NovelToon NovelToon
MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

Status: tamat
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Matabatin / Sistem / Tamat
Popularitas:592
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Dengan sisa-sisa tenaganya, akhirnya Anggapala berhasil membuat tempat untuk berteduh. Ia menyekah keringatnya dengan sebuah kain lusuh. Dalam kondisi seperti itu, terdengar dari samping suara langkah beberapa orang yang mendekatinya.
Mereka akhirnya hidup bersama dengan tujuan membangun sebuah tatanan kehidupan yang pada akhirnya banyak orang-orang yang hidup di daerah itu. Hingga dalam beberapa bulan saja, daerah itu menjadi tempat persinggahan para pedagang yang hendak ke arah Barat.
Pada akhirnya daerah itu sekarang menjadi sebuah daerah yang mempunyai banyak unsur seni dan budaya, bahkan daerah Cikeusik atau Gegesik mendapat julukan Kampung Seni.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XVIII DEWI LANJAR

     Keesokan harinya , Ki Buyut dan juga para kerani serta para warga kembali berkumpul di lubang tadi yang telah melenyapkan Pandanala dan para santrinya. Di pinggir lubang itu Ki Buyut berdiri sambil mengamati sekeliling. Dalam hatinya berpikir ada hal yang aneh.

    " Bagaimana ki , apa kita juga akan mengikuti cara mereka masuk ke lubang itu ,?" tanya Wirya , membuat Ki Buyut sedikit kaget.

    " Nanti dulu Wirya , kita tunggu beberapa saat lagi , sampai matahari sedikit naik," jawab Ki Buyut.

    " Tapi bagaimana keadaan mereka di dalam sana kalau kita hanya bisa menunggu di atas sini," kata Wirya.

    Tepat di saat matahari tinggi se penggalah , tanpa pikir panjang , Ki Buyut segera membacakan beberapa mantra. Tiba-tiba dari dalam lubang itu airnya bergolak , dan terbukalah sebuah jalan kecil berlumpur yang menuju ke arah sempit. Kemudian Ki Buyut turun ke lubang teresebut dengan perasaan penuh penasaran. Beliau melangkah dan terus melangkah diiringi beberapa orang yang rela mengikuti langkahnya.

    Setelah beberapa sudut jalan dilewati , tampak ada jalan seperti tangga. Beliau mengikuti jalan itu. Kemudian tampak olehnya sebuah ruangan lembab yang sangat luas , dindingnya seperti tembok dari batu , dan ada beberapa lorong yang setiap lorongnya tampak ada pintu tak pernah tertutup.

   " Diam di sini dulu Wirya, jangan dulu masuk , kita tunggu ada suara seperti orang berjalan," kata Ki Buyut.

    " Baik Ki," jawab Wirya yang saat itu juga ada suara.

    Beberapa saat kemudian , di depan sana berdiri sosok Ular dengan sebagian badannya mulai dari perut ke atas tampak wujud manusia , tetapi ke bawahnya berbentuk ular dengan kilauan sinar.

    " Kurang ajar, rupanya kau Dewi Lanjar ," kata Ki Buyut dengan nada marah.

    "Iya...memang aku di sini , kenapa kau merasa penasaran denganku, aku memang kalah Bulhun , tapi aku tak akan menyerah, hingga aku bisa membunuhmu ," jawab wanita itu dengan penuh dendam.

    Bulhun atau Ki Buyut hanya diam sambil mengamati sekeliling. Sementara itu Wirya dan beberapa orang yang ikut melangkah ke dalam ruangan dan mencari Pandanala serta santrinya yang hilang. Bulhun sudah tak bisa mengusai emosinya. Beliau segera menyerang wanita ular tadi. Serangan Bulhun bertubi-tubi membuat lawannya kewalahan. Akhirnya , di saat wanita ular itu membalikan badan , terdengar bunyi " krak...krak...krak". Terdengar jeritan melengking dibarengi dengan robohnya wanita ular tadi.

    Bulhun segera menghampiri tubuh itu , sementara tangannya siap menghunus trisula. Pada saat ujung trisula mau menusuk leher wanita ular itu , terlihat sinar merah menyambar tubuh wanita ular tersebut. Begitu cepat gerakan sinar itu , sehingga Bulhun sempat terhuyung ke belakang. Beliau melihat arah sinar itu menuju ke depan , jalan keluar dari lubang itu.

    Setelah semua terjadi seketika itu, dari balik dinding belakang muncullah Wirya dan juga yang lainnya. Tampak pula Pandanala bersama para santri dengan kondisi penuh lumpur dan semuanya hampir tidak bisa dikenali. Akhirnya mereka keluar dari lubang itu hingga muncul di tepi sungai selendang kuning. Kondisi Pandanala dan santrinya penuh lumpur bahkan tubuh mereka hampir tak bisa gerak akibat lumpur itu mulai kering. Semuanya disuruh mandi di sungai itu. Karena tubuh mereka mengalami keras akibat lumpur tadi sehingga bahasa sekitar saat itu menyebutnya akas yang artinya keras. Dan sungai selendang kuning sejak saat itu sering di sebut Dur akas.

    Kejadian itu merupakan awal dari angkernya sungai Durakas. Hingga sekarang sering di waktu-waktu tertentu sungai itu terjadi keanehan-keanehan.

    Setelah kejadian itu seluruh masyarakat pedukuhan diberitahu untuk waspada apabila beraktifitas di sungai Durakas. Walau sungainya kecil tapi keangkerannya jangan ditanya.

    Malam itu di bangsal pedukuhan telah hadir beberapa orang, Wirya , Soma , Dula dan beberapa kerabat juga tampak Pandanala yang masih lemah. Ki Buyut duduk seperti biasanya di hadapan para tamu yang semuanya telah disiapkan suguhan makanan olahan masyarakat.

    " Kita sudah kembali mampu mengatasi masalah demi masalah , yang sebagian masalah itu datang dari penghuni kasat mata , tanah kita ini penuh keangkeran , maka janganlah kalian hidup di sini asal berbicara , sebab bisa jadi yang menghuni lama di tanah ini tidak terima atas perbuatan kalian," kata Ki Buyut.

    " Benar Ki , terus sampai kapan semua ini terjadi , semua para leluhur sudah mewariskan kita semua untuk menjaganya , kalau seperti ini terus bisa-bisa kita yang kena bendu. Lantas apa usaha kita untuk mengatasinya supaya rintangan dari dunia luar tidak bisa kita alami lagi," sambung Soma.

    " Nanti kita usahakan yang terbaik , supaya berjalan sesuai rencana, tidak ada kegaduhan," balas Ki Buyut.

    " Maaf Ki , supaya tidak kantuk , cerita Panjenengan kemarin itu, dilanjutkan , bisa jadi semua cerita itu sebagai penangkal nantinya," kata Tarkim sambil minum bandrek.

    " Cerita apa", tanya Ki Buyut.

    " Cerita Banjul Ki , yang memakan pohon ," kata Tarkim sambil menjelaskan.

    " Oooooh itu , sampai dimana tadi," tanya Ki Buyut.

    " Kalau tidak salah sampai bangsa Banjul itu makhluk pemakan pohon," sambung Soma.

    " Jadi begini , setelah bumi banyak lubang-lubang yang dibuat oleh ulah Anjul , lalu datang bangsa Banjul ke Bumi ini, mereka memakan pohon dan segala jenis pohon tanpa terkecuali , semuanya hampir musnah, sehingga membuat bumi gersang , lalu demi menjaga bumi ini maka diturunkanlah bangsa ijazil dengan senjata lengkap untuk membasmi bangsa perusak. Pasukan ijazil itu dipimpin langsung oleh ksatria langit yang patuh, namanya iblis," kata Ki Buyut sambil mengambil kue lapis.

    " Lalu , pasukan yang dipimpin iblis itu membasmi makhluk tadi , semuanya dimusnahkan , apa-apa yang menjadi perintah dijalankan dengan patuh , pada akhirnya makhluk Anjul dan Banjul ini dapat dibasmi. Saat itu bumi dipenuhi oleh cairan darah warna hijau dan putih. Banyak bangkai dimana-mana , baunya amis dan anyir bukan kepalang," begitu tegas Ki Buyut.

" *Apa sekarang jasad makhluk itu masih ada Ki ?" tanya Soma.*

*" Hanya beberapa saja yang jasadnya masih bisa dilihat , itupun bagi orang-orang yang beruntung atau mereka yang kebetulan mendapatkannya," jelas Ki Buyut.*

*" Lalu bentuk dan wujudnya sama atau lebih kecil Ki, maksud saya....apakah masih seperti dulu atau kisut Ki?' tanyanya lagi.*

*" Jadi begini , menurut cerita orang-orang dulu , bahwa yang namanya bangsa Anjul dan Banjul itu kan kerdil , menurut pandangan manusia dari bangsa Adam , ya kita semua ini termasuk manusia jenis Adam , dalam kaidah omongan orang dulu itu , jenis bangsa Adam merupakan manusia yang sempurna tapi belum lengkap dalam hal pemikiran, juga manusia jenis Adam ini termasuk manusia yang ke-tiga dari jumlah jenis manusia dengan tujuh rupa nantinya. Begitu katanya, adapun kapan dan seperti apa , itu akan dibuktikan nanti," jelas Ki Buyut.*

*" Sebelum kita di sini , tanah Jawa ini dikuasai oleh kaum primitif dengan tingkat keilmuan bernama Bairawatantra" , jelas Ki Buyut.*

*" Nanti kita bahas di episode berikutnya," kata Ki Buyut sambil meninggalkan bangsal pedukuhan menuju ke belakang*.

"

1
ArtisaPic
Sebagai generasi muda perlu untuk mengenal sejarah, baik sejarah lokal maupun sejarah negara atau benua atau sejarah alam semesta. Dengan sejarah kita akan mengenal diri kita dengan norma-norma yang ada, tidak gegabah dan tidak rakus akan dunia. Hanya kedunguan yang menjadikan diri kita sebagai budaknya. Manusia bukan BUDAK DUNIA.
Jihan Hwang
salam kenal thor... yuk saling dukung
ArtisaPic
Gegesik kota asyik , Desa wisata , Gudangnya seni dan budaya.
Q.Sambling Gegesiklor
Cirebon
Jawa Barat
Kaylin
Bikin baper, deh!
ArtisaPic
ok , makasih , semoga sukses sll
Aiko
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!