NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Keponakan Tiriku

Terpaksa Menikahi Keponakan Tiriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Konflik etika / Dendam Kesumat / Anak Haram Sang Istri
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Aerishh Taher

Kisah ini tampak normal hanya dipermukaan.

Tanggung jawab, Hutang Budi(bukan utang beneran), Keluarga, cinta, kebencian, duka, manipulasi, permainan peran yang tidak pada tempatnya.

membuat kisah ini tampak membingungkan saat kalian membacanya setengah.

pastikan membaca dari bab perbab.

Di kisah ini ada Deva Arjuno yang menikahi keponakan Tirinya Tiara Lestari.

Banyak rahasia yang masing-masing mereka sembunyikan satu sama lain.

____________

Kisah ini sedang berjuang untuk tumbuh dari benih menjadi pohon.

Bantu aku untuk menyiraminya dengan cara, Like, Komen dan Subscribe kisah ini.

Terimakasih

Salam cinta dari @drpiupou 🌹

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aerishh Taher, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa yang sebenarnya Deva Sembunyikan?

...Pelakon Yang Handal...

...****************...

Suara azan subuh membangunkan aku dari tidur singkat yang gelisah.

Malam tadi terasa panjang, padahal aku hanya terbaring diam di samping Mas Deva.

Mendengarkan nafasnya yang teratur di balik punggungnya.

Pagi ini, ia sudah tidak ada di tempat tidur. Selimutnya rapi terlipat, seolah tak pernah ada siapa pun yang memakainya.

Kehadirannya semalam di kamar ini hanya untuk sandiwara di depan Mama dan Papa.

Aku menghela napas.

Sebagian dari diriku merasa kecewa, tapi sebagian lain mengingatkan diri untuk terus berharap.

Mas Deva tetap Mas Deva yang dingin dan tidak tersentuh.

Aku berdiri bergegas merapikan selimut lalu berdiri di depan cermin.

Wajahku semakin bulat, lemak dipipiku begitu kentara.

Aku memutuskan masuk ke dalam kamar mandi untuk melaksanakan rutinitas pagi ku.

Menggunakann wangi sabun yang sama.

Lavender, wangi kesukaan ku baru-baru ini.

***

Seusai membersihkan diri, aku turun ke bawah.

Aroma masakan dari dapur membuat perutku keroncongan.

Mamah sudah ada di sana, membantu Bi Surti menyiapkan sarapan.

Bi Surti tampak canggung, sesekali melirikku dengan tatapan sinis yang tak bisa disembunyikan.

“Tiara, sayang, sini bantu Mamah,” panggil Mama dengan senyum hangat.

Mamah seolah tak melihat kecanggungan di antara aku dan Bi Surti.

“Pagi, Mah,” balasku, mencoba terdengar ceria. “Pagi bi.”

Bi Surti hanya berdehem pelan.

Beberapa saat kemudian sarapan telah siap

Kami makan bersama.

Papah dan Mamah tampak lebih santai pagi ini.

Mereka menceritakan rencana mereka untuk mengunjungi kerabat di kota Mon setelah ini.

Obrolan ringan mengalir, dan aku berusaha berpartisipasi seolah tidak ada beban di pundakku.

Mas Deva sesekali menanggapi, tapi tetap dengan nada singkat dan dingin.

Mama dan Papa sepertinya tidak menyadari.

Atau mungkin, mereka memilih untuk tidak ikut campur.

“Deva, kamu sering pulang telat, ya?” tanya Mama tiba-tiba, menatap Mas Deva.

“Tiara sering sendirian di rumah, kasihan lho.Kamu harus lebih sering menemaninya.”

Mas Deva menoleh padaku sejenak, tatapannya sulit diartikan.

“Saya banyak pekerjaan, Mbak. Tapi saya usahakan,” jawabnya datar.

“Mbak?!” Papah langsung menyela “Kamu ini, Dev! Panggil Mamah dan Papah, dong! Sudah jadi menantu, masa masih ‘Mbak’ sama ‘Mas’?” Papah tertawa, mencoba mencairkan suasana.

Mas Deva hanya mengangguk pelan, tanpa senyum.

“Baik,Pah, Mah.. Deva kan udah biasa manggil kalian Mbak dan Kakak ipar.

Aku tersenyum kecil.

Setidaknya, ia mau mengalah sedikit demi orang tuaku.

Ini sudah lebih dari yang kuharapkan.

Aku tahu, ia melakukan ini demi menjaga citra di depan Mamah dan Papah, demi menjaga ‘aib keluarga’ seperti yang Mamah katakan.

Aku harus membuat mereka semakin percaya bahwa Deva adalah suami yang baik yang telah mereka pilihkan untukku.

Setelah sarapan, Mamah dan Papah bersiap untuk pergi.

Aku mengantar mereka sampai depan rumah.

“Jaga diri baik-baik, ya, sayang,” kata Mama sambil memelukku erat.

“Kalau ada apa-apa, jangan sungkan cerita ke Mamah.”

Papah menepuk pundak Deva. “Deva, jaga Tiara.

Kalian harus saling jaga.”

Mas Deva mengangguk. “Pasti, Mas… eh, Pah.” Ia tersenyum tipis, senyum yang sangat jarang kulihat.

Itu adalah senyum palsu yang sempurna.

Aku melambaikan tangan sampai mobil mereka menghilang di ujung jalan.

Ketika berbalik, Mas Deva sudah ada di belakangku, menatapku dengan ekspresi yang tak terbaca.

“Puas?” tanyanya dingin, suaranya menusuk.

Senyum di wajahku seketika luntur. “Apa maksudmu?”

“Drama kita tadi. Kamu senang, kan, orang tuamu percaya?” Nada suaranya penuh sindiran.

Aku mengepalkan tangan. “Aku hanya ingin mereka tenang. Mereka berhak tahu aku baik-baik saja.”

“Baik-baik saja?” Mas Deva mendengus.

“Kamu tahu ini semua semua palsu TIARA.”

“Kita dijodohkan Mas, jangan lupa kamu mengiyakan segalanya termasuk bertanggung jawab untuk diriku” balasku, menatap matanya tanpa gentar.

“Cihhh, kamu benar-benar wanita sialan!”

Mas Deva menatapku tajam, seolah ingin melenyapkan ku.

Tapi aku tak akan goyah, aku akan bertahan.

Setelah berdebat Beberapa jam akhirnya..sore itu, aku memutuskan untuk tidak berdiam diri.

Aku harus melakukan sesuatu untuk membuat kehadiranku di rumah ini berarti, untuk membuat Mas Deva benar-benar melihatku.

Aku membersihkan rumah, menata ulang beberapa sudut yang terasa dingin, bahkan menanam beberapa pot bunga di teras.

Saat sedang menyiram bunga, ponselku berdering.

Nomor tidak dikenal. Aku ragu sebentar, lalu mengangkatnya.

“Halo?”

Suara di seberang terdengar panik. “Halo, ini Tiara? Ini aku Cila.”

“Cila? Kenapa nomor kamu beda?” tanyaku bingung.

“Ra, ini gawat! Aku… aku lihat Mas Deva!”

Jantungku berdegup kencang.

Aku menarik napas dalam-dalam. "Lihat di mana? Ada apa?"

“Aku lihat dia… sama cewek lain! Di kafe tempat kita kemarin! Mereka… mereka terlihat sangat dekat, Ra! Aku yakin itu Mas Deva, Ra! Dia pakai kemeja biru langit yang sering kamu ceritakan!” Suara Cila tercekat.

Duniaku seolah runtuh.

Kemeja biru langit? Mata Cila mungkin tak salah, tapi aku tahu betul kemeja biru langit itu adalah ciri khas seseorang yang berbeda.

Ini adalah kesempatan yang tidak boleh kulewatkan.

“Cil, kamu… kamu yakin itu dia?” tanyaku, suaraku bergetar, berusaha terdengar terkejut dan sedikit putus asa.

“Aku yakin seratus persen, Ra! Aku bahkan sempat merekamnya. Mau aku kirim?”

Aku mendadak panik.

Cila melihat terlalu banyak.

Aku takut membayar sebesar apa potensi yang bisa Cila temukan jika dia terus menggali.

"Jangan! Jangan kirim apa-apa!" Seru ku cepat, jantungku berdegup kencang.

Cila sudah tahu banyak tentang kepergianku kemarin.

Aku tidak ingin dia terlibat lebih jauh dalam kerumitan ini, apalagi sampai tahu kebenarannya.

“Tapi Ra, kamu harus tahu…”

“Aku tahu, Cil. Aku tahu,” potongku cepat.

“Aku… aku tutup dulu ya. Nanti aku telepon balik.” ucapku terbata-bata

Aku langsung mematikan panggilan, tanganku ikut gemetar.

Ponselku hampir terjatuh.

Air mataku hampir tumpah, Namun ku coba menahannya.

Aku tidak akan menangis, sekarang.

Jadi, ini bisa jadi alasan sempurna untuk membuktikan bahwa Deva memang memiliki 'perempuan lain'.

Kepalaku pusing.

Dada sesak.

Semua harapanku, semua usaha keras yang kubangun, terasa hancur dalam sekejap.

Tapi tidak.

Aku tidak boleh menyerah.

Aku sudah melangkah sejauh ini.

Aku tidak akan membiarkan semuanya sia-sia.

Mas Deva mungkin punya perempuan lain, tapi aku… aku adalah istrinya.

Walau bukan yang dia inginkan.

Aku memegang perutku, menggigit bibir bawahku kuat-kuat.

Aku akan membuat Mas Deva bertanggung jawab, dan terpaksa menerimaku.

Aku akan membuat semua ini nyata, dengan caraku.

Malam itu, meja makan terasa lebih dingin dari biasanya.

Mas Deva baru pulang saat makan malam sudah siap.

Wajahnya tampak lelah, tapi ada rona aneh di pipinya yang membuatku bertanya-tanya.

Apakah ia baru saja bertemu perempuan itu? Atau mungkin, ia baru saja bertemu perempuan lain? Aku harus melancarkan taktikku.

Aku menyajikan makan malam seperti biasa, berusaha terlihat tenang.

Tapi tanganku sedikit gemetar saat meletakkan piring di hadapannya.

“Makan malam sudah siap, Mas,” kataku, suaraku datar.

Mas Deva melengos seperti biasa.

“Bi… bi… Bi Surti, Deva mau makan bi siapin sekarang.” Teriaknya menggema disenjang ruangan.

“Siap Pak,” jawab bi Surti sambil berlalu kearah dapur.

Beberapa jam kemudian,

“Silahkan Pak, ini makanan nya.”seraya memberikan semangkuk sup ayam buat bi Surti

“Mas, aku udah masakin semua ini buat kamu loh… kamu kenapa sih mas, kemaren kan kita udah makan bareng.” Ucapku lirih.

Mata Mas Deva melihatku dengan tajam, rahangnya mengeras… lalu ia menghembuskan nafasnya dengan kasar.

“Huhhhh…. Tiara diam lah, sadarlah..

Kamu seperti orang yang tak tau apapun.l! Tapi sebenarnya kau tau lebih banyak.

“Tadi aku ketemu Cila,” ujarku memotong pembicaraannya dan membahas hal lain.

Gerakan Mas Deva terhenti.

Ia mengangkat kepala, menatapku dengan tajam. “Hah, lalu?.”

“Dia cerita banyak hal,” lanjutku, menekankan setiap kata. “Tentang kampus, tentang teman-teman… dan juga tentang hal-hal yang dia lihat di luar.”

Alis Mas Deva sedikit terangkat.

Ada ketegangan di rahangnya. “Apa yang teman mu itu lihat?”

Aku menatapnya lurus. “Dia bilang, dia melihatmu, Mas.”

Mas Deva terdiam.

Garpu di tangannya bergetar. “Melihatku, aku tidak mengerti arah pembicaraan mu ini Tiara... Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?” tanyanya.

“Di Kafe Saffron Bean.

Dengan seorang perempuan,” jawabku, suaraku seolah tak punya emosi.

“Kalian terlihat… sangat dekat.”

Mas Deva meletakkan garpu dengan suara keras.

Ia menatapku dengan mata menyala. “Lalu apa maksudmu, Tiara?”

“Aku tidak punya maksud apa-apa, Mas,” balasku, tetap tenang.

“Aku hanya menyampaikan apa yang Cila lihat.”

Ia bangkit dari kursi, wajahnya memerah. “Kamu menuduh ku? Kamu Menyuruh temanmu menguntit ku?!”

“Tidak, Mas. Aku tidak perlu menguntit mu,”

kataku, berdiri menghadapnya.

“Cila hanya kebetulan melihat. Dan itu bukan salahku kalau dia melihat apa yang seharusnya tidak dia lihat.”

Napasnya memburu.

Ia terlihat marah.

Marah karena ketahuan? Atau marah karena aku berani bertanya padanya?????

“Dengar, Tiara,” desisnya, mendekatiku. “Hubungan kita ini hanya sandiwara.

Dan aku tidak mengenal Cila. Bahkan aku tidak tau apa yang kau bicarakan, sebenarnya apa mau mu hah??? .....

Jangan bertingkah seolah kamu punya hak untuk mencampuri urusanku.”

“Aku istrimu, Mas,” ujarku, suaraku sedikit bergetar.

“Aku punya hak itu.”Ia tertawa sinis.

“Istri?......Lucu sekali!?!!!!.....kamu pikir pernikahan ini nyata? Jangan bermimpi, Tiara!, aku masih disini hanya karena aku TERPAKSA!!!, ncamkan itu.

Mas Deva kembali berdecih, setelah berbicara.

Air mataku sudah di ujung pelupuk mata. Aku menahannya sekuat tenaga.

“Mungkin tidak nyata bagimu, Mas,” kataku pelan, menatap lurus ke matanya.

“Tapi bagiku, ini sangat nyata.”

Ia menatapku dengan pandangan jijik, seolah aku adalah sesuatu yang menjijikkan.

“Kamu… kamu benar-benar gila.”

Mas Deva berbalik dan berjalan cepat menuju pintu kamar.

Aku tahu ia akan pergi.

Pergi menghindariku lagi.

“Mas Deva!” panggilku.

Ia berhenti di ambang pintu, tapi tidak menoleh.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi.”

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku.

Udara di ruangan itu terasa membeku.

Mas Deva mematung.

Perlahan, ia berbalik.

Matanya membelalak, menatapku tak percaya.

Wajahnya memerah, rahangnya mengeras menatapku dengan tajam.

Mas Deva diam, sambil menunggu perkataan ku selanjutnya.

Aku tersenyum tipis, bibirku tersenyum namun dalam hati sakit tak terkira.

"Kamu ncamkan ini Mas—Aku punya cara untuk memastikan kamu tetap di sini.”

1
Dasyah🤍
jangan cari tahu deh Tiara kalau gak mau sakit hati
Drezzlle
jahat banget kalian semua
Drezzlle
betul, dia itu manusia /Curse/
Drezzlle
kasihan banget tiara
CumaHalu
wah, jangan gitu Tiara. kasihan suamimu kalau menikah terpaksa gitu/Grimace/
Sarifah Aini
Ini pernikahannya penuh drama...😔 dua-duanya luka, tapi nggak tahu harus saling sembuh atau makin nyakitin 💔
IG : @dadan_kusuma89
Yasmin sebentar lagi dapat endorse dari kuku bima energi drink
🔥Cherry_15❄️
jadi antagonis beneran... 😂😂
Afriyeni Official
haahhh... ini ibu dan anak stress kayaknya /Scare/
Afriyeni Official
widiiihh, si Tiara makin kelihatan sifatnya /Shame/
Nurika Hikmawati
Baca novel ini seperti membaca novel misteri. Setiap bab-nya bikin penasaran. Cerita, alur dan tokohnya tidak mudah ditebak.

Keren Thor... semangat terus ya
Rezqhi Amalia
smngt thor
Athena_25
mknya cptn cari gandengan, truk aja gandengan masa kamu enggak😂😂😂
drpiupou: hahahaha
total 1 replies
Rezqhi Amalia
ngakak🤣
Rezqhi Amalia
bisa jadi 🤣
drpiupou: Iyah no jomblonya kelamaan dia
total 1 replies
Rezqhi Amalia
ngakak , 😭
Rezqhi Amalia
maybe😂🤣🤣
Afriyeni Official
bingung, mau bela Tiara apa bela resepsionisnya nih /Facepalm/
drpiupou: bela aku aja kak
total 1 replies
🔥Cherry_15❄️
pura-pura bego. sekarang yang pura-pura jadi Deva! 😂
🔥Cherry_15❄️
sadis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!