Kos Murah Dengan Hutang Nyawa Setiap Malam
Universitas J yang kemarin sangat sepi kini begitu ramai dengan tamu asing yang akan menjadi keluarga baru. Gerbang kampus penuh dengan wajah-wajah asing yang ceria dan senyuman yang begitu berharga. Seperti bunga-bunga segar yang siap mekar dan menunjukkan kepada dunia betapa indahnya mereka, itulah hal yang cocok untuk menggambarkan mereka.
Anak SMA yang dulunya selalu memakai seragam kini memakai pakaian biasa memasuki tempat dimana mereka akan memulai perjalanan baru bukan lagi sebagai Siswa tapi Mahasiswa. Pelajaran dasar mereka akan menjadi pondasi yang kuat untuk memulai belajar hal baru untuk mencapai level tertinggi dari sebuah ilmu yang masih belum ditemukan. Jika saat menjadi siswa, mereka hanya ibarat di suapi makanan, kali ini di dunia perkuliahan merekalah yang harus mencari sendiri makanan itu.
Bunga-bunga muda itu memandangi setiap lekukan dan desain gedung kampus yang terlihat begitu besar dan beberapa bulan yang lalu begitu jauh dan mustahil untuk digapai. Sekarang mereka berada disana, di tempat yang sulit digapai itu dan siap untuk tumbuh besar dan indah dengan akar yang kuat.
Calista Maharani, gadis desa yang untuk pertama kalinya ke kota seorang diri tanpa orang tua atau siapapun yang dikenalnya. Terakhir kali dia ke kota hanya untuk study tour dengan mengandalkan tour guide sepenuhnya. Tapi kali ini dia seorang diri di kota asing yang begitu ramai dan tidak ramah atau begitulah menurut pendapatnya.
"Kos-kosan murah? Hanya 100 ribu per bulan?!" Calista membaca selebaran yang tertempel di dinding kampus bersama dengan puluhan selebaran lainnya mengenai kos-kosan. Tapi tentunya biaya yang begitu murah itu menarik mata Calista tanpa harus berusah payah. Padahal selebaran lain desain dan penggunaan warnanya begitu menarik sedangkan yang ditatapnya saat ini hanya selembar kertas putih dengan tulisan hitam dan font kecil.
"Jangan! Kos itu berhantu!" kata seseorang dari belakang Calista yang tentunya mengagetkannya. Bukan hanya karena kalimat dari orang asing itu tapi kemunculannya yang tiba-tiba membuat Calista kesulitan menahan reaksinya untuk tidak panik. Dia tidak mau menjadi orang aneh padahal baru saja beberapa menit resmi menjadi mahasiswa.
Dengan susah payah Calista berhasil mempertahankan wajah datarnya dan berbalik melihat orang asing itu, "Kau siapa? Apa aku mengenalmu?!"
"Tidak, aku ...." laki-laki itu baru mau memperkenalkan diri tapi langsung disela Calista.
"Makanya, aku tidak mengenalmu kan?! Rasanya aku tidak punya kewajiban mendengarkan pendapatmu." Calista hendak pergi dari sana setelah mencatat alamat kos-kosan itu.
"Aku Kalandra ... Kalandra Pramudita ...." sambil berjalan cepat untuk mengimbangi jalan Calista, "Aku tidak bermaksud mengerjaimu atau sok memberimu pendapat, aku benar-benar memberimu ... PERINGATAN ...." kini sambil berteriak karena Calista sudah berlari menjauh, "JANGAN KOS ITU! POKOKNYA TIDAK BOLEH!" setelah berteriak dia menjadi malu karena tiba-tiba menjadi pusat perhatian, "Aku hanya ... Hehe ...." sambil tertawa malu dan mencari keberadaan Calista tapi sudah menghilang.
Kalandra kembali ke tempat selebaran itu ditempel dan menariknya hingga lepas dari dinding dengan kasar. Dengan perasaan campur aduk Kalandra meremas selebaran itu dan membuangnya di tempat sampah, "Dia tidak mungkin kesana kan?!"
Tapi dibelakang Kalandra sudah ada yang mencatat alamat kos-kosan yang sama dilihat Calista tadi sebelum Kalandra menariknya, "Sudah kuduga, karena murah jadi dia melakukannya ... Aku harus cepat-cepat kesana sebelum kehabisan kamar." Elvara Kirana mengikuti Kalandra, memperhatikannya sampai di tempat sampah. Mengira bahwa Kalandra sedang berusaha mengurangi pesaing padahal Kalandra punya maksud yang jauh dari yang dibayangkan Elvara.
"Berhantu?!" Calista menatap kos-kosan yang dikatakan berhantu oleh Kalandra. Penampilan kos itu sangat jauh dari kata berhantu. Sangat besar, mewah dan bersih. Terlebih lagi dengan nuansa serba putih, bahkan setitik noda pun tidak terlihat, "Mustahil hanya 100 ribu per bulan ...." Calista hendak mengurungkan niatnya untuk masuk tapi saat mengingat uang saku yang dia bawa dari rumah, tidak ada salahnya jika dia bertanya dulu, "Tentu saja, mustahil kos-kosan elit seperti ini berhantu." Calista punya penilaian berbeda untuk rumah berhantu berdasarkan film horor yang dinontonnya sejak kecil. Calista sambil membayangkan rumah hantu yang kotor dan tidak terawat.
Calista melangkahkan kakinya masuk ke dalam kos-kosan itu. Sejenak ia mematung, merasakan hal aneh. Seakan waktu berhenti berputar dan dia berada ditempat yang tidak memiliki oksigen.
Suara jam dinding tiba-tiba terdengar begitu keras padahal jaraknya begitu jauh. Tapi berkat itu Calista akhirnya bisa bergerak dan mengambil napas banyak-banyak karena seperti telah menahan napas begitu lama.
Dadanya terasa panas dan dia dipenuhi keringat dingin. Calista belum pernah merasakan hal seperti itu, dia langsung duduk untuk menenangkan dirinya, "Apa aku sakit?" Calista memegang dahinya sambil memikirkan soal ucapan Kalandra tadi, "Tidak, tidak ada yang namanya hantu. Aku mungkin hanya tidak enak badan saja setelah perjalanan jauh dan dengan bodohnya tersugesti perkataan orang asing yang aneh ...." Calista selalu mengutamakan fakta dan memikirkan segalanya secara realistis, "Pasti ada penjelasan ilmiah kenapa aku begini ...." kalau saja dia punya uang banyak pasti dia sudah ke rumah sakit memeriksakan dirinya untuk menghilangkan pikiran hantu yang tidak berdasar memenuhinya saat itu. Sehingga bisa menertawakan dirinya sendiri karena mempercayai perkataan orang asing.
Calista yang masih belum sadar sepenuhnya harus dikagetkan dengan munculnya seorang perempuan yang tiba-tiba saja dari bawah meja. Dengan mata merah, kantung mata hitam, kulit pucat, bibir yang kering dan pecah-pecah, rambut yang diikat sembarangan.
"Kau mau menginap berapa malam?!" kata orang yang lebih cocok jika disebut hantu itu.
Sejenak Calista akhirnya paham kalau mungkin inilah yang dimaksud hantu itu oleh laki-laki aneh tadi, "Saya mau sewa per bulan kak ...." Calista melirik kartu nama perempuan itu, "Kak Nayla Valeska."
Nayla terlihat lebih menyeramkan lagi dengan wajah paniknya, "Bulan? Sebulan? Kau mau menginap sebulan?"
"Sebenarnya saya bisa membayar satu tahun tapi untuk saat ini saya belum tahu perkiraan biaya yang akan datang karena baru disini. Jadi untuk saat ini saya hanya akan menyewa perbulan dulu ...." Calista menjelaskan tapi tidak mengerti kenapa wajah Nayla tidak juga berubah, malahan semakin terlihat panik, "Apa Kak Nayla baik-baik saja?!" Calista merasa tidak enak mengatakan itu, "Apa aku tidak sopan menanyakan itu?"
"Baiklah, kalau begitu akan aku bawakan surat perjanjiannya ...." Nayla bergerak begitu kaku dan terlihat sangat kelelahan. Seakan tidak pernah tidur selama berbulan-bulan.
"Surat perjanjian?! Apa seresmi itu kalau mau menyewa kamar di kota?" Calista merasa itu aneh tapi tidak mau kelihatan kampungan dengan sistem di kota. Tapi perasaannya tidaklah salah saat melihat isi surat perjanjian yang dibawa Nayla, "Tidak akan menuntut jika meninggal dengan cara yang mengenaskan ...." sebenarnya masih banyak poin penting lainnya tapi mata Calista terfokus pada kalimat itu.
"APA-APAAN SURAT ....." Calista berusaha menenangkan dirinya dan memelankan suaranya, "Apa ini semacam lelucon untuk mahasiswa baru? Hanya karena kami baru disini bukan berarti menjadikan kalian superior dan punya hak untuk mempermainkan kami. Lagipula, lucu juga ... kalau kami sudah mati bagaimana kami bisa menuntut?" Calista menganggap semua hal yang ada disana konyol.
"Apa aku terlihat sedang mempermainkanmu?!" Nayla dengan wajah datarnya, sama sekali tidak terpengaruh oleh kalimat emosional Calista sambil menyodorkan materai 10 ribu.
"Lalu apa maksud dari surat ini?! Apa ini semacam tempat dimana kalian akan mengambil organ kami di malam hari saat kami tertidur atau ada psikopat yang akan datang membunuh kami sebagai olahraga tambahan kalau sedang bosan?!" Calista merasa tidak mengenal dirinya sendiri saat itu, ia tidak bisa mengendalikan emosinya dan mengeluarkan apa yang ada dikepalanya begitu saja tanpa di filter terlebih dahulu.
"Kalau anda tidak menyetujui persyaratan ini, anda bisa pergi." Nayla dengan formal dan lebih mirip robot sekarang.
Calista yang perasaannya masih campur aduk langsung pergi meninggalkan Nayla tanpa sopan santun. Dia masih mengira jika sedang dipermainkan. Di pintu masuk dia berpapasan dengan Elvara. Berbeda dengan Calista, Elvara tidak merasakan hal aneh yang dirasakan Calista saat baru masuk. Semuanya berjalan lancar, bahkan saat membaca surat perjanjian.
"Okey, check!" sambil menceklis semua persyaratan dan menandatangani dengan hati senang dan bersenandung, "Mohon untuk segera di proses ya!" dengan buru-buru mengembalikan surat itu.
Nayla menyerahkan kunci kamar, "Yes! Masih ada kamar kosong!" sambil membayar 1 juta 2 ratus ribu untuk sewa setahun. Elvara mengangkat kopernya seakan tidak ada isinya karena terlalu senang tidak sabar untuk cepat masuk ke kamarnya, "Wah, 100 ribu?! Kamar seperti ini seharusnya seharga 5 juta per bulan ...." Elvara menjatuhkan kopernya setelah masuk ke kamarnya, "Apa ini yang punya dosen di kampus ya?! Khusus untuk mahasiswa, dijadikan sebagai tempat untuk berdonasi begitu ya?!" berbeda dengan Calista, Elvara memandang semuanya dari sisi positif.
"Dia tipe yang akan membayar lunas semuanya hanya dalam semalam." Nayla menatap surat perjanjian sewa Elvara sambil menyeringai. Berbeda saat bertemu Calista, kepribadian Nayla berubay saat bertemu Elvara.
...Terkadang tidak semua bunga tahu kalau mereka bisa layu dan mati sebelum mekar....
...-BERSAMBUNG-...
I... am... BACK!!!🔥
Assalamualaikum, selamat malam, salam sejahtera untuk kita semua. Akhirnya setelah lama hiatus karena study S2, saya kembali dengan karya baru😅 Meski saya tahu kalau pasti sudah ditinggal banyak pembaca setia, bahkan saya tidak yakin kalau masih akan ada yang membaca🙂
Setelah penelitian panjang mulai dari bulan mei 2024 sampai februari 2025. Lanjut seminar hasil, menyusun manuskrip dan tesis, ujian akhir, yudisium dan akhirnya wisuda bulan juni. Dengan masa study 3 semester. Akhirnya saya kembali dengan gelar baru. Semoga masih ada yang mau membaca karya saya. Jujur saya rindu untuk menulis fantasi, selama 1 tahun 7 bulan hanya sibuk menulis karya ilmiah yang berdasarkan fakta😭
Rindu banget juga sama FCT3 tapi apa boleh buat, harus mengumpulkan energi untuk berjuang dan semangat berapi-api untuk menulis cerita jangka panjang lagi. Harus juga kembali menemukan feel yang dulu udah terjeda, sekarang UNLUCKY dan THUNDEROUS kayak sayur tanpa garam, iya tahu sayur tapi gak ada rasanya gitu loh. Ngerti kan maksudnya?🤧 pokoknya begitu. Kalaupun nemu garamnya, belum tentu itu garam yang aku cari. Tau deh🙂
Sekarang mau fokus sama cerita jangka pendek dulu untuk pemanasan. Supaya motivasi untuk nulis bisa kembali seperti dulu lagi, seperti biasa supaya ada dorongan kuat harus ikut berkompetisi lagi😎 maka dari itu : Karya ini akan terdaftar dalam kontes You Are A Writer 2025 Periode 3 untuk kategori 4. Wish me luck🥺
...😎MERDEKA🇮🇩🔥...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
aurel
hai Thor aku sudah mampir, jangan lupa mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku "
2025-08-19
1
Manusia
Kos mana masalahnya yg 100rb😭😭calista jangan mau nak, jangan tergoda dngn harga murce
2025-08-19
1
sasip
sudah mampir untuk kasih semangat.. 💪🏻
2025-08-19
2