalahan." Lea kembali mengingatkan Anne agar pikiran bosnya makin tenang dan berani.

"Iya aku tentu ingat itu. Anak ini memang bukan kesalahan. Yang salah adalah aku dan Sky, tidak bisa mengendalikan diri. Namun dia adalah sesuatu yang berharga. Aku sayang menyayanginya." ucap Anne mengusap perutnya.

Diusia kandungan enam bulan, mulai terasa aktivitas dari anaknya. Itu membuat Anne semakin bersemangat menantikan kelahirannya.

"Jadi sekarang apa rencana mu, bu?" tanya Lea.

Anne diam sejenak memikirkan rencananya. "Pertama, aku akan menemui Kak Adam lebih dulu. Menceritakan apa yang telah terjadi dan meminta pendapatnya. Kak Adam sangat bijak, dan mungkin memiliki solusi lebih baik dari kita. Rencana kedua, jelas menemui papa. Namun aku ingin tanpa Tante Dea mendampingi. Ini untuk memudahkan kami berinteraksi lebih leluasa. Sementara itu dulu, terpenting menemui Kak Adam." jawab Anne menjelaskan rencananya.

Hingga sore tiba, Anne duduk di sebuah ruangan hanya bersama kakaknya, Adam.

Meski sudah menguatkan hati agar tetap kuat, nyatanya air mata Anne tidak berhenti menetes sejak tadi mulai bercerita hingga selesai sekarang.

Ekspresi kakaknya jelas kecewa bercampur bingung, menatapnya kasihan juga.

"Kenapa kamu menyembunyikan ini dari kakak, An? Padahal kamu bisa mengatakannya sejak hari dimana kamu melakukan itu dengan Sky."

Adam, pria anak satu itu tampak menahan tangis untuk adiknya. Bertahun-tahun tidak hidup bersama Anne, Adam pikir semua akan baik-baik saja. Anne bisa menahan dirinya, namun ternyata sekarang adiknya tengah hamil enam bulan anak pria yang dibenci oleh adiknya.

Cukup rumit menjelaskannya, Adam saja sampai sulit berkata-kata dibuatnya.

"Aku takut kakak memintaku menggugurkan anak ini." jawab Anne jujur.

"Astaga, Anne. Kamu pikir kakak setega itu? Bagaimana pun itu anakmu, keponakan kakak juga." ujar Adam tidak habis pikir dengan pikiran adiknya. "Kamu lupa kakak ipar mu dulu hampir keguguran, untung saja Tuhan masih baik hati pada kami sehingga Ello bisa lahir dengan selamat dan sekarang tumbuh dengan sehat. Lalu bagaimana bisa kamu berpikir buruk begitu pada kakak?"

Tentu Anne ingat bagaimana perjuangan kakak dan iparnya agar bisa mempertahankan Ello saat masih dalam kandungan. Namun Anne saat itu tidak bisa berpikir jernih. Ketakutan untuk melindungi diri dari bahaya membuatnya memilih diam dan mengamankan diri.

"Kamu benar ingin menyembunyikan ini dari Sky? Bagaimanapun dia juga harus tahu." kata Adam.

"Kak, kamu jelas tahu alasannya. Aku selalu tidak nyaman ada di dekatnya, lalu sekarang hamil anaknya semakin membuatku tertekan jika harus memberitahunya."

"Kamu yakin Sky benar tidak tahu?" tanya Adam membuat Anne terdiam. "Kalaupun sekarang dia tidak tahu, kedepan siapa yang bisa menjamin dia tetap tidak tahu?"

"Lalu aku harus bagaimana?" Anne bertanya balik dengan nada cemas. "Sky sudah memiliki kekasih kak. Dan mungkin mereka juga akan menikah. Aku tidak mau di cap sebagai wanita perusak hubungan orang. Cukup Tante Dea merusak keluarga kita, aku tidak akan sepertinya." tambah Anne.

"Tapi anakmu nanti butuh identitas yang jelas, Anne. Kamu ingin dia di cap sebagai anak haram?" sahut Adam membuat Anne kembali terdiam.

"Atau begini saja, setelah lahir biarkan nanti anakmu lahir dengan identitas sebagai anakku dan Kania."