Sang Bunga Kekaisaran
...**✿❀♛❀✿**...
Salju turun dengan pelan, menyelimuti alun-alun ibu kota Kekaisaran Barat. Kesiur angin dingin menusuk hingga ke tulang, namun hal itu tak kunjung membuat kerumunan di sana berkurang. Mereka datang memadati alun-alun untuk menyaksikan kisah akhir dari seseorang yang dahulu dipuja dan dipuji sebagai bunga paling harum di Kekaisaran.
Di atas panggung eksekusi, seorang wanita tampak terduduk berlutut. Wajahnya kotor dan penuh luka, tubuhnya kurus dengan kuku-kuku yang tampak menghitam ujungnya, rambut pirangnya yang dahulu dihiasi permata kini tampak kusut tak terurus. Namun, meski begitu tatapan matanya masih memancarkan aura bangsawan yang kuat.
Dialah sang bunga Kekaisaran, Lady Seraphine Valmont mantan calon Putri Mahkota yang akan dieksekusi mati hari ini sebagai pengkhianat besar Kekaisaran.
"Pengkhianat Kekaisaran, Seraphine Valmont, dihukum mati atas tuduhan meracuni Yang Mulia Kaisar, menghasut pemberontakan, dan bersekongkol dengan musuh.” Suara lantang Algojo memecah udara dingin, disambut sorak-sorai rakyat yang murka akan dirinya.
Suara-suara yang dahulu terdengar memujinya kini berbalik melontarkan kecaman, sebagian mencaci, sebagian memaki, sebagian berbisik dengan ekspresi bengis, dan sebagian kecil lainnya hanya diam menatap dirinya iba.
Seraphine tersenyum tipis, sangat tipis hingga tak ada yang menyadari bahwa dirinya tengah tersenyum. Matanya menangkap presensi tiga orang yang dahulu begitu ia percaya. Di dalam kerumunan, ia melihat Duke Armand Leclerc tersenyum menyeringai ke arahnya.
Lalu, Seraphine mengalihkan pandangannya ke samping Kiri, sosok pria yang dahulu begitu ia cintai berdiri tegak dengan sosok gadis manis di sampingnya. Putra Mahkota Wilhelm Albrecht dan Putri Mahkota Beatrice Albrecht tampak serasi dengan pakaian mereka yang senada. Keduanya memasang ekspresi dingin dan datar seolah mereka tak pernah menjadi bagian dalam hidupnya.
Seraphine terkekeh sinis. Sungguh, apa yang ia harapkan? Bukankah sedari dulu memang seperti itu? hanya dirinya yang menganggap mereka berharga, sedangkan mereka hanya menjadikan dirinya pion dalam permainan politik mereka yang kotor.
Jadi ... beginilah akhirnya.
"Apakah ada kata-kata terakhir?" tanya Algojo datar.
Seraphine mengangguk, ia mengangkat dagunya menatap ke arah kerumunan lalu berkata dengan pelan namun cukup kuat untuk didengar oleh mereka semua. "Saat sebuah bunga layu, jangan salahkan dia karena hadirnya musim dingin," ia berhenti sejenak.
"Namun, salahkan lah tangan yang telah memetik sebelum waktunya," Sambungnya kemudian sembari memasang senyum tipis. Rakyat termangu, beberapa tampak berubah ragu. Tetapi, hukuman telah ditetapkan dan harus segera dilaksanakan.
Algojo mengangkat tinggi pedang besarnya. Cahaya matahari yang lemah memantul di bilah pedang itu, membuat Seraphine merasa waktu menjadi lebih lambat baginya. Setiap detik terasa begitu panjang hingga dalam detik-detik terakhir kehidupannya, kenangan-kenangan indah menghujam benaknya bak hujan deras. Wanita itu memejamkan mata, bersiap menyambut akhir tragis dalam kisah hidupnya.
Sialnya ... dia masih ingin hidup. Dia masih ingin mewujudkan semua impian yang dahulu tak pernah dapat ia genggam. Seandainya ada kesempatan kedua baginya untuk merubah segalanya. Seandainya kesempatan seperti itu ada, Seraphine lebih memilih hidup bahagia di desa bersama keluarganya.
Tanpa kekuasaan, tanpa harta, dan tanpa harus ikut terlibat dalam politik istana. Mungkin, sebuah rumah kecil dengan ladang kecil di depannya akan cukup untuk menghidupi mereka.
Seandainya....
Pandangan Seraphine menggelap diikuti oleh teriakan yang entah milik siapa. Darah memercik ke udara, menyisakan pemandangan mengerikan bagi mereka yang menyaksikannya.
Hari itu, sebuah nyawa direnggut paksa oleh mereka yang haus akan kekuasaan.
Sebuah bunga telah layu, bahkan sebelum ia sempat mekar sepenuhnya.
Namun, di dalam kegelapan itu Seraphine mendengar sebuah suara.
"Apakah kau ingin kesempatan kedua, Seraphine?"
...**✿❀♛❀✿** ...
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments