Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mobil Penyuk dan Ego Terluka
Tatapan mengerikan pria itu terpaku pada mobil Reyna. Untuk sesaat, ia hanya menatap mobil itu dengan tatapan yang sulit dibaca. Kemudian, secara tiba-tiba, pria itu menyandarkan dahinya ke kaca mobil Reyna. Arthur dan Reyna bingung. Apakah pria itu ingin melihat ke dalam mobil? Atau ada sesuatu lain yang ia cari? Wajah pria itu tidak terlalu jelas karena cahaya yang redup.
Setelah beberapa saat, pria itu mundur dari mobil Reyna dan kembali berjalan, melewati semak-semak di mana Reyna dan Arthur bersembunyi. Arthur dan Reyna menahan napas, takut diketahui oleh pria itu. Saat pria itu melewati mobil Arthur, yang terparkir tidak jauh dari mobil Reyna, ia tiba-tiba mengambil sebuah batu dari jalan dan melemparkannya ke arah mobil Arthur. Batu itu tidak mengenai kaca mobil, namun mengenai bagian depan mobil, menyebabkan sedikit penyok. Arthur mengepalkan tangannya keras, marah dan takut bersamaan. Ia ingin melakukan sesuatu, namun ia tahu bahwa itu terlalu berbahaya. Ia harus tetap bersembunyi dan menunggu kesempatan yang tepat. Suara tawa pria itu menjauh, perlahan tapi pasti.
Untuk sesaat, Arthur dan Reyna hanya terdiam, jantung mereka masih berdebar kencang. Setelah rasa paniknya sedikit mereda, Arthur dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Ia mencari kontak Inspektur Jaxon dan menghubunginya.
"Inspektur! Ini Arthur… Saya… saya baru saja melihatnya… Pembunuh berantai itu… Dia menyeret rantai dan membawa karung besar… Saya curiga isi karung itu… Saya curiga isi karung itu adalah… korbannya! Tolong laporkan ini segera! Suruh petugas bergerak cepat! Saya tidak tahu ke mana dia pergi, tapi… tolong cepat!"
Inspektur Jaxon, yang mendengar laporan Arthur, mengiyakan dengan suara tegang. "Baiklah, Arthur! Terima kasih informasinya! Saya akan laporkan ini segera ke pusat! Tetap di tempat aman! Kami akan segera datang!" Setelah mematikan telepon, Inspektur Jaxon segera melaporkan hal itu kepada pihak kepolisian dan mengarahkan tim untuk bergerak cepat ke lokasi yang diberitakan oleh Arthur. Situasi sangat kritis dan mereka harus bertindak secepat mungkin untuk menangkap pembunuh berantai itu sebelum ia melakukan sesuatu yang lebih buruk.
Arthur dan Reyna terus bersembunyi di semak-semak, waspada terhadap kemungkinan kembalinya pembunuh berantai itu. Ketegangan mencengkeram mereka. Setelah sekitar setengah jam menunggu dengan gelisah, Arthur mendengar suara sirine di kejauhan. Ia mengintip dari balik semak-semak. Ia melihat beberapa mobil polisi dan Inspektur Jaxon sedang mendekati mereka.
Melihat itu, Arthur segera keluar dari semak-semak, menarik tangan Reyna. Ia berjalan cepat menuju Inspektur Jaxon, tanpa menyadari bahwa Reyna terhuyung-huyung kesulitan mengikuti langkah cepatnya.
Inspektur Jaxon segera menghampiri mereka, memeriksa kondisi Arthur dan Reyna. "Kalian baik-baik saja kan? Apa kalian terluka?" tanyanya dengan nada khawatir.
Arthur menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tenang. "Ya… kami baik-baik saja," jawabnya. Kepolisian kemudian mulai meminta keterangan dari Arthur tentang kejadian yang baru saja terjadi. Arthur menjelaskan sebanyak yang ia ingat. Ia mengatakan bahwa pembunuh itu berjalan menuju arah timur, menghilang di balik gedung tua di ujung jalan. Ia tidak tahu dengan pasti ke mana pembunuh itu pergi setelah itu. Ia hanya bisa berharap bahwa kepolisian dapat menangkap pembunuh itu sebelum ia melakukan sesuatu yang lebih buruk. Ketegangan masih terasa di udara, namun Arthur merasakan sedikit kelegaan karena ia dan Reyna sudah selamat.
Kepolisian mulai bergerak, mencari jejak pembunuh berantai itu berdasarkan keterangan Arthur. Arthur, Reyna, dan Inspektur Jaxon masih berada di lokasi kejadian.
Arthur berjalan menuju mobilnya. Ia merasa kesal melihat penyok di bagian depan mobilnya. Sementara itu, Reyna menuju mobilnya sendiri, memeriksa apakah ada kerusakan atau sesuatu yang tidak beres.
Inspektur Jaxon mengamati sekeliling dengan cermat, mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan. Ia berjalan menuju Arthur, melihat penyok di mobil Arthur. "Apa yang terjadi pada mobilmu, Arthur?" tanya Inspektur Jaxon, nada suaranya penuh dengan rasa ingin tahu.
Arthur menjawab dengan nada sedikit kesal. "Pembunuh itu melempar batu ke mobilku. Entah dia punya masalah apa dengan mobilku… tapi aku akan membalasnya nanti," katanya, suaranya menunjukkan sedikit kemarahan yang terpendam. Inspektur Jaxon hanya menggelengkan kepala dan mengeluarkan sebuah helaan napas panjang. Ia tahu bahwa Arthur sedang merasakan campuran emosi yang kompleks saat ini, antara kelegaan karena selamat dan juga kemarahan karena kerusakan mobilnya.
Tatapan Arthur tertuju pada Reyna yang sedang memeriksa mobilnya. Melihat tidak ada kerusakan pada mobil Reyna, rasa kesal Arthur semakin memuncak. Ia berkata dengan nada sinis, suaranya sedikit keras agar Reyna mendengarnya. "Kenapa pembunuh itu merusak mobilku, yah? Kenapa dia tidak merusak mobil orang mogok itu saja?"
Reyna, yang mendengar komentar sinis Arthur, langsung menoleh. Matanya berkedip cepat. Ia membalas dengan nada yang sama sinisnya. "Yah, kurasa karena mobilmu jelek! Makanya pembunuh itu lebih memilih merusak mobilmu," katanya, suaranya sarat dengan ketidaksukaan. Ia tidak menyukai nada sinis Arthur, dan ia membalas dengan cara yang sama. Suasana antara Arthur dan Reyna menjadi sedikit tegangan. Mereka keduanya sama-sama marah dan kesal.
Mereka berdua sama-sama melupakan sejenak bagaimana mereka saling berpelukan dan bergantung satu sama lain dalam ketakutan beberapa saat yang lalu. Ketegangan antara mereka kembali seperti biasanya.
Arthur mengepalkan tangannya mendengar komentar sinis Reyna. Mobilnya jelek? Mobil berkelas seperti ini dikatakan jelek? Amarah dan kesombongan Arthur muncul ke permukaan. Ia langsung memulai mengungkapkan kelebihan-kelebihan mobilnya dengan nada yang sangat sinis dan memamerkan kekayaan yang dimilikinya.
"Jelek? Ini Porsche 911 Turbo S, Reyna! Bukan mobil bekas yang kau dapatkan dari hasil menabung setahun! Harganya setara dengan gajimu selama lima tahun! Mesin 6-silinder twin-turbo ini mampu menghasilkan 640 horsepower! Akselerasi 0-100 km/h hanya dalam 2,7 detik! Kau tahu berapa harga bannya saja? Mungkin lebih mahal daripada mobil murahmu itu!" Arthur berkata dengan nada sangat sinis, menunjukkan perbedaan kelas sosial antara ia dan Reyna. Ia mengucapkan kata-katanya dengan sangat percaya diri, dan dengan tujuan untuk menjatuhkan Reyna dan menunjukkan keunggulannya. Ia tidak peduli bahwa perilaku ini terkesan sombong dan kurang sopan.
Reyna tersulut emosinya. Ia melangkah mendekat ke Arthur. "Mobilmu hanya menang di kemewahan! Tapi tidak di fungsi!" bantahnya, suaranya keras dan penuh dengan tantangan.
Arthur langsung menyahut dengan nada mengejek. "Memangnya fungsi apa yang dimiliki mobil bututmu itu, hah?!" Ia tertawa sinis, menunjukkan ketidakpercayaannya pada mobil milik Reyna.
Reyna terdiam sejenak. Sebenarnya, ia tidak terlalu mengerti tentang spesifikasi mobil. Ia mencoba keras untuk memikirkan kelebihan mobilnya, namun Arthur sudah tertawa sinis lagi. "Jelas kau tidak tahu. Orang sepertimu hanya tahu membeli mobil dengan harga murah," kata Arthur, nada suaranya penuh dengan penghinaan. Ia memperlihatkan dengan jelas perbedaan pengetahuan dan status sosial antara ia dan Reyna. Ia menikmati kesempatan ini untuk merendahkan Reyna. Reyna merasa marah dan sedikit tersinggung dengan perkataan Arthur.