DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏
Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.
Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.
Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.
Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.
Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 : Penjara yang Aman
"Ayo main denganku!" suara anak kecil itu terdengar normal tapi Calista tetap menutup matanya dan bahkan sekarang menahan napas. Entah karena takut atau karena memang lupa untuk bernapas disebabkan oleh panik. Angin dingin terus bertiup ke arah wajah Calista. Seperti sedang membuka kulkas tapi dengan banyak makanan yang sudah harus di buang di dalamnya.
Suara tawa anak kecil itu menggema, suara yang jelas-jelas itu adalah tawa jahil untuk mempermainkan Calista. Anak kecil itu dengan dress berenda terus berlari kecil di dekat Calista.
Calista merasa dirinya begitu menyedihkan, bagaimana bisa dia terjebak disana. Padahal kamarnya sudah ada di depan mata tapi dia begitu takut untuk bergerak bahkan untuk membuka mata saja tidak berani.
Anak kecil itu menggigit jarinya seperti hendak akan memakannya, bahkan tulang di tangannya sudah terlihat tapi dia masih belum berhenti. Setelah darah bercucuran barulah dia berhenti dan mulai menggambar garis permainan di lantai kemudian mulai melompat bermain sendirian sambil bernyanyi.
"Kakak Calista jahat tidak mau bermain denganku ... Kakak Calista jahat tidak mau melihatku ... Kakak Calista jahat tidak mau menjadi makananku!!!" suara Anak kecil itu berubah menjadi serak dan berat.
Calista terpaksa membuka matanya saat mendengar tangisan dari Anak kecil itu lagi yang sepertinya terjatuh. Tapi Calista menyesal memberanikan diri membuka matanya. Setelah itu pemandangan yang dilihatnya menyadarkannya bahwa mimpi buruknya selama ini tidak ada apa-apanya.
"Ohhh Kakak Calista mengkhawatirkanku ...." Anak kecil itu memegang kakinya yang putus diangkat dengan satu tangan, "Ini karena penglihatanku yang buruk makanya aku sering terjatuh." tiba-tiba saja dia memasang kakinya dan berlari ke arah Calista.
Calista menahan tangisannya saat Anak kecil itu datang dan sengaja menjatuhkan dirinya dengan kasar sehingga seluruh tubuhnya terlihat patah. Dengan tangannya yang hampir tidak berbentuk, Anak kecil itu berusaha mengangkat kepalanya agar menghadap Calista, "Kakak Calista punya mata yang indah ... Aku mau! Berikan mata itu! ITU MILIKKU!" sambil menggaruk matanya yang kosong tanpa ada bola mata.
"Aaaaaaaaa!" Calista berteriak begitu kencang dan bergegas membuka pintu kamarnya. Untungnya dia bisa membukanya dengan cepat tanpa drama. Calista menangis dengan menutup mulutnya, rasanya sangat menyakitkan ketika dia bahkan tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan bebas.
Meski sudah berada di dalam kamar, Calista sadar bahwa dia tetaplah bukan di tempat teraman. Sudah ada teman sekamar yang menunggunya seperti yang ada di kamar 2013 yang menyiksa Elvara. Calista menghapus air matanya dan mengunci pintu kamarnya dan mulai menyiapkan diri. Tapi sudah beberapa kali melihat keseluruh ruangan tidak ada juga tanda-tanda ada Makhluk lain disana.
"Menyala?" Calista yang tadinya tidak bisa menyalakan lampu sekarang bisa, "Jadi, kunci ini begitu penting ...." Calista menarik tali sepatunya dan mengubahnya menjadi kalung untuk menyimpan kunci kamarnya yang berharga seperti liontin. Adanya lampu daripada hanya berbekal sinar bulan dari luar sangat tampak perbedaannya dan Calista sangat bersyukur dengan meski lampu yang redup itu.
Calista langsung berjalan cepat menuju jendelanya yang terbuka lebar dengan menarik naik tali buatan dari pakaian dan segala kain yang dia miliki itu. Calista bernapas lega karena dalam bayangannya sekarang sudah ada Makhluk yang mencoba memanjat naik tapi hal itu tidak terjadi. Calista menutup jendelanya rapat-rapat dan menguncinya. Sangat menyedihkan karena jendela itu satu-satunya hiburan untuknya bisa menghirup udara dan melihat pemandangan kota. Sekarang hal terbaik adalah semuanya agar terkunci rapat seakan dia sedang memenjara dirinya sendiri.
Calista berjalan ke kamar mandi untuk memeriksa disana, dengan adanya lampu dia menjadi lebih berani dari sebelumnya. Calista memeriksa seluruh hal di kamar mandi karena di film horor yang pernah di tontonnya semuanya banyak terjadi di dalam kamar mandi. Tapi kenyataannya tidak ada yang aneh disana. Bahkan Calista memberanikan dirinya untuk menyikat gigi dan mencuci muka. Walau dengan tiap detik selalu menoleh membuat lehernya sudah sangat sakit. Saat mencuci muka matanya begitu perih karena harus selalu membuka matanya. Terlebih lagi cermin yang ada di hadapannya, Calista kini takut melihat pantulan dirinya sendiri di dalam cermin. Seperti akan ada seseorang yang segera menemani pantulan dirinya yang sendirian.
Setelah membersihkan diri Calista bisa merasa segar dan lebih tenang, "Harusnya tidak begini ...." Calista merasa tidak enak karena belum diganggu juga. Dia mengira Makhluk disana sengaja membuatnya terlalu nyaman agar menurunkan kewaspadaan, "Hah?! Tidak akan!" Calista membuka matanya lebar-lebar dan duduk di atas tempat tidurnya. Seperti sedang menantang Makhluk disana untuk begadang semalaman. Untuk sekedar berkedip saja Calista begitu takut. Pipinya kini sudah memerah karena selalu di tampar setiap kali rasa kantuknya datang.
Dengan lampu yang menyala dengan jelas memperlihatkan kamar Calista yang begitu berantakan tapi dia tidak bisa merapikannya. Sudah dia coba tapi pada akhirnya dia terus tertabrak furniture disana dan lehernya sudah benar-benar kaku karena terus bolak-balik memeriksa dengan perasaan takut dan waspada yang sangat tinggi. Akhirnya Calista menyerah dan memilih untuk duduk diam tapi matanya masih terus aktif bergerak mencari pergerakan sekecil apapun di kamar itu.
"Benar, rasa sakit ini nyata. Jika aku dilukai disini aku benar-benar bisa mati." Calista mensyukuri segala rasa sakitnya karena itu menandakan dia masih hidup dan dia jiwanya masih berada di dalam tubuhnya.
Tanpa disadari Calista tertidur dengan posisi duduk, dia bangun dalam keadaan panik seakan siap beradu tinju dengan siapapun itu tapi matahari pagi masuk lewat celah-celah tirai yang menutup jendelanya. Seperti dia hanya tidur dibawah satu menit tapi bagi Calista terasa lama sekali.
"Aku selamat! Aku masih berhutang ...." air mata Calista turun begitu saja menyentuh luka baru ditangannya. Dia langsung membuka jendela kamarnya membiarkan cahaya matahari menyilaukan matanya dan menghangatkan kulitnya yang sudah kedinginan sejak semalam yang takut memakai selimut. Karena dalam film horor yang dinontonnya hantu selalu datang dibawah selimut.
Pandangan hidup Calista banyak yang berubah sejak semalam. Sementara menunggu dia banyak memikirkan banyak hal. Akhirnya dia bisa dengan tenang membersihkan dan merapikan kamarnya dengan bantuan sinar matahari. Padahal dia biasanya akan bergerak cepat agar tidak terlambat untuk kuliah pagi tapi dia tetap santai melakukan apa yang perlu dilakukannya. Semua hal dilakukan dengan hati-hati dan tidak terburu-buru, Calista menikmati setiap detik hidupnya di siang hari, "Sekarang aku harus menerima kenyataan bahwa hidup yang kumiliki hanya di siang hari, malamnya ... aku bisa saja kehilangan diriku sendiri ...."
Calista memeriksa surat perjanjian sewanya tapi tidak terlihat apa-apa, hanya seperti kertas kosong seperti yang dikatakan Nayla.
Sebelum berangkat kuliah, dia memperhatikan kembali kamarnya. Calista mencoba mengingat semuanya, jika ada perubahan sedikit saja dia ingin tahu kenapa itu terjadi. Karena dia butuh petunjuk untuk bisa bebas dari kutukan kos itu.
"Hai, selamat pagi!" Seseorang menyapa Calista saat keluar dari kamar.
"Kau baru disini?" Calista kaget, "Kau sudah tanda tangan, kau sudah membayar?" Calista berhenti bertanya saat melihat orang itu sudah memegang kunci.
"Aku Isvara Cempaka, salam kenal. Aku tinggal di kamar 2013." menyapa dengan ceria
Calista sadar dia sudah terlambat, "Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu!" meski begitu Calista tetap ingin melakukan sesuatu.
"Bisa nanti malam saja, aku masih ada kerjaan di kamar." Isvara terlihat buru-buru meninggalkan Calista, "Nanti malam!"
"Apa tidak bisa sekarang?" Calista mengejar sampai depan kamar Isvara, "Jika menunggu malam aku takut kita tidak bisa bertemu lagi ...."
"Hem, okay ...." Isvara terlihat tidak nyaman dengan Calista.
"Kau membaca semua syarat perjanjian kan?" Calista berusaha seramah mungkin karena dia sadar wajahnya saat ini sangat tidak bersahabat, lebih mirip zombie wajar jika Isvara tidak nyaman di dekatnya. Calista juga kaget saat melihat wajahnya sendiri, akhirnya dia sadar wajah Nayla adalah wajah normal yang dimiliki oleh penghuni kos ini.
"Emm ...." Isvara sambil mengingat tapi sepertinya sudah jelas kalau dia tidak membacanya sama sekali.
"Apapun yang terjadi jangan lepaskan kuncimu, apapun yang kau lihat jangan menyentuh apapun meski itu harus mempertaruhkan nyawamu. Rasa takut bisa berlalu jadi apapun itu bertahanlah." Calista berusaha keras menyusun kalimatnya agar tidak dianggap orang gila, "Kutipan yang bagus aku baca hari ini ... Bagus kan?" sambil tertawa canggung dan berharap Isvara mengingatnya dengan baik petunjuk itu.
"Kurasa ...." Isvara perlahan membuka pintu kamarnya untuk segera terlepas dari Calista yang terlihat aneh.
Calista mengelus dadanya untuk tidak sakit hati karena ditutupkan pintu dengan cara tidak sopan. Padahal dia tidak biasanya menyapa duluan apalagi ikut campur. Semua itu dilakukan karena hanya ingin membantu tapi ternyata hal itu tidak mudah.
"Kau sepertinya punya tipe mangsa yang kau suka ya ...." Calista menatap sinis tubuh Nayla yang dianggap masih dibajak oleh penghuni 2013 yang baru saja merekrut Isvara.
"Kakak Calista nakal ya ...." meski dengan suara Nayla tapi Calista mengenali nada suara itu.
...-BERSAMBUNG-...
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap
" di setiap ada kesulitan , pasti ada kemudahan"