NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alizar

"Aku tidak mau dijodohkan! Bukankah kalian semua tau kalau aku sudah memiliki kekasih? " "Kami semua tau nak, tapi tidak bisakah kamu menolong papa sekali ini saja, ? " "Tidak! Yang menjadi anak dirumah ini bukan hanya aku saja, masih ada Melodi di rumah ini, kenapa bukan dia saja yang kalian jodohkan! "

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

Sejak pagi, suasana rumah keluarga Arkan terasa berbeda. Di ruang tengah, Arkan duduk di kursi roda, wajahnya pucat, mata sayu memandang jauh. Di seberangnya, keluarga Arkan berkumpul, wajah mereka serius, menatap Arkan dengan tatapan penuh kebimbangan.

Ibunya menghela napas, menggenggam tangan Arkan, "Anakku, sudah saatnya kami tahu. Mengapa kau diam-diam menahan semua ini sendiri?"

Dengan suara bergetar, Arkan mulai menceritakan, "Ma, Pa, selama ini aku menyembunyikan sesuatu dari kalian. Aku tidak benar-benar lumpuh. Aku berpura-pura lumpuh karena takut."

"Pada awalnya aku memang sudah lumpuh, tapi dengan terapi yang selalu aku jalani, aku sembuh hanya dalam waktu  dua tahun saja. Tapi aku memilih untuk melanjutkan nya, itu semua karena aku takut. "

Suasana menjadi hening, hanya suara isak tangis ibunya yang pecah, "Takut? Takut akan apa, Nak?"

Arkan menelan ludah, "Aku takut akan tanggung jawab yang harus aku hadapi. Aku takut gagal menjaga keluarga ini. Aku merasa lebih mudah jika aku 'lumpuh' dan tidak perlu menghadapi semua itu."

Ayahnya, yang selama ini menatap dengan mata membulat, akhirnya berbicara, suaranya keras, "Kamu pikir dengan berpura-pura lumpuh, kamu bisa lari dari kenyataan? Kamu mengecewakan kami, Arkan!"

Arkan menunduk, air matanya mulai jatuh, "Aku tahu, Pa. Aku salah. Aku sangat menyesal. Aku hanya... aku hanya terlalu takut."

Ibunya, masih dengan air mata, mengusap punggung Arkan, "Takut membuatmu membuat keputusan yang salah, Nak. Tapi sekarang, kita harus hadapi ini bersama-sama. Kamu tidak sendiri."

Arkan mengangkat wajahnya, memandang satu per satu wajah keluarganya, "Maafkan aku, semuanya. Aku berjanji, mulai hari ini, aku akan berusaha menjadi lebih baik. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak lari dari masalah."

Keluarga Arkan saling berpelukan, memberikan dukungan satu sama lain. Meskipun terluka, mereka siap untuk memulai lembaran baru, bersama-sama.

"Maafkan Arkan yang sudah membohongi kalian semua ma, pa. Sebelum semua bukti terkumpul kuat , Arkan tidak akan bisa berbicara jujur. Karena kalian sudah pasti tidak akan percaya jika Arhan lah pelaku yang sudah membuat ku kecelakaan beberapa tahun yang lalu. " Batin Arkan .

***

Melody berjalan menyusuri lorong mall dengan langkah ringan, hatinya gembira karena baru saja mendapat bonus uang bulanan dari suaminya tadi malam. Dengan jurus merajuknya, akhirnya Melody memeras Arkan agar ia bisa berbelanja esok harinya. Dan disini lah Dia memasuki toko pakaian favoritnya, memilih beberapa item untuk dicoba di fitting room. Tiba-tiba, dari balik rak pakaian, sosok yang tak asing muncul. "Kak Maudy?" gumam Melody dengan nada terkejut.

Maudy, kakaknya, yang juga sedang berbelanja, menoleh dengan ekspresi dingin. "Oh, kau," sahutnya datar. Kedua saudara itu memiliki hubungan yang renggang sejak bertengkar hebat beberapa waktu yang lalu.

"Kamu masih marah padaku?" tanya Melody, mencoba meredakan suasana. Maudy mengernyitkan dahi, matanya menilai adiknya dengan tatapan yang tajam. "Kau pikir semudah itu melupakan apa yang kau lakukan?"

Melody menundukkan kepala, menggigit bibirnya. "Aku hanya berharap kita bisa berbaikan," ucapnya dengan suara yang nyaris tak terdengar. Maudy mendekat, suaranya meninggi, "Kau menyakiti ku, Melody. Kau benar-benar menyakiti ku!"

Orang-orang di toko mulai menoleh, menatap mereka berdua. Melody merasa panas dan malu; matanya berkaca-kaca. "Aku minta maaf,  kak Maudy. Aku benar-benar minta maaf," katanya, suaranya bergetar.

Maudy menatap adiknya, wajahnya berubah-ubah antara kemarahan dan kesedihan. Akhirnya, dia menghela napas panjang. "Aku tidak tahu, Mel. Mungkin butuh waktu," bisiknya, lalu berbalik meninggalkan Melody yang masih terpaku, menatap punggung kakaknya yang menjauh, harapan dan penyesalan bercampur dalam diam.

"Padahal hanya masalah kecil waktu dirumah ibu, apa semua perkataan ku benar benar menyakitinya sampai seperti itu? " Gumam Melody berpikir keras.

Maudy yang masih dongkol dengan kejadian tadi, kini ia terus saja berjalan di pusat perbelanjaan ketika tiba-tiba matanya tertumbuk pada sosok yang begitu mirip dengan Arkan, suami adiknya. Namun, ada yang berbeda. Pria itu berjalan dengan langkah yang tegap, tanpa tongkat atau bantuan apapun, berbeda dengan Arkan yang dikenalnya selama ini sebagai pria yang cacat.

"Arkan? Bukankah itu dia? Tapi kenapa dia bisa berjalan tanpa kursi roda?" suara Maudy terdengar begitu lirih. Maudy yakin dan sangat sangat yakin sekali bahwa pria itu adalah Arkan meskipun hanya dilihat dari punggung nya saja.

Maudy tercengang, rasa penyesalan dan penasaran bercampur menjadi satu. "Apa dia membohongi kami semua selama ini? Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus bicara dengannya. "

"Wah, wah, wah. Ternyata selama ini kau hanya berpura-pura cacat saja. Ternyata begini sikapmu ketika tidak bersama adikku, hahaha! Sungguh miris sekali, bagaimana jika adikku tau jika ternyata suaminya ini hanyalah berpura-pura cacat "

Merasa ada suara dibalik punggung nya membuat pria itu berbalik dan menatap Maudy sepenuhnya. Begitu melihat wajahnya pria itu, senyum yang semula hanyalah senyum sinis perlahan memudar dan sukses membuat Maudy merasa kecewa, namun di saat yang sama, ia juga penasaran kenapa pria yang berdiri di hadapan nya saat ini memiliki postur tubuh yang sama dengan Arkan.

"Apa kau mengenal ku? " Tanya pria itu menunduk. Postur tubuhnya yang jauh lebih tinggi membuat pria itu harus menundukkan Kepala nya.

"Oh maaf, aku hanya salah orang saja. Aku kira tadi kau adalah adik iparku, Arkan. "Ucap Maudy

" Arkan? Apa kau kakaknya Melody? "Tanya Pria itu dan Maudy mengangguk

" Iya, "

Pria itu mengangguk pelan menatap Maudy dari atas hingga bawah. Ia mengulurkan tangannya kehadapan Maudy membuat wanita itu bingung. "Aku Arhan. Saudara kembar Arkan. Arkan adalah adikku, " Ucap pria itu yang membuat Maudy sedikit tidak percaya

"Haha, jangan bercanda. Dari belakang kau memang mirip sekali dengan Arkan, tapi setelah melihat wajahmu mana itu jelas jauh berbeda, " Ucap Maudy tertawa garing

Arhan tersenyum simpul. Ia menarik lagi tangannya. "Aku memang Arhan, saudara kembar nya. Masalah wajah kami yang tidak mirip, itu memerlukan waktu yang panjang untuk menceritakan nya. Tapi apa suara ku juga tidak mirip dengan nya? "

"Wajah memang tidak mirip. Tapi postur tubuh, tinggi badan serta suaranya mirip sekali. Apa benar pria ini saudara kembarnya? Tapi waktu Melody menikah aku bahkan tidak melihat pria ini di sana, " Batin Maudy terheran.

"Mau makan siang bersama? " Tawar Arhan membuat Maudy tersentak

"Eum, baiklah. " Jawaban Maudy membuat Arhan mengembangkan senyumnya, senyum tipis yang hanya ia sendiri yang paham akan arti senyuman itu.

***

Melody berjalan santai di pusat perbelanjaan saat matanya tertangkap oleh pemandangan yang tidak terduga. Dari kejauhan, ia melihat Arman, kekasih kakaknya, berbincang dengan seorang pria yang tidak dikenalnya. Rasa penasaran mendorongnya untuk mendekat, mungkin bisa sekedar menyapa dan berkenalan. Langkahnya yang semula ringan perlahan berubah menjadi tegang saat suara Arman terdengar jelas di telinganya.

Dengan mata terbelalak dan hati yang berdebar, Melody menyimak pembicaraan mereka. Arman, dengan ekspresi serius yang jarang ia tunjukkan, berbicara tentang sebuah rencana yang membuat darah Melody seakan membeku. "Harga yang cocok bisa kita bicarakan lebih lanjut, asalkan barangnya sesuai dengan yang di foto," ujar Arman sambil menunjukkan foto Maudy di ponselnya kepada pria itu.

Melody merasa dunianya runtuh mendengar kata-kata itu. Kakinya gemetar, tangannya dingin, dan jantungnya berdegup kencang. Bagaimana mungkin Arman, yang selama ini dikenal baik dan penyayang, bisa berpikir untuk menjual Maudy seperti barang lelang di aplikasi online?

Tanpa berpikir panjang, Melody melangkah maju, matanya terbakar dengan amarah dan kekecewaan. "Kak Arman! Apa yang sedang kamu lakukan?!" teriaknya, tak mampu menyembunyikan rasa sakit hati yang mendalam. Arman terkejut, matanya melebar saat menyadari kehadiran Melody. Pria yang berbicara dengannya cepat-cepat pergi meninggalkan mereka berdua dalam keheningan yang menyesakkan.

Melody, dengan napas yang tersengal, menatap Arman, menunggu penjelasan yang bisa menjawab semua kekacauan di hatinya.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!