Novel ini sakuel dari novel "Cinta yang pernah tersakiti."
Tuan, Dia Istriku.
Novel ini menceritakan kehidupan baru Jay dan Luna di Jakarta, namun kedatangannya di Ibu Kota membuka kisah tentang sosok Bu Liana yang merupakan Ibu dari Luna.
Kecelakaan yang menimpa Liana bersama dengan suami dan anaknya, membuatnya lupa ingatan. Dan berakhir bertemu dengan Usman, Ayah dari Luna. Usman pun mempersunting Liana meski dia sudah memiliki seorang istri dan akhirnya melahirkan Luna sebelum akhirnya meninggal akibat pendarahan.
Juga akan mengungkap identitas Indah yang sesungguhnya saat Rendi membawanya menghadiri pesta yang di adakan oleh Jay.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Rendi
Pintu gerbang segera di buka oleh seorang satpam saat mobil Nathan sampai di depan gerbang.
"Siang Den." Sapa satpam itu pada Nathan.
Nathan hanya tersenyum lalu segera menjalankan kembali mobilnya masuk ke halaman Mansion yang begitu luas, dia memarkirkan mobilnya tepat di depan teras rumah.
Nathan segera turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam Mansion itu.
"Selamat siang Den." Sapa seorang pelayan wanita yang baru saja turun dari tangga.
"Dimana kakek?" Tanya Nathan dengan napas yang nampak memburu.
"Ada di kamarnya Den." Jawab wanita paruh baya itu.
"Oke." Sahut Nathan gegas berlari menaiki tangga, melewati pelayan yang nampak kebingungan dengan sikap cucu majikannya.
"Kenapa dengan den Nathan?" Gumam wanita paruh baya itu heran.
Namun dia segera menepis pikiran itu dan memilih kembali berjalan menuju dapur.
"Kakek." Panggil Nathan saat masuk ke dalam kamar kakeknya.
Seorang laki-laki tua yang duduk di kursi goyang itu tersenyum melihat kedatangan cucunya.
"Akhirnya kamu datang juga, Nak." Ucap laki-laki tua bernama Pram itu.
"Kakek... kakek tidak apa-apa kan?" Tanya Nathan nampak panik dan segera menghampiri kakeknya.
Nathan berjongkok di hadapan sang kakek lalu menelisik tubuh tua itu, namun tak ada tanda-tanda kakeknya sakit.
"Kakek tidak apa-apa Nak." Jawab Kakek Pram.
"Tapi tadi Suster Via bilang..." Ucap Nathan menatap wanita muda berpakaian serba putih yang berdiri di samping ranjang dengan kepala tertunduk.
"Kakek sengaja meminta dia untuk menghubungi kamu dan mengatakan kalau kakek sakit, supaya kamu mau datang kesini." Sela Kakek Pram mengakhiri tatapan tajam pada Suster Via.
"Astaga, kakek." Kesal Nathan, "Kakek kenapa melakukan itu?" Tanyanya.
"Kalau tidak begitu, apa kamu akan datang kesini? Setiap kakek minta kamu untuk datang, kamu selalu menolak dengan alasan sibuk dengan pekerjaan, kamu sama sekali tidak memikirkan Kakek yang selalu merindukan kamu." Jawab Kakek Pram yang tak kalah kesal.
"Maafkan Nathan kek." Ucap Nathan merasa bersalah.
"Kapan kamu akan tinggal disini lagi, kakek sangat kesepian disini?" Tanya Kakek Pram yang berharap Nathan mau kembali tinggal di Mansion nya.
"Maaf kek, untuk saat ini Nathan masih ingin tinggal di apartemen." Jawab Nathan menundukkan Pandangannya.
"Kenapa sih Nak, Kamu tidak kasihan dengan kakek?" Tanya Kakek Pram.
"Kek, Nathan butuh waktu." Jawab Nathan, "Bagaimana aku bisa kembali ke rumah ini, Kakek selalu saja memaksa aku untuk menikah." Batin Nathan.
"Sampai kapan? Sampai kakek juga pergi menyusul Ayah dan nenek mu?" Tanya Kakek Pram penuh penekanan.
"Kakek." Pekik Nathan yang tak suka Kakeknya mengatakan hal itu.
"Nat, Kakek ini sudah tua, ajal bisa kapan saja menjemput kakek, disisa umur kakek, Kakek ingin menghabiskan waktu bersama kamu. Terlebih kakek sangat ingin melihat kamu menikah Nat." Ucap Kakek Pram.
"Kek Plisss, jangan bahas pernikahan, Nathan belum ingin menikah." Ucap Nathan terdengar memohon.
"Lalu kapan kamu siapnya Nat? usia kamu itu sudah matang untuk menikah, teman-teman kamu saja sudah ada yang menikah, bahkan ada yang sudah punya anak."
"Kek..."
"Tidak Nat, kali ini kakek minta kamu untuk secepatnya menikah, kakek ingin melihat kamu bersanding dipelaminan dengan istrimu." Sela Kakek Pram yang kembali memaksa Nathan untuk segera menikah.
"Tapi kek, Nathan belum menemukan wanita yang tepat untuk menjadi istri Nathan." Ucap Nathan.
"Kakek akan mencarinya untuk kamu. kakek pasti mencari wanita terbaik yang akan Kakek jodohkan dengan kamu." Sahut Kakek Pram.
"Ngga ngga, Nathan tidak suka dijodohkan seperti itu kek." Tolak Nathan.
"Tapi Nat..."
"Pokoknya Nathan tidak mau kek, sudah berkali-kali Nathan bilang, Nathan tidak mau di jodohkan kek, Nathan bisa memilih pasangan Nathan sendiri." Tegas Nathan.
"Kalau begitu secepatnya kamu harus memilih pasangan Nat, Kakek sudah terlalu tua, kakek takut umur kakek tidak akan lama lagi, dan kakek tidak sempat melihat kamu menikah." Sahut Kakek Pram yang terus memaksa Nathan.
"Oke, secepatnya Nathan akan bawa wanita pilihan Nathan ke hadapan Kakek. Kakek puas." Ucap Nathan yang segera bangkit dan melangkah keluar dari kamar kakeknya, namun saat tatapan nya bertemu dengan suster Via, Nathan menghentikan langkahnya.
"Jangan pernah lakukan hal ini lagi, atau saya akan memecatmu." Ancam Nathan dengan tatapan tajamnya, membuat Via tak berani mengangkat wajah majikannya ini.
"Maafkan saya Tuan." Ucap Suster Via dengan tubuh bergetar karena takut dengan tatapan Nathan.
Nathan tak menjawab, dia segera melanjutkan langkah nya keluar dari Mansion mewah itu.
***
Jay menatap layar ponsel nya dengan fokus, mencoba menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat. Setelah tadi makan siang dengan sang istri lalu membujuk sang istri yang merajuk, Jay akhirnya berpamitan karena harus kembali bekerja.
Ditengah keheningan, Jay terus berkonsentrasi pada pekerjaannya, hingga suara ketukan pintu terdengar, berhasil membuyarkan konsentrasi nya.
"Masuk." Sahutnya.
Vina muncul dari balik pintu, "Maaf Pak, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda." Ucapnya.
"Siapa?" Tanya Jay heran, pasalnya dia tidak punya janji dengan siapapun.
"Perwakilan dari perusahaan Nexus ProximaXcel." Ujar Vina hormat.
Jay yang terkejut lantas mendongak, "Apa? Seseorang dari perusahaan Nexus ProximaXcel?
"I...iya Pak." Sahut Vina yang menjadi gugup melihat reaksi Jay.
"Kalau begitu suruh masuk." Titah Jay.
"Baik Pak." Ucap Vina gegas undur diri dan mempersilahkan tamu yang ada di luar untuk masuk.
"Ada apa? Rendi tidak mengatakan apapun, kenapa tiba-tiba ada yang datang. Apa terjadi sesuatu." Pikir Jay yang jadi bertanya tanya.
"Selamat siang, Tuan." Sapa Rendi yang baru saja masuk ke ruangannya.
"Rendi. Kau yang datang. Ada apa?" Tanya Jay yang langsung bangkit dan menghampiri Rendi.
"Maaf Tuan, kebetulan saya habis rapat dengan Klien di sekitar sini, dan karena ada hal yang ingin saya sampaikan dengan Tuan, saya mampir sebentar kesini." Jawab Rendi dengan wajah seriusnya.
"Ya tidak apa-apa." Sahut Jay, "Apa yang ingin kamu sampai kan? Sepertinya sangat penting. Apa terjadi sesuatu di perusahaan?" Tanyanya penuh selidik.
"Tidak Tuan, ini bukan tentang perusahaan." Jawab Rendi.
"Lalu?"
"Tuan, sebaiknya anda lebih berhati-hati lagi, ada seseorang yang tengah menyelidiki Tuan dan juga Nyonya." Ucap Rendi.
"Apa?" Kaget Jay.
"Iya Tuan, terdeteksi seseorang mencari informasi tentang anda dan juga Nyonya, saya takut orang itu memiliki niat yang tidak baik pada anda ataupun Nyonya." Ucap Rendi.
"Apa kamu tau siapa orangnya?" Tanya Jay.
"Untuk saat ini saya belum mendapatkannya Tuan, tapi saya akan terus menyelidikinya." Jawab Rendi.
"Ya, kamu selidiki terus, cari tau siapa orang yang mencari informasi tentang aku dan istriku. Aku akan memperketat penjagaan untuk istriku. Kalau ada informasi apapun segera hubungi aku." Titah Jay.
"Baik Tuan." Sahut Rendi.
"Setelah ini kamu mau kemana lagi?" Tanya Jay.
"Saya akan kembali ke Bandung Tuan, karena pekerjaan saya disini sudah selesai." Jawab Rendi.
"Ohhh ya Tuan, proposal pengajuan kerja sama dengan perusahaan ini sudah saya kirim ke email Tuan." Sambung Rendi, "Apa Tuan yang akan menyampaikan nya sendiri pada Pak Aryas, atau perlu saya yang kesini lagi Tuan?" Tanyanya.
"Sudah, masalah itu aku yang akan menyampaikannya pada Aryas, lebih baik kamu segera kembali ke perusahaan." Titah Jay.
"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi." Pamit Rendi.
Jay mengangguk lalu kembali duduk di kursinya setelah melihat Rendi sudah menghilang di balik pintu.
"Siapa orang yang berusaha mencari informasi tentang aku dan Luna? Apa mungkin dua laki-laki yang waktu itu di restoran? Tapi siapa mereka? Apa yang mereka inginkan." Gumam Jay bertanya-tanya.
"Apa mungkin mereka musuhku, tapi siapa? aku tidak merasa memiliki musuh. Tuan Shaka yang biasa memiliki musuh. Apa kali ini aku yang menjadi sasaran mereka? Tapi kenapa harus bawa-bawa istriku juga." Ucap Jay menerka-nerka, hatinya jadi gelisah saat tau Luna menjadi sasaran seseorang.