Lady Seraphine Valmont adalah gadis paling mempesona di Kekaisaran, tapi di kehidupan pertamanya, kecantikannya justru menjadi kutukan. Ia dijodohkan dengan Pangeran Pertama, hanya untuk dikhianati oleh orang terdekatnya, dituduh berkhianat pada Kekaisaran, keluarganya dihancurkan sampai ke akar, dan ia dieksekusi di hadapan seluruh rakyat.
Namun, ketika membuka mata, ia terbangun ke 5 tahun sebelum kematiannya, tepat sehari sebelum pesta debutnya sebagai bangsawan akan digelar. Saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, mampukah Seraphine mengubah masa depannya yang kelam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celestyola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memperbaiki Hubungan Keluarga
...**✿❀♛❀✿**...
"Bukankah ini terlalu terburu-buru, Yang Mulia?" Seorang pria berkacamata tampak keberatan dengan rencana Sang junjungan. Ia tak habis pikir dengan keinginan yang diutarakan oleh sang Pangeran.
"Aku punya alasan tersendiri, Vir." Frederick menatap bawahannya dengan tajam, seolah tak ingin dibantah. Lalu, ia memutar kursinya hingga menghadap jendela.
"Saya tahu yang Mulia punya alasan tersendiri, tapi jika Anda menjadikan Lady Valmont sebagai Istri, Anda akan berada dalam situasi yang sulit, Yang Mulia," Celetuk Virrel Ardis tanpa rasa takut.
"Justru itu yang Aku inginkan," Gumam Frederick sembari menatap ke luar jendela dengan sorot dingin. Bibirnya menyeringai, ia sungguh tak sabar untuk segera menyaksikan ekspresi suram dari wajah-wajah mereka.
Sang Asisten hanya mampu menghela napas berat, Pangeran yang ia layani ini sungguh keras kepala. Jika Pria itu sudah menginginkan sesuatu, ia akan berusaha mendapatkannya, dengan cara apapun.
...
Beberapa hari kemudian
Kicauan burung terdengar bersemangat, membuat suasana kian terasa hangat. Musim panas baru memasuki tahap awal, jadi panasnya belum menyentuh titik tertinggi. Di cuaca seperti ini, berjalan-jalan di taman ataupun piknik bersama keluarga adalah pilihan yang tepat.
"Aku ingin keluar," Rengek seorang bocah kecil pada pengasuhnya. Rambut gadis kecil itu di kepang dua dengan hiasan pita berwarna merah muda. Ia pun mengenakan gaun putih bercorak bunga merah muda sebatas betis, membuatnya tampak manis.
"Nona, sekarang sedang musim panas, nanti Anda sakit jika berada di luar terlalu lama, kita bermain di dalam saja, ya?" Pujuk pengasuhnya itu.
Gadis kecil itu menggeleng kuat, wajahnya memerah karena menahan kesal. "Tidak mau, Aku bosan di kamar terus, Bella," Rengeknya lagi sembari menghentakkan kaki, bahkan mata bulatnya sudah digenangi air mata.
Bella —Sang pengasuh, hanya mampu menghela napas. Jika sudah begini, ia tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Nonanya. "Baiklah, tapi hanya sebentar saja, ya?" Ucapnya sembari mengulurkan jari manisnya meminta persetujuan.
"Baik, aku janji hanya sebentar saja," Aurelia sontak mengangguk semangat, ia meraih jari manis Bella sebagai bentuk bahwa ia akan menepati janjinya.
Gadis kecil itu melangkah semangat, setibanya di taman, ia justru termangu ketika mendapati kakak perempuannya tengah duduk di dalam gazebo. Ia memilin jarinya sendiri lalu dengan takut-takut menghampiri kakaknya.
"Salam, Kakak," Cicitnya sembari menunduk. Seraphine yang tadinya asik membaca buku seketika menoleh, ia baru menyadari keberadaan gadis itu karena terlalu asik membaca.
"Ah, iya. Kamu kenapa diluar Aurel?" Tanya Seraphine spontan, ia ingat jika adiknya ini memiliki fisik yang lemah, hal itu disebabkan karena ia lahir sebelum waktunya. Sebab itu jugalah, Ibu mereka meninggal dunia.
Tubuh gadis kecil itu tersentak, ia mengira kakaknya marah karena dirinya berjalan sesuka hati di taman. Maka, dengan perasaan takut, ia pun menunduk. Meski Kakaknya tak pernah membentak ataupun bersikap kasar padanya, tetap saja hubungan mereka terlalu canggung untuk disebut hbungan saudara.
Kakaknya memang terkenal lembut, tapi entah mengapa jika padanya sosok itu tak pernah mau bicara. Apa salahnya? Kenapa kakak tidak menyukainya? Bahkan sekarang kata-kata pertama yang kakaknya ucapkan berisi ketidaksenangan, sebegitu bencinya kah kakak padanya?
Batin gadis mungil itu bergejolak, rasa sedih menelusup ke dalam hatinya. Membuat pelupuk matanya kembali digenangi oleh air mata. "Ma-maf Kakak, maaf kalau Aurel menganggu kakak," Lirihnya dengan tubuh bergetar.
Seraphine seketika terkejut, ia tak pernah marah ataupun terganggu dengan kehadiran si kecil. Ia segera bangkit dari duduknya, lalu membawa tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Tangis Aurelia seketika pecah.
"Kenapa kamu malah menangis? Kakak tidak marah ataupun terganggu, Aurel," Bisiknya lembut sembari mengusap pelan punggung gadis itu yang bergetar. Ya Tuhan, Kenapa tubuh adiknya sampai gemetar seperti ini?
Mata Seraphine berubah sendu ketika sekilas ingatan membawanya pada masa lalu. Di kehidupan pertamanya dahulu ia memperlakukan gadis ini dengan dingin, tak pernah mengajaknya berbicara ataupun berusaha dekat dengannya.
Ia selalu mengabaikan setiap tindakan adiknya yang meminta perhatian. Bahkan tak jarang dirinya memberikan tatapan sinis seolah Aurelia adalah sosok 'penganggu' dalam hidupnya. Wajar saja gadis itu begitu takut padanya.
Dan pada saat keluarganya turut dihukum sebagai penghianat Seraphine merasa sangat bersalah. Jadi, di kehidupannya kali ini Ia ingin memperbaiki hubungan keluarga mereka agar menjadi keluarga hangat seperti kebanyakan keluarga lainnya.
"Sudah tidak apa-apa, Kakak tidak marah, Kakak hanya terkejut karena melihat kamu berada di luar," ucap Seraphine sembari melepas pelukan mereka. Ia mengusap air mata gadis itu, lalu mengajaknya duduk bersama.
"kamu mau cemilan?" Seraphine bertanya lembut. Aurelia mengangguk malu, ia menatap kakaknya yang berubah menjadi lembut, ia senang sekarang kakaknya menjadi baik padanya.
Mereka bercakap-cakap dan saling bercerita tentang banyak hal. Hubungan yang tadinya canggung pun perlahan mulai mencair. Di tengah percakapan itu, seorang Pemuda yang umurnya dua tahun lebih tua dari Seraphine datang dan langsung bergabung dengan mereka.
"Kakak sudah pulang?" tanya Aurelia senang. Pemuda itu mengangguk, lalu tatapan matanya bertemu dengan mata Seraphine.
Seraphine menangis. Iya, gadis itu menangis begitu melihat sosok yang paling ia rindukan hadir. Dahulu, sosok itu yang paling dekat dengannya, membantu Seraphine dalam banyak hal. Ketika kakak laki-lakinya itu dipenggal lebih dulu, dunia Seraphine rasanya runtuh.
Itulah hal terbesar yang jadi penyesalannya.
"Sera, Kamu kenapa menangis?" Tanya Louis Valmont panik. Ia segera bergeser mendekati adiknya itu lalu mengusap punggungnya.
"Mungkin Kak Sera merindukanmu Kakak, sama seperti Aurel juga merindukan Kakak," celetuk Gadis kecil itu dengan polos.
"Begitukah?" kekeh Louis.
"Padahal Aku hanya pergi ke luar kota selama beberapa hari, ternyata Adikku ini merindukanku sebegitunya," ledek Louis usil.
Tangis Seraphine seketika berhenti. Lalu ia memukul bahu kakaknya sedikit kuat. Setelahnya hari itu Mereka habiskan dengan bergurau dan bercerita banyak hal. Namun, tanpa mereka sadari sang ayah sedari tadi memperhatikan dari kejauhan. Bibirnya membentuk lengkungan tipis tetapi wajahnya tampak masam.
Hari ini keluarga mereka tampak hangat dan damai, Yah ... setidaknya itu sebelum sebuah surat datang dan menggegerkan semua orang.
...**✿❀♛❀✿**...
...TBC...