NovelToon NovelToon
Renkarnasi Letnan Wanita

Renkarnasi Letnan Wanita

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: kegelapan malam

Ketika seorang jenderal militer yang legendaris menghembuskan napas terakhirnya di medan perang, takdir membawanya ke dalam tubuh seorang wanita polos yang dikhianati. Citra sang jenderal, kini menjadi Leticia, seorang gadis yang tenggelam di kolam renang berkat rencana jahat kembarannya. Dengan ingatan yang mulai terkuak dan seorang tunangan setia di sisinya.

Pertempuran sesungguhnya dimulai, bukan dengan senjata, melainkan dengan strategi, intrik, dan perjuangan untuk memperjuangkan keadilan untuk dirinya...

apakah Citra akan berhasil?

selamat datang di karya pertamaku, kalau penasaran ikuti terus ceritanyaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegelapan malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1

Malam itu menjadi malam yang menegangkan, membahagiakan, sekaligus malam yang penuh dengan duka bagi seluruh pasukan militer. Suara tembakan dan jerit kesakitan masih terngiang di telinga, namun di balik itu, terselip kebanggaan pahit. Sang Letnan Citra telah mengorbankan dirinya untuk memancing musuh keluar dari tempat persembunyiannya. Pengorbanan letnan Citra itu dibayarkan manis dengan kemenangan, namun sayang, letnan itu harus gugur di medan pertempuran. Tubuhnya yang penuh luka tergeletak dingin, napas terakhirnya diembuskan bersama debu dan asap mesiu. Dunia militer telah kehilangan salah satu jenderal terbaiknya.

Sementara itu di sebuah mansion megah yang diselimuti tirai malam, teriakan histeris memecah keheningan. "Tidakkkk, tolongg siapapun tolong Leticia!" Suara itu milik Petricia, sang kembaran Leticia.

Max, gegas berlari ke belakang. Jantungnya berdebar kencang saat menyadari Leticia tidak bisa berenang. Tanpa pikir panjang, dia memutuskan untuk menceburkan diri ke kolam dan menolong Leticia. Dinginnya air langsung menusuk kulit, namun kepanikannya jauh lebih besar. Dengan sekuat tenaga, ia meraih tubuh Leticia yang mulai melayang tak berdaya. "Leticia, kumohon sayang, bertahanlah!"

Ia mengangkat Leticia ke pinggir kolam dengan tubuh gemetar. Wajah Leticia pucat pasi, bibirnya membiru, dan tubuhnya sudah mulai dingin. Max berteriak pada supirnya untuk segera menyiapkan mobil untuk membawa Leticia ke rumah sakit.

"Sayang, kumohon bangunlah, apa yang terjadi padamu sayang, bangun, jangan membuatku khawatir!" Tak terasa, air mata Max menetes, membasahi pipinya yang basah oleh air kolam. Kengerian mencekam jiwanya, membayangkan kehilangan wanita yang sangat dicintainya.

Di halaman belakang, tanpa Max sadari bahwa Petricia saat ini sedang tersenyum dalam wajah paniknya dia merasa sangat puas dengan apa yang terjadi. Senyum licik terukir di bibirnya, nyaris tak terlihat dalam kepanikan. "Kuharap kau tak pernah lagi bangun Leticiaku sayang dan tunanganmu si Max akan jatuh kepelukanku, hahahaha" gumamnya. Tawanya terdengar dingin dan penuh kemenangan.

Tanpa membuang waktu, Max langsung berlari sambil menggendong Leticia ke dalam rumah sakit. "Dokterrrr, tolong tunanganku!" teriaknya memecah keheningan lobi rumah sakit.

Para suster berlarian membawakan brankar untuk membawa calon menantu dari pemilik rumah sakit ini. Wajah-wajah mereka tegang, tidak boleh ada kesalahan sedikit pun, atau pekerjaan mereka yang akan jadi taruhannya. Leticia dibawa ke dalam IGD. Di sana, para dokter dan suster sangat tegang, karena tubuh Leticia yang sudah dingin dan terbujur kaku seolah takdir tak berpihak pada mereka semua. Monitor berbunyi monoton, harapan perlahan memudar.

Dengan langkah lemas, dokter keluar dari IGD. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Dia sudah takut akan nasib pekerjaannya dan seluruh rekannya, karena mereka gagal menyelamatkan tunangan Tuan Max, sang pewaris tunggal dari rumah sakit ini.

"Dokter, bagaimana dengan keadaan Leticia? Dia baik-baik saja, kan?" Max terus mencecar banyak pertanyaan kepada sang dokter. Namun, dokter itu terus terdiam dan tertunduk, yang mengakibatkan Max sangat marah. "Jawab bodoh! Kau tidak bisu, bukan?"

Akhirnya, sang dokter pun menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya. "Maafkan saya, Tuan. Nona Leticia tidak bisa saya selamatkan. Dia telah meninggal dunia Tuan." kata dokter itu dengan suara tertahan.

Max pun marah besar. Matanya memerah, tinjunya melayang meninju muka sang dokter. "Kau bodoh!! Bagaimana bisa kau membuat tunanganku meninggal? Apakah kau tidak becus menjadi dokter? Sialan kau harus membayarnya dengan nyawamu, bodoh!" Keributan itu memancing perhatian banyak orang yang ada di sekitar sana. Bahkan satpam pun ikut hadir berniat untuk memisahkan keramaian tersebut. Namun, setelah melihat siapa pelakunya, nyali satpam itu ciut, karena dia tahu siapa Max di rumah sakit itu.

Saat keadaan di luar terasa mencekam dan dokter pun hanya bisa pasrah dengan kehidupannya, tiba-tiba dari dalam ruangan muncullah seorang suster dan berteriak, "DOKTER! JANTUNG NONA LETICIA KEMBALI BERDETAK!"

Max pun melepaskan sang dokter dengan lemas. Dia mamatung dan terdiam, haru mendengar kata-kata suster itu. Setetes air mata kelegaan menetes dari matanya. Dokter itu pun seketika bangkit dan berlari ke dalam ruangan Leticia.

Max merasa hidupnya hari ini seperti di roller coaster. Tadi merasakan kepanikan, lalu keputusasaan, dan sekarang secercah harapan seperti menghampirinya. "Anda bisa berdoa pada Tuhan, Tuan agar Nona Leticia bisa kembali sehat dan kembali bersama dengan Anda lagi," kata dokter itu dari ambang pintu. "Kalau begitu, saya pamit ke dalam untuk mengecek keadaan Nona Leticia Tuan, Permisi." Setelah itu, dokter pun kembali masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan Leticia.

Syukurlah, Leticia sudah sadar. Bahkan dia terlihat baik-baik saja. Akhirnya, Leticia dibawa ke ruang perawatan.

Sedangkan Citra langsung tersentak dia terkejut karna bukan deru senapan atau bau mesiu yang menyeruak dalam indra penciumanya, melainkan aroma antiseptik yang menusuk hidung dan desingan alat medis. Tubuhnya terasa aneh, lebih ringan, dan ada rasa pusing yang melilit. Saat ia membuka mata, yang pertama kali ia sadari adalah plafon putih bersih, bukan langit-langit tenda komando atau langit malam yang penuh bintang. Dia merasakan kebingungan yang luar biasa. Dia Letnan Citra, yang seharusnya sudah gugur. Namun mengapa ia ada di sini, di tempat asing ini?

Saat dia sedang kebingungan memikirkan dia ada di mana, tiba-tiba seorang laki-laki menerobos masuk dan langsung memeluknya. "Sayang, bagaimana perasaanmu? Kamu sungguh membuatku khawatir, apa yang terjadi sampai kau bisa tenggelam?"

Citra, yang belum sepenuhnya sadar bahwa dia berada di tubuh orang lain, merasa asing dengan Max. Naluri militernya yang kuat membuatnya langsung mendorong Max dengan sangat kuat.

"Kau siapa bodoh? Kenapa kau memelukku sembarangan?" Suaranya serak dan jauh lebih lembut dari yang biasa ia dengar dari dirinya sendiri.

Max pun terkejut karena Leticia tidak mengenalinya. Wajahnya seketika pias. Dia gegas memanggil dokter karena dia takut Tianya kenapa-napa "Dokter, kenapa dia tidak mengenaliku?"

Dokter yang dipanggil Max datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya menunjukkan kebingungan saat melihat Max menunjuk ke arah Leticia yang menatap marah pada Tuan Max. "Ada apa Tuan Max? Nona Leticia sudah sadar dan kondisinya stabil" kata dokter itu, mencoba menenangkan serta menjelaskan.

"Stabil bagaimana? Dia tidak mengenali ku! Dia bilang aku orang asing! Apa yang terjadi padanya, Dokter?" Max benar-benar panik. Ia menatap dokter itu dengan tajam.

Dokter itu segera mendekati ranjang, memeriksa pupil mata Leticia, dan menanyakan beberapa pertanyaan sederhana. Citra (dalam tubuh Leticia) hanya menatapnya dengan pandangan kosong dan menggeleng. Ia merasakan sakit kepala berdenyut.

"Nona Leticia, bisa sebutkan nama Anda?" tanya dokter lembut.

Citra mengerutkan kening, mencoba mengingat. "Aku... aku tidak tahu. Kepala saya sakit," jawabnya, suaranya terdengar aneh di telinganya sendiri.

"Sepertinya Nona Leticia mengalami amnesia Tuan"

Max langsung lemas. "Amnesia? Bagaimana mungkin? Dia hanya tenggelam Dokter bukan kecelakaan yang parah."

Dokter menghela napas, "Tuan Max, benturan atau trauma psikologis hebat bisa memicu amnesia. Air yang dingin, shock saat tenggelam, atau mungkin ada hal lain yang mendahuluinya. Kami perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk CT scan dan MRI, untuk memastikan tidak ada kerusakan neurologis" jelasnya.

Max mengangguk cepat. "Lakukan apa pun, Dokter! Berapa pun biayanya, asalkan Leticia kembali seperti semula!"

Di sisi lain rumah sakit, Petricia menerima panggilan telepon. Bibirnya menyunggingkan senyum kemenangan. "Oh, benarkah? Dia tidak mengingat apa-apa? Bagus sekali! Rencanaku berhasil, hahahaha" tawanya kecil, suara tawanya terdengar dingin dan licik. "Sekarang tinggal langkah selanjutnya. Aku akan datang menjenguknya. Max pasti akan sangat terpukul, dan di saat itulah aku akan menjadi pelabuhan hatinya" tambahnya dengan nada puas.

Petricia segera beranjak, merapikan rambutnya dan memastikan penampilannya sempurna. Ia ingin terlihat simpati, namun di dalam hatinya, ia menari di atas penderitaan kakaknya. Ia membayangkan bagaimana Max akan bergantung padanya, betapa mudahnya ia akan menggantikan posisi Leticia. Sejak kecil, Petricia selalu merasa iri pada Leticia. Leticia selalu menjadi pusat perhatian, selalu mendapatkan apa pun yang diinginkan, termasuk Max, cinta pertama Petricia. Kali ini, Petricia bertekad untuk mengubah takdir itu.

Beberapa jam kemudian, Leticia menjalani serangkaian pemeriksaan. Max tidak pernah beranjak dari sampingnya, meski Leticia masih menganggapnya orang asing. Max terus berbicara padanya, menceritakan kenangan mereka, berharap bisa memicu ingatannya. Ia memegang tangannya, mengelus rambutnya, namun Citra (dalam tubuh Leticia) hanya menatapnya dengan kebingungan.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka. Petricia masuk dengan wajah sendu yang dibuat-buat, mata berkaca-kaca. Ia berlari ke arah Max dan memeluknya erat. "Max! Apa yang terjadi pada Leticia? Aku sangat khawatir!" katanya dengan suara parau yang dibuat-buat. Ia melirik Leticia sekilas dengan seringai tipis yang hanya bisa ia sembunyikan dari Max.

Max membalas pelukan Petricia dengan lemas. Ia merasa sedikit lega ada seseorang yang memahami kepanikannya. "Dia amnesia, Petricia. Tia tidak mengenaliku, tidak mengenali siapa pun" bisiknya.

Petricia berpura-pura terkejut. "Amnesia? Astaga, kasihan sekali Leticia. Pasti sangat berat untuknya," katanya dengan nada penuh keprihatinan palsu. Ia kemudian mendekati ranjang Leticia. "Leticia, ini aku, Petricia, kembaranmu. Apa kau ingat aku?"

Citra (dalam tubuh Leticia) menatap Petricia lama. Ada sedikit kerutan di dahinya, seolah mencoba menguraikan sesuatu yang samar di benaknya, kepingan-kepingan ingatan yang bukan miliknya. Namun, akhirnya ia hanya menggeleng lagi. "Maaf, saya tidak ingat," jawabnya, berusaha menjaga ekspresi polos.

Senyum tipis di wajah Petricia hampir tidak terlihat, namun ia tidak bisa menyembunyikan kilatan kepuasan di matanya. "Tidak apa-apa, Leticia. Kami akan membantumu mengingat semuanya," katanya. Ia kemudian menatap Max dengan tatapan penuh harap. "Aku akan selalu ada di sini, Max, untukmu dan untuk Leticia."

Max mengangguk lemah, tidak menyadari niat busuk di balik kata-kata simpati Petricia. Ia hanya berharap keajaiban datang dan mengembalikan Leticianya.

Namun, di balik itu semua, ternyata Citra mendapatkan kepingan ingatan dari si pemilik tubuh yang dia tempati sekarang. Potongan-potongan visual dan emosi mengalir, mengungkap pengkhianatan dan rencana busuk Petricia. Citra, sang letnan yang tangguh, memutuskan untuk terus berpura-pura amnesia untuk membongkar semua kebusukan adiknya. Pertempuran baru telah dimulai, bukan di medan perang, melainkan di dalam sebuah rumah sakit, di tengah intrik keluarga yang keji.

1
Srie Handayantie
iyaa lanjutkan lah apapun yg sudah menjadi tekadmu cit, jgn pernh mundurr siapa tau kedepannya bisa menemukan dalang dibalik itu smua 🤔 aku curiga dalang nya masih disembunyikan si cepott jadi belum ketahuan🤭😂
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
ayok Tia mulai lah menjadi Mei yang suka teriak pada ketiga Bestinya... buat orang itu kesakitan dalam telinga nya
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: astaghfirullah🤣🤣
total 1 replies
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
idihhh nenek lampir/Speechless/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
tidak ada yg kebetulan di dunia ini Citra.. dan jika itu terjadi, maka itulah takdirmu..
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Ooohhh
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
uhhh ada janji masa kecil ternyata
Srie Handayantie
berarti karna janji disaat dia kecill dulu makanya dia masuk dalam tubuh leticia dan menepatinya,
Zea Rahmat
reinkarnasi yg kebetulan km citra masuk ke tubuh keturunan nenek sophia
nurul supiati
msih gk nemu plottt twist nya gimna dan arahnya kmna
nurul supiati
ouhh karena harta yakkk... pantesan bgtu apa tuan dan nyonya Anderson menyakiti kmbaran nyonya clara
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
ini petricia mau di apa 😤
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Waah sepertina ini masih keluarga ortu leticia 🤔
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
nggak usah khawatir bukk😒, biarkan saja dia tidak makan. nanti jika lapar dia pasti akan makan, bukkkk/Speechless/
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
semalam lagi apa pak max 🗿
Srie Handayantie
nahh kan hanya saat diperlukan kau aman, stelah gagal kau dibuang bahkan jadii buronan dan hidupmu makin tidak tenang. itulah karma mu Patric 😏
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
Cerita nya semakin seru dan menarik
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°: same same yeee
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: alhamdulilah terimakasih
total 2 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
alah dia jadi buburona kan akhirnya maneh di sia siakan begitu
🔵≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
mantap, Petricia akhirnya jadi buron /Joyful/, ayo semangat mencari dalang utamanya Max dan Leticia

semangat dan sehat selalu kak thor
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
rasakan!! nikmatilah hidupmu sebagai buronan Petricia.. itu baru permulaan, kita lihat sejauh mana kamu bertahan
Zea Rahmat
rasainnn km petrik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!