Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 08
"Sip,untuk langkah pertama dalam perubahan ini, aku akan mendatangi pasar yang telah menjadi korban karena keonaran ku! " Seru sekar wulan, dia mengacungkan kedua tangannya ke udara, dengan tekad penuh dalam dada.
Muti sebagai emban pribadi yang sudah mengikuti sang tuan putri semenjak menikah adipati Erlangga, juga ikut merasa senang dengan perubahan dari majikannya itu. Tidak seperti dulu, Sekar wulan selalu berwajah murung dan menutup diri dari dunia sekitar nya, bahkan sebagian besar aktivitas nya hanya di lakukan di kamar, keluar pun ketika ingin membuat keonaran dengan niat membuat adipati merasa malu. Kini raden ayu Sekar wulan yang dia kenal, terlihat lebih bersemangat, wajahnya juga jadi selalu ceria, dan ada saja tingkah lucu yang di buatnya. Dan kini dia juga sudah berniat berubah dan memperbaiki hubungan nya dengan sang kanjeng raden adipati, sesuatu hal yang sangat teramat tak mungkin waktu itu, mengingat dalam rumah tangga mereka selama ini hanya di warnai pertengkaran dan kebencian.
Tapi sekarang semuanya sudah berubah, sikap Sekar wulan sudah berubah perlahan-lahan menjadi lebih baik. Muti agaknya harus bersyukur karena insiden di perbatasan waktu itu malah menjadi perubahan besar untuk sang tuan putri.
"Ndoro putri, apakah akan ke pasar sekarang? "
Sekar wulan berpikir sejenak lalu mengangguk. "Boleh, lebih cepat maka lebih baik. "
Muti mengulum senyum. "Kalau begitu, mari hamba bantu ndoro putri bersiap- siap. "
Sekar wulan mengangguk, mereka lalu menuju ke biliknya yang ada di Keputren. Penjelasan soal keputren,adalah bagian tempat dari sebuah istana untuk istri, para selir dan tuan putri tinggal di dalam istana seorang pemimpin di zaman itu. Sebagai seorang adipati yang terkenal kehebatan nya, Raden Erlangga juga tentu memiliki bilik keputren di dalam istana Kadipaten nya ini, yang kemudian ia serahkan seluruhnya untuk menjadi tempat tinggal Sekar wulan.
Jika di hitung- hitung, dirinya dan raden Erlangga sudah setengah tahun menjalani pernikahan tanpa cinta ini bahkan yang ada hanya kebencian saja selama ini, sungguh mengherankan bagi sekar wulan karena selama itu Raden Erlangga tidak memiliki istri atau selir lain.
Saat dia menanyakan itu pada Muti yang sedang membantu nya bersiap, wanita berkulit sawo matang itu justru tersenyum.
"Bukankah itu bagus ndoro putri? itu berarti kanjeng adipati menunjukkan jika dirinya adalah pria yang setia. "
Sekar wulan yang mendengar nya, sontak sedikit tersenyum. "Hahaha, bukan seperti itu maksud ku. Bukankah sangat wajar bagi seorang pemimpin seperti adipati untuk memiliki banyak istri? aku hanya bingung saja, dia masih bertahan dengan diriku dan tak memiliki istri atau selir lain. Aku yakin di Kerajaan ini banyak para putri bangsawan yang menyukai nya, tapi apa tidak ada gadis yang dia cintai? "
Muti lantas kembali tersenyum, sembari tangannya yang selesai merapikan tataan rambut Sekar wulan. "Untuk itu hamba tak berani menjawab ndoro putri. Jika mau, ndoro putri bisa menanyakan nya langsung pada Kanjeng adipati. "
Sekar wulan memandangi pantulan wajahnya di cermin, ia tersenyum samar. "Kau benar, " katanya sambil terkekeh kecil.
"Nah sudah selesai ndoro putri. " Seru Muti. "anda cantik sekali. " puji nya dengan tulus.
Setelah itu, Sekar wulan bersama iring- iringan para emban di belakang nya, bersiap pergi ke pasar yang akan ia tuju. Di depan gerbang Kadipaten, sudah ada dua prajurit yang telah menyiapkan kereta kuda untuk menjadi tunggangan sang istri adipati tersebut. Namun saat baru saja Sekar wulan menaikkan salah satu kakinya hendak menaiki kereta kuda, tiba- tiba ada yang menarik tangannya dari belakang.
"Mau kemana kau?"
Suara bariton itu sontak membuat Sekar wulan menoleh cepat, di depannya laki- laki berbadan atletis yang kini sudah memakai kain yang menutupi setengah tubuhnya, lengkap dengan perhiasan yang mencerminkan status sosial nya. Raden Erlangga berdiri dengan sikapnya seperti para ningrat yang bermartabat.
Sekar wulan merasa seolah telah kepergok melakukan sesuatu yang salah, dia sedikit tergagap. "E- eh anu, itu aku ingin ke pasar. "
"Siapa bilang kau boleh keluar? " suara raden Erlangga terdengar dingin. "Lupa dengan hukuman yang ku berikan? "
Sekar wulan mengernyit, mencoba mengingat- ngingat.
"Dilarang keluar dari kediaman Kadipaten. "
Astaga! hampir saja dia ingin menepuk dahinya sendiri. Mengapa dia bisa melupakan bagian penting itu? yang di ingatnya hanya hukuman berpuasa dan tak boleh mengenakan alas kaki saja, sampai lupa point utama dalam hukuman itu.
"Hehehe, aku lupa raden. " Sekar wulan nyengir saja, daripada membuat ulah yang selanjutnya bisa saja membuat lelaki bak batu perunggu ini kembali marah.
"Sudah ingat sekarang? "
Sekar wulan mengangguk, tatapannya membuat raden Erlangga sontak membuang muka. Karena menurut nya tatapan itu terlihat menggemaskan.
Benar kata ki Sodewo, penasihat pribadinya. Sesuatu yang paling memabukkan di dunia ini bukanlah arak ataupun tuak, tapi tatapan seorang wanita.
"Jika sudah ingat, sebaiknya kau urungkan niatmu dan kembali masuk ke bilik mu! " suaranya tegas penuh peringatan.
"Tapi Raden--"
Sekar wulan ingin memprotes, namun lirikan tajam sang Adipati membuatnya urung melakukan itu. Lalu tanpa berbicara lagi, Raden Erlangga hendak kembali melanjutkan perjalanannya ke ruang kerjanya yang sempat tertunda karena melihat istrinya itu hendak pergi tadi.
"Laki- laki ini kenapa sih dingin sekali! awas saja, ku pastikan kau akan tergila- gila padaku! " teriak Sekar wulan dengan begitu berani dan sekencang- kencang nya agar laki-laki yang sudah jauh beberapa langkah darinya itu dapat mendengar nya.
Sontak saja aksi berani Sekar wulan itu menyita perhatian semua orang, para Abdi dan emban yang menoleh ke arahnya terlihat kaget lalu seperkian detik kemudian, mereka langsung menundukkan kepala, segan.
Sementara Raden Erlangga masih berdiri di sana dengan sikap tegas, matanya menyorot ke arah sang gadis namun tak tajam melainkan dengan tatapan tak bisa di tebak.
"Baiklah, kalau begitu apa keinginan mu?" rentetan kata itulah yang akhirnya keluar dari mulut nya, yang sontak saja membuat wajah Sekar wulan terlihat kaget namun berseri- seri.
"Benar, kamu mengajukan pertanyaan itu? " kata Sekar wulan dengan mata berbinar.
"Aku bertanya padamu dan kau hanya perlu menjawab. Bukan bertanya balik. "
Sekar wulan lantas sedikit tersipu malu mendengar nya. Memang benar, pria ini tetaplah sebuah bongkahan es yang beku.
"Baiklah kalau begitu aku punya satu permintaan. "
Raut wajah sang adipati tetap tak berubah sedikitpun namun sebelah alisnya tertarik ke atas, dari sorot matanya seolah bertanya : "Apa itu? "
"Huh, pasti dia akan meminta agar aku melepaskan nya, seperti yang sudah- sudah. Sekar wulan, kau pikir aku akan gampang terjebak dengan trik barumu ini? " Batin sang Raden menarik sedikit sudut bibir, seolah meremehkan.
Lantas Sekar wulan yang langsung paham, mengulas sebuah senyum lebar, di luar perkiraan sang Raden.
"Nanti saat matahari terbenam, dan waktu nya aku berbuka puasa, aku ingin makan bersama dengan mu. "
Permintaan yang sontak membuat sang Raden membeku di tempat nya karena benar-benar di luar ekspetasi nya.
*******
lanjut Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
ayo Thor lanjut up semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjutkan Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
ayo lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjut Thor semangat 💪 salam sehat selalu 🤲🙂❤️🙏
maturnuwun Thor lanjut critanya ...
ibu suka crita transmigrasi semoga sukses, salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️ lanjut 🙏