NovelToon NovelToon
Glass Wing

Glass Wing

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita / Saudara palsu / Dark Romance
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Vidiana

—a dark romance—
“Kau tak bisa menyentuh sayap dari kaca… Kau hanya bisa mengaguminya—hingga ia retak.”

Dia adalah putri yang ditakdirkan menjadi pelindung. Dibesarkan di balik dinding istana, dengan kecantikan yang diwarisi dari ibunya, dan keheningan yang tumbuh dari luka kehilangan. Tak ada yang tahu rahasia yang dikuburnya—tentang pria pertama yang menghancurkannya, atau tentang pria yang seharusnya melindunginya namun justru mengukir luka paling dalam.

Saat dunia mulai meliriknya, surat-surat lamaran berdatangan. Para pemuda menyebut namanya dengan senyum yang membuat marah, takut, dan cemburu.

Dan saat itulah—seorang penjaga menyadari buruannya.
Gadis itu tak pernah tahu bahwa satu-satunya hal yang lebih berbahaya daripada pria-pria yang menginginkannya… adalah pria yang terlalu keras mencoba menghindarinya.

Ketika ia berpura-pura menjalin hubungan dengan seorang pemuda dingin dan penuh rahasia, celah di hatinya mulai terbuka. Tapi cinta, dalam hidup tak pernah datang tanpa darah. Ia takut disentuh, takut jatuh cinta, takut kehilangan kendali atas dirinya lagi. Seperti sayap kaca yang mudah retak dan hancur—ia bertahan dengan menggenggam luka.

Dan Dia pun mulai bertanya—apa yang lebih berbahaya dari cinta? Ketertarikan yang tidak diinginkan, atau trauma yang tak pernah disembuhkan?

Jika semua orang pernah melukaimu,
bisakah cinta datang tanpa darah?



Di dunia tempat takdir menuliskan cinta sebagai kutukan, apa yang terjadi jika sang pelindung tak lagi bisa membedakan antara menjaga… dan memiliki?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

Ara memakan setidaknya setengah porsi yang dibawakan Elvero. Setiap suap seperti menelan batu, tapi ia tahu Elvero tak akan berhenti memperhatikan sebelum ia menunjukkan bahwa dirinya masih bisa makan. Bahwa ia masih bisa bertahan.

Setelahnya, ia berbaring di atas tempat tidur. Selimut ditariknya sampai ke bahu, tubuhnya meringkuk dan membelakangi dunia.

Sementara itu, Elvero sibuk memperbaiki pintu kamar yang didobraknya tadi. Kael membantunya dalam diam—tanpa bicara, tanpa tanya. Kayu yang retak dan engsel yang menggantung disatukan kembali dengan suara denting kecil dan ketukan halus. Tapi tak ada yang berani memecah kesunyian kamar itu.

Ara sengaja tidak mengatakan apa pun. Tidak pada Elvero. Tidak pada Kael.

Dia hanya memunggungi mereka berdua.

Karena untuk malam ini… diam adalah satu-satunya cara agar dirinya tidak runtuh.

Ketika akhirnya pintu selesai diperbaiki dan engselnya kembali menempel rapi, sunyi yang menggantung di kamar tak berubah. Ara sudah tertidur—atau mungkin hanya memejamkan mata dengan tubuh gemetar yang pura-pura tenang.

Elvero dan Kael akhirnya duduk berdua di ruang tamu. Tak ada televisi menyala, hanya suara jarum jam dan dengung lampu gantung yang nyaris tak terdengar.

Elvero baru menyesap sodanya ketika ponselnya berbunyi. Panggilan dari Tania muncul di layar—gulf miliknya. Panggilan itu sudah masuk berkali-kali hari ini.

“Dia mencarimu dari pagi,” komentar Kael datar sambil membalik halaman bukunya. Tubuhnya kembali santai di sofa, seolah ciuman paksa kakaknya pada seorang gadis tadi hanyalah insiden kecil yang tak penting.

“Hm,” sahut Elvero pendek, tanpa niat menjawab panggilan itu.

Kael menoleh sedikit. “Kau tidak menjelaskan padaku siapa sebenarnya Ara… dan apa hubungan kalian?”

Elvero meneguk sodanya pelan sebelum berkata datar, “Aku pikir kau sudah mematai-mataiku cukup baik beberapa hari terakhir ini.”

Kael tersenyum kecil. Tidak menyesal. Tidak menyangkal.

“Benar juga,” katanya sambil kembali pada bukunya.

“Dia…” Elvaro akhirnya bicara, suaranya tenang tapi mengandung beban yang tak bisa disembunyikan. “Sepupuku. Kau bisa menyebutnya begitu.”

Kael menoleh, sedikit mengangkat alisnya, memberi isyarat bahwa ia mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

“Dulu ibunya menikah dengan kakak ibuku—Sera,” lanjut Elvaro pelan. “Tapi Paman Sera meninggal dalam pertempuran melawan Iblis Balgira. Dan setelahnya, istrinya… dinikahi oleh Pangeran Riana dari Garduete.”

Kael tidak langsung bereaksi. Matanya tetap tertuju pada Elvaro, tenang namun penuh tanya. Nama Riana bukan nama yang asing di telinganya. Apalagi jika dikaitkan dengan tragedi dan kekuasaan.

“Meskipun kami tidak ada hubungan darah secara langsung,” Elvaro menambahkan dengan helaan napas, “aku selalu menganggap dia saudaraku.”

Hening sejenak. Kael menutup bukunya perlahan.

“Elvaro,” kata Kael akhirnya, suaranya tenang tapi tegas, “aku tidak peduli siapa dia. Tapi yang kau lakukan hari ini… mengabaikan Tania hanya karena gadis itu… ini bukan sesuatu yang bisa dibiarkan.”

Elvaro hanya menatapnya.

“Dia memang saudaramu,” lanjut Kael, menekankan setiap katanya, “tapi Tania… adalah pacarmu. Dan dia mencarimu dari pagi.”

Hening mengambang di antara mereka.

“Aku tahu,” jawab Elvaro akhirnya, pelan. “Tapi aku juga tahu satu hal lagi.”

Kael menunggu.

“Jika kau pernah melihat Ara menangis seperti tadi sore, Kael… kau juga akan mengabaikan seluruh dunia.”

“Aku tidak merasa dia semenarik itu sampai aku harus berperilaku seperti orang bodoh,” ucap Kael datar, masih menatap langit-langit.

“Ah, benar.” Elvaro tersenyum tipis, pahit. “Lalu kenapa kau tidak mengejar Tania sampai dia mau menikah denganmu?”

“Dia mencintaimu dengan tulus,” lanjut Kael.

Elvaro menghela napas, lama, lalu menjawab tanpa menoleh, “Lalu… apa kau tidak mencintainya dengan tulus?”

Kael diam sejenak. “Tania mencintaimu, bukan aku.”

Elvaro menggeleng. “Yang aku tahu, kau menyuruhku mendekatinya. Kau tahu aku tidak pernah punya niat… bukan karena aku tidak menghargai Tania, tapi karena aku tahu dia bukan milikku untuk dicintai.”

Kael menatap sahabatnya, matanya gelap. “Tapi dia tidak pernah mencintaiku. Tidak seperti dia mencintaimu.”

“Lalu kenapa kau tidak memperjuangkannya?!” Elvaro akhirnya menatap Kael, suara naik untuk pertama kalinya. “Kenapa malah mendorongku untuk jadi pengganti? Kau tahu aku tidak bisa. Aku bersikap sopan padanya, Kael, karena dia wanita yang kau cintai—bukan karena aku menginginkannya.”

Kael terdiam. Rahangnya mengeras.

“Kau pengecut,” lanjut Elvaro, lirih tapi menusuk. “Kau menyerah bahkan sebelum bertarung.”

Kael mengambil rokok dan menyalakan rokoknya.

“Kael,” kata Elvaro akhirnya, suaranya tenang namun mengandung tekanan, “aku hanya bisa mentolerir dia sebagai pacarku. Itu pun hanya sementara. Dia bukan wanita yang akan kuinginkan di masa depanku.”

Kael menatap Elvaro dengan sorot tak percaya, tapi Elvaro melanjutkan tanpa jeda.

“Jadi pikirkanlah… jika kau memang mencintainya dengan caramu yang rumit itu—pikirkanlah bagaimana kau membahagiakannya saat Aku mengakhiri semua permintaan bodohmu untuk memacari Tania”

Kael membuka mulut, tapi tak ada kata yang keluar. Matanya gelap. Sorotnya seperti orang yang sedang dihantam kenyataan yang pahit namun benar.

“Aku hanya memainkan peran yang kau berikan padaku, Kael,” Elvaro berdiri, meraih kaleng soda lalu menatap Kael satu detik terakhir, “tapi aku tidak akan jadi boneka dari pilihanmu yang setengah hati.”

“Dan jangan coba menyalahkan Ara atas hubunganku dengan Tania,” lanjut Elvaro, suaranya merendah tapi tegas. “Bahkan tanpa Ara pun, aku akan mengakhirinya. Cepat atau lambat. Ara hanya membuatku sadar—bahwa mempertahankan hubungan yang salah demi rasa kasihan atau loyalitas padamu, itu lebih kejam daripada mengakhirinya sekarang.”

Dia menatap Kael lama, seperti menantang pria itu untuk menyangkalnya.

“Aku akan memacari Ara. Kita berdua bisa pura-pura pacaran.”

Elvaro menoleh tajam, alisnya mengerut.

“Apa?”

Kael masih bersandar santai di sofa, membuka halaman baru bukunya tanpa melihat Elvaro.

“Domias memiliki minat terhadap Ara. Kau tahu seperti apa dia. Apa kau akan memperkenalkan Ara sebagai pacarmu? Tidak, kan? Dan kau juga tidak bisa memperkenalkannya sebagai keluargamu—bukan tanpa membuka identitas aslinya. Kalau sampai orang-orang istana tahu siapa dia sebenarnya, Ara tidak akan pernah tenang di Argueda.”

Dia menutup bukunya perlahan dan akhirnya menatap Elvaro. Matanya dingin, serius.

“Jadi, anggap saja kita kerja sama. Kau tetap memacari Tania—membuat semua orang senang. Dan aku…” ia tersenyum tipis, nyaris seperti ejekan pada dirinya sendiri, “aku akan menjaga Ara. Sebagai kekasih pura-pura.”

“Kau gila,” desis Elvaro, berdiri dari duduknya.

Kael tetap di tempatnya, memiringkan kepala sedikit, matanya menantang.

“Lalu apa kau punya pilihan?” suaranya tenang, tapi mengandung tekanan.

“Kau bisa melawan Domias—tapi satu-satunya cara melakukannya adalah dengan membuka identitasmu. Dan jika kau melakukannya, kerajaan pasti juga mencium bau Ara.”

Ia berdiri perlahan, melangkah mendekati Elvaro.

“Kalau tebakanku benar,” lanjutnya, “Dia melarikan diri dari Garduete. Datang padamu dengan nama palsu, wajah baru, dan masa lalu yang lebih busuk daripada politik istana. Kau pikir tak ada yang akan memperhatikan gadis sepertinya? Dia menarik terlalu banyak perhatian hanya dengan berdiri diam.”

Elvaro mengatupkan rahangnya.

“Kau tak bisa melindunginya sendirian, Elvaro. Kau terlalu dekat dengan tahta, dan terlalu banyak mata mengawasi tiap gerakanmu. Tapi aku…” Kael menyeringai tipis. “Tak seorang pun peduli siapa yang kupacari.”

...****************...

“Pacaran dengan Kael?”

Ara menatap Elvaro tak percaya. Tangannya gemetar sedikit saat memegang sendok, bahkan meski dia berusaha menyembunyikannya. Di hadapannya, Elvaro duduk dengan punggung tegak, tenang seperti biasa, tapi tidak sanggup menatap matanya terlalu lama.

Tanpa sadar, Ara menoleh ke kanan. Pandangannya bertemu dengan mata Kael—dingin, tak terbaca, namun penuh intensitas yang membuat jantungnya melompat. Kael hanya mengangkat alis sedikit, seolah berkata, “Ya. Aku juga tidak keberatan.”

Mereka sedang sarapan di ruang makan kecil Elvaro. Ruangan itu seharusnya terasa nyaman, tapi pagi ini sunyi terasa terlalu dalam.

Elvaro sudah menceritakan garis besar tentang Domias—kakak kandung Kael yang tinggal terpisah sejak perceraian orang tua mereka. Seorang bangsawan muda dengan senyum penuh tipu daya, mata yang menelanjangi, dan kecerdikan yang membunuh pelan-pelan.

“Dia bajingan licik,” gumam Elvaro sebelumnya, nadanya mengeras. “Dia tahu caranya mengelabui para gadis muda. Termasuk… sepertimu.”

Ara masih menatap Kael. Laki-laki itu masih saja meminum tehnya dengan wajah santai. Tapi Ara bisa merasakan betapa penuh perhitungan sikapnya. Lalu, perlahan, ia kembali memandang Elvaro.

“Dan kau pikir aku akan aman… dengan sahabatmu?” suaranya pelan, nyaris seperti racun manis yang dibalut senyum tipis. Senyum yang tidak menyembunyikan luka, tapi malah menyorotkannya lebih terang.

“Kau membutuhkan orang yang bisa kau sebut pacar, Ara,” jawab Elvaro tenang, tapi tajam. “Untuk menjauhkan Domias… atau siapapun pria brengsek di sekolah ini. Dan Kael bisa menjadi pilihan yang tepat.”

Ara memalingkan wajah, menyembunyikan ekspresi yang tidak ingin dia bagi. Pahit. Ia mengunyah diam-diam kata-kata itu. Kael sebagai perisai? Atau jebakan?

“Tapi…”

“Apa kau punya pilihan?” Elvaro menatapnya dalam-dalam, dan kali ini tak ada kelembutan dalam suara itu. Hanya realitas yang dingin. “Kau tak bisa mengaku sebagai sepupuku. Kau tak bisa terus-menerus berjalan sendiri dengan nama palsu. Dan kita tak bisa menghindari Domias selamanya. Kau butuh perlindungan. Dan Kael bisa memberikannya.”

“Aku bukan benda yang harus dilindungi,” gumam Ara, pelan tapi jelas.

Kael akhirnya bicara, nada suaranya seperti angin malam yang tak menyentuh tapi menusuk:

“Dan aku bukan ksatria dalam dongeng. Jadi kalau kau memilihku, pilih dengan sadar. Aku bukan sahabatmu, Ara. Aku hanya seseorang yang bisa membuat orang lain percaya bahwa kau… milikku.”

Ara menoleh menatapnya. Dalam tatapan Kael, tak ada cinta, tapi ada sesuatu yang jauh lebih rumit. Sesuatu yang ia tak mengerti… dan itu lebih berbahaya dari cinta.

1
Vlink Bataragunadi 👑
hmmmm.... ada yg cemburu?
Vlink Bataragunadi 👑: oooh gitu, siap kak, aku ke sana dulu /Chuckle/
Vidiana A. Qhazaly: Mungkin supaya paham alur yg ini bisa baca di morning dew dulu klik aja profilku
total 2 replies
Vlink Bataragunadi 👑
kynya rameeee, tp awal bab byk kata kiasan yg aku blm ngerti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!