Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 06 [ Diamuk massa ]
"Kau sungguh yakin Papa membawa gadis itu ke kos-kosan?"
"Iya benar Tuan, bahkan setelah mengantarnya, Tuan juga kedapatan pergi kesalah satu toko pakaian dan membeli beberapa pakaian yang pas untuk seusia bahkan ukuran gadis itu."
"Baiklah sekarang anda pergi!"
Perginya anak buah itu, tatapan lelaki itu berubah amat tajam, meremas foto-foto itu bahkan merobeknya hingga tak terbentuk, kepalan tangannya menunjukkan jika amarahnya tak bisa terkendalikan.
"Papa ...ternyata tidak disangka Papa bisa menyukai gadis semuda itu? Papa salah! Tidak ada seorang Putra yang rela Mama kandungnya disakiti oleh suaminya biarpun itu Papa kandungku sendiri, jika Papa berani menyelingkuhi Mama ...maka jangan salahkan Elgar kalau Elgar juga bisa berubah sikap! Bahkan bertindak diluar batas!"
******
Sore yang teduh perlahan merangkak hingga menjadi malam yang sunyi, waktu yang tepat pula bagi setiap orang untuk beristirahat setelah lelah beraktivitas sepanjang hari.
Setelah keputusan Adara sudah bulat untuk hidup sendiri, ia yang tengah menikmati waktu bersantai di kos-kosan yang sederhana ini, tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang menggema hingga ke ruang tengah. Tak lama setelah itu, kerumunan orang pun mulai berkumpul di sekitar halaman rumah ini.
Adara bergegas membuka pintu, dan tanpa diduga, ia tersentak ketika melihat puluhan bahkan pasang mata memandang ke arahnya dengan tatapan penasaran.
Seraya menegang, ia bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya terjadi, dan mengapa kerumunan ini memilih tempat ini sebagai pusat perhatian mereka.
"Ini? Ada apa? Kenapa malam-malam gini kalian mendatangi kos-kosan saya?" Adara bertanya penuh ketidak percayaan.
"Alah ... sudahlah anda jangan berpura-pura tidak tau anda sengaja menetap disini hanya untuk menggoda suami-suami kita kan? Jujur juga anda itu seorang pelakor kan?"
Seakan-akan diberikan tusukkan tajam Adara sungguh tidak mengerti maksud ucapan Wanita ini.
"Maksud Ibu apa? Saya datang ke sini bukan dengan niat buruk. Tidak ada sedikit pun niat jahat seperti yang Ibu tuduhkan. Saya mohon jangan menuduh tanpa adanya bukti!"
"Alah... yang namanya penjahat mana ada yang mau ngaku!"
Air mata perlahan jatuh dari matanya, setetes demi setetes. Hatinya sakit, tubuhnya gemetar, dan suaranya serak karena kesedihan.
Kerumunan orang terus mengepung Adara tanpa memberikan kesempatan untuk menjelaskan. Kupingnya berdenging, jantungnya berdetak hebat, seolah tak sanggup menahan hinaan tersebut lagi.
Orang-orang berbondong-bondong mengepung, mengikat tubuh lemahnya di pohon, lalu melemparinya dengan telur busuk yang memunculkan aroma menyengat.
Akan tetapi, aksi itu tak sebanding dengan rasa sakit batin yang terus menghimpitnya, begitu menyayat hati, bahkan nyaris tak tertahankan. Gadis itu meratapi nasibnya, lagi-lagi takdir seakan tak mengharuskannya untuk bahagia.
Orang-orang di sekelilingnya membiarkan saja penderitaan Adara, seakan menjadi makhluk tanpa hati yang pantas untuk tidak memiliki secuil kebahagiaan.
Namun, tiba-tiba, teriakan keras yang mendesak menyadarkan mereka semua dari tindakan mereka.
"Stop! Apa kalian tidak waras?! Dia masih gadis, bisa-bisanya kalian bertindak diluar batas seperti ini? Stop!"
Semua mata tertuju pada seseorang yang berani membela Adara, wajah mereka terlihat terkejut.
Pria itu yang tak lain adalah Pria yang menolong Adara bahkan memberikan tumpangan untuk menetap di kos-kosan ini, Adara terlihat syok kini pandangannya mulai kabur.
Kondisinya yang drop hingga kesadarannya pun mulai hilang perlahan.
******
RUMAH SAKIT
"Dok, gimana kondisi Putriku?"
"Alhamdulillah kondisi Putri anda baik-baik saja, dia hanya terkejut dan drop yang akhirnya lemah hingga jatuh pingsan, mungkin dia syok karena efek hamil muda dan itu hal lumrah, semua sudah teratasi kondisinya sekarang sudah pulih,"jelas Dokter.
"Tunggu! Dia hamil?"
"Iya! Apakah anda benar Papanya? Anda juga tidak mengetahui kabar kehamilannya?"
"Tidak! Baiklah sekali lagi terima kasih."
"Sama-sama, ya sudah saya tinggal dulu."
"Silahkan Dok."
"Hamil?"
Pria tua itu tak percaya, mimik wajahnya kini berubah, tapi tidak ada kemarahan yang nampak.
BERSAMBUNG
lanjut thor