Istriku Canduku(Pengantin Pengganti

Hari berganti hari tidak terasa kini dua hari lagi adalah hari pernikahan Andira Fadilah putri pertama Bapak Faizal Fadillah dengan Ibu Mirna. Yang akan di selenggarakan di rumah mempelai wanit. Dengan susunan acara Lamaran kemudian langsung akad nikah.

Dari halaman yang luas hingga ruang tamu telah di dekor oleh Wedding organizer. Persiapan pernikahan itu sudah hampir 80% kedua mempelai juga sudah fitting baju di boutique ternama. Di kota itu.

Semua berjalan dengan lancar, sesuai rencana tidak ada yang berubah pikiran. Abian sendiri sudah mengajukan cuti tidak masuk kantor pada Ifan selama 5 hari. Tetapi akan tetap ikut memantau perusahaan dari rumah.

Dua hari kemudian.

Di kediaman Bapak Faizal Fadillah tengah sibuk-sibuknya. Para kru WO yang di booking oleh keluarga Nugraha tengah wara-wiri menyelesaikan pekerjaan mereka menuju finishing. Jam 8 nanti rombongan pengantin Pria beserta keluarganya akan datang. Untuk melamar sang gadis. Dilanjutkan dengan akad nikah.

Sementara Resepsi akan di selenggarakan di sebuah hotel sepulang Hesti Ibunda Abian dari tanah suci. Begitu kesepakatan akhir para orang tua kedua belah pihak.

"Widih, buketu cantik banget ya guys! Seperti pengantin wanita saja." Ucap Fikha saat melihat penampilan Raya usai di rias. Kelimanya kompak mengenakan kebaya modern sebagai penerima tamu.

"Ah, kalian terlalu berlebihan, kalian aja yang belum liat gimana cantiknya kak Dira saat ini. Beuh! Kalian pasti pangling cuy!" Timpal Raya memuji kecantikan sang kakak. Ya, walaupun hubungan mereka kurang baik. Tetapi Raya selalu menyanjung kakaknya itu.

Karena sejatinya dirinya tidak pernah membenci sang kakak. Hanya saja entahlah sang kakak yang kurang respect terhadap dirinya.

"Tapi yang di bilang Fikha itu bener Ya! Kamu cantik banget, inner beauty kamu tuh sangat terpancar. Padahal makeup kamu flawles banget. Seperti nggak pakai bedak sama sekali." Ucap Sherly dan di angguki oleh teman-temannya yang lain.

"Udah yuk, kita ke depan, udah mau jam 8 ini, calon pengantin bentar lagi datang." Raya mengajak teman-temannya untuk turun ke bawah bersiap-siap menyambut calon pengantin pria.

Tepat jam 8 pas, rombongan pengantin pria telah tiba di rumah Bapak Fadillah.

"Aduhh! Aku kebelet guys, titip bentar ya!" Raya segera berlari ke arah kamarnya dengan menjinjing kedua sisi rok kebaya nya. Untuk memudahkan langkahnya. Rasa ingin buang air kecil tiba-tiba saja menghampirinya.

"Astaga! Itu anak, selalu saja begini kalau grogi." Tukas Fikha seraya menggelengkan kepalanya.

Ke empat gadis-gadis cantik itu kompak menangkupkan kedua tangan mereka saat rombongan pengantin pria melewati mereka.

"Shut! Kalian liat nggak sih, pengantin pria nya seperti nggak asing ya? Kek, pernah liat gitu. Tapi lupa dimana." Bisik Syifa saat melihat wajah Abian yang melewatinya.

"Eh, iya ya! Gak asing wajahnya." Timpal Maudy yang kembali memperhatikan wajah pengantin pria tersebut.

"Ish, Raya mana sih, masa pipis aja lama banget." Ucap Fikha celingukan mencari keberadaan Raya yang tak kunjung datang.

Para tamu undangan sudah menempati kursinya masing-masing. Begitu juga dengan para rombongan pengantin semua sudah berada di posisinya masing-masing. Tinggal menunggu munculnya pengantin wanita.

MC kemudian mebacakan susunan acara. Dengan di dahului sambutan dan pembukaan. Setelahnya MC mempersilahkan calon pengantin wanita untuk keluar dari kamar.

"Jangan grogi bro! Tahan, tahan jangan sampai kamu ngompol di celana. Malu-maluin Tante entar!" Bisik Ifan yang duduk tepat di belakang Abian.

"Asem! Gak akan lah, ngawur kamu!" Abian menyikut perut Ifan yang sengaja menggodanya.

Ifan terkekeh-kekeh, karena berhasil menjahili Teman baiknya itu.

"Btw, kok  pengantin wanitanya lama banget ya nongolnya?" Seru Ifan.

Celetukan Ifan itu membuat Abian sedikit was-was. Menggapa mempelai wanitanya belum juga keluar.

Sementara itu di kamar pengantin wanita. 

"Bagaimana ini Yah, Dira tidak ada, Dira kabur Yah!" Panik Mirna saat membuka pintu kamar putrinya dengan niat akan menjemput mempelai wanita namun kamar tersebut telah kosong. Hanya selembar kertas dengan tulisan tangan Dira yang tergeletak di atas tempat tidur itu. Gaun pengantin yang di kenakkan Dira sebelumnya kini telah teronggok mengenaskan di lantai.

"Bagaimana bisa ini terjadi Bu!" Ucap Faizal sembari menggeledah kamar Dira.

"Ibu juga tidak tahu Yah, kalau akan seperti ini."

_"Ayah, Ibu, maafkan Dira. Dira nggak bisa menjalani pernikahan ini. Dira mencintai orang lain Yah, Bu! Maafkan Dira telah membuat malu Ayah dan Ibu."

Faizal meremas kertas yang berisi goresan tangan putrinya itu dengan rahang mengeras.

"Akh!!"

Faizal memegang dadanya yang tiba-tiba saja nyeri. Usai membaca goresan tangan putri pertamanya itu.

"Ayah!!..." Pekik Mirna sembari memapah suaminya dan membawanya duduk di atas tempat tidur yang telah berantakan itu.

"Mini... ambilkan minum untuk Bapak!" Perintah Mirna saat melihat kedatangan Art nya itu.

Sang Art pun segera mengambilkan air minum untuk majikannya itu.

"Minum dulu Yah, Ayah tenang kan diri dulu. Ayah baik-baik saja kan. Apa kita kerumah sakit?" Panik Mirna sembari mengusap kening Faizal yang berkeringat dengan selendang kebayanya.

"Tidak perlu, Ayah baik-baik saja. Panggil Raya kesini Bu! Ayah mau bicara." perintahnya dengan nafas yang sedikit tersendat-sendat. Bulir-bulir keringat memenuhi kening dan pelipis pria paru baya itu.

Mirna langsung menjalankan perintah suaminya itu.

"Fikha! Raya mana?" Mirna menarik lengan Fikha salah satu teman Raya. Yang kebetulan lewat di hadapannya.

"Ada di depan Tante, bersama yang lainnya." Jawab Fikha seraya menunjuk ke arah depan di mana para teman-temannya termasuk Raya tengah menyambut tamu yang hadir.

"Fikha, tolong Tante, panggilkan Raya, suruh ke kamar kakaknya sekarang juga. Urgent!"

"Baik Tante." Fikha langsung menghampiri Raya dan membisikkan sesuatu ke telinga sahabatnya itu.

"Ada apa Bu, ada hal Urgent apa?" Tanya Raya saat di sambut sang Ibu di ujung tangga.

Tanpa kata Mirna langsung menarik tangan Raya dan mengajaknya memasuki kamar Dira.

"Ada apaan sih Bu, loh! Ayah kenapa?" Raya yang semula ingin memprotes yang di lakukan Ibunya itu. Beralih fokus saat melihat Ayahnya yang duduk dengan memegang dadanya.

Ayahnya itu terlihat seperti tengah menahan sakit.

"Yah, ada apa ini? Kak Dira mana, kok kamarnya kosong?"

"Ayah tidak apa-apa nak, Ayah memanggilmu kesini, sebab Kakakmu kabur." Ucap Faizal dengan nafas ngos-ngosan.

"Kabur?" Ulang Raya sembari mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan kamar sang kakak yang berantakan itu.

"Bagaimana bisa, Kak Dira setega ini." Tukas Raya sembari menutup mulutnya. Sedih.

"Ayah....Ayah mau minta tolong sama kamu nak. Ayah ingin kamu bersedia mengganti kan Kakakmu untuk menikah dengan Abian. Ayah tidak bisa mempermalukan keluarga Nugraha dan juga keluarga besar kita. Ayah sudah pernah berjanji pada Almarhum Aji, untuk menikahkan salah satu putriku dengan putranya. Tolong Ayah Raya!" Faizal berucap sambil memegangi dadanya yang masih terasa nyeri.

"Ap....apa? menikah? Tapi Ayah, bagaimana bisa Raya menggantikan posisi Kak Dira, sementara Raya masih sekolah! Raya...."

"Tolong Ayah nak, tolong selamat kan keluarga kita dari Aib yang memalukan ini. Ayah mohon nak! Aakh!!..." Faizal kembali mengadu sakit saat rasa nyeri di dadanya kembali menusuk.

"Ayah!" panik Raya melihat Ayahnya menahan sakit.

"Ayah, kita kerumah sakit sekarang!" Ajak Mirna panik. Khawatir suami nya kenapa-napa.

"Tidak bisa Bu. Ayah tidak bisa lari meninggalkan kekacauan ini." Sahut Faizal lagi.

"Raya, apa kamu tidak bisa menuruti permintaan Ayahmu sekali ini saja? Setidaknya lakukan itu sebagai tanda baktimu kepada orang tua." Ucap Mirna tanpa sengaja membentak Raya karena panik.

Raya tertunduk sembari memejamkan kedua matanya. Mimpilah ini! Ya, semoga ini hanya mimpi saja. Harapnya. Namun sayang sekali, semua ini adalah kenyataan hidup yang harus ia jalani.

*

*