Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Proses 2
...~°Happy Reading°~...
Pengacara Amarta segera berdiri dan berjalan keluar dari ruang tamu menuju mobil setelah melihat anggukan Samuel dan Arlena.
Setelah berada dalam mobil, pengacara Amarta menelpon Dominus yang sedang menunggu hasil pertemuan. "Hallo, Pak Domi. Ada yang mau saya bicarakan." Pak Amarta langsung pada intinya.
"Oh, ok. Sudah selesai pertemuan?" Dominus terkejut mengetahui pengacaranya telpon. Padahal belum lama mereka bicara di telpon, dan bilang baru tiba di rumah.
"Belum selesai, Pak. Ada yang perlu saya bicarakan dengan Pak Domi."
"Ada apa?" Dominus menegakan punggung, penasaran.
"Ada beberapa syarat yang diajukan Bu Arlen lewat pengacaranya."
"Syarat? Syarat apa?"
"Bu Arlen akan tanda tangan surat cerai, kalau gono-gini yang dicantumkan dalam gugatan cerai sudah direalisasikan."
"Syarat apa itu? Dia tidak percaya pada saya?" Dominus terkejut dan emosi mendengar syarat yang diajukan Arlena.
Pengacara Amarta ingin tertawa mendengar pertanyaan Dominus. "Apa saya perlu menjawab pertanyaan itu, Pak?" Pengacara Amarta merasa geli dan heran.
"Bukannya dengan syarat itu, Bu Arlen mau menunjukan tidak percaya kepada anda?" Pengacara Amarta langsung mengatakan, agar tidak dipermalukan di depan pengacara muda seperti Samuel.
"Sudaaa... Tidak usah dibahas. Setuju saja syaratnya." Dominus menyadari sudah keceplosan, karena terkejut mendengar syarat yang diajukan Arlena.
Pengacara Amarta jadi tersenyum dalam hati mendengar ucapan Dominus. 'Pasti Pak Domi tidak menyangka akan ada syarat itu. Masih suami istri saja tidak bisa dipercaya, apa lagi sudah bercerai.' Pengacara Amarta membatin.
"Kapan kira-kira akan direalisasikan, Pak?"
"Tunggu saya kasih tahu. Saya perlu waktu untuk lakukan itu."
"Kalau begitu, saya akan bicara dengan Bu Arlen lagi setelah anda realisasikan."
"Apa maksudmu?"
"Pengacara Bu Arlen sudah tegaskan, beliau akan tanda tangan surat cerai setelah direalisasikan. Jadi kalau anda belum pastikan waktunya, kita tidak bisa membicarakan perceraian dengan Bu Arlen." Ucapan pengacara Amarta membuat Dominus berdiri dari kursi kerja dan berteriak, marah.
"Yaaaa.... Apa kau tidak bisa berunding dan meyakinkan mereka?"
"Pak Domi, kita tidak perlu berdebat. Kalau anda tidak mau diselesaikan di ruang sidang, ini adalah kesempatan baik. Apa yang ditawarkan pihak Bu Arlen sesuai keinginan anda."
"Saya ingatkan lagi. Melihat Bu Arlen dan pengacaranya, anda bisa kehilangan lebih banyak jika gugatan ini bergulir di persidangan. Saya kira anda mengerti maksud saya."
"Kau yakin dia akan tanda tangan setelah semua diberikan?" Dominus melunak, setelah mendengar penjelasan pengacaranya.
"Melihat seriusnya Bu Arlen, beliau akan tanda tangan setelah mendapat laporan semua haknya sudah diberikan."
"Tunggu di situ bersama mereka. Saya perlu keluar untuk mencairkan uang."
"Baik, Pak... Saya akan tunggu di rumah bersama mereka. Ini ada syarat lagi, sebelum anda keluar."
"Syarat apa lagi?" Dominus berteriak, marah.
"Setelah surat cerai ditanda tangani, Bu Arlen tidak berhubungan apa pun dengan perusahaan dan anda." Pengacara Amarta bersikap seolah tidak tahu, kalau Dominus sedang kesal.
Mendengar itu, Dominus terdiam lalu kembali duduk, karena agak oleng."Dia pikir, tanpa dia, perusahaan ini tidak akan jalan?" Dominus emosi mendengar syarat yang diajukan Arlena.
"Pak Domi, mereka tidak sedang menunggu kekesalan anda. Tapi saya sedang menyampaikan syarat mereka, jika mau bercerai." Pengacara Amarta mengingatkan.
"Tidak perlu mengajari saya. Setuju saja syaratnya." Bentak Dominus.
"Baik. Ini syarat terakhir yang diberikan Bu Arlen. Setelah tanda tangan surat cerai, beliau akan meninggalkan rumah setelah 10 hari kerja."
"Apa? Mengapa 10 hari kerja, kalau dia sudah terima uangnya?" Dominus tidak bisa kendalikan emosinya.
"Pak Domi dengar dulu alasan mereka mengajukan syarat itu. Bu Arlen perlu waktu untuk merapikan barang pribadi, karna tangan beliau sedang sakit."
"Kalau anda tidak bisa tunggu 10 hari kerja, katakan saja. Nanti kita bertemu dengan mereka di persidangan." Pengacara Amarta jadi emosi mendengar protes Dominus.
'Cuma minta 10 hari kerja saja sudah kebakaran mulut. Apa lagi mintanya, bunyi bulan. Apa mudah cari rumah yang cocok buat tempat tinggal sekarang ini?' Pengacara Amarta yang masih emosi membatin.
'Pantesan pihak Bu Arlen cantumkan syarat ini. Aku pikir itu tidak perlu dijadikan syarat. Ternyata kalau tidak dicantumkan, Bu Arlen harus keluar saat terima uang dan tanda tangan surat cerai.' Pengacara Amarta jadi mengerti.
Pak Amarta terus berpikir dan menggelengkan kepala, karena heran dengan apa yang terjadi. Dia tidak menyangka, pasangan yang dikaguminya menyimpan bom waktu.
"Ya, sudah.... Tidak boleh lebih dari 10 hari. Ada syarat lagi?" Dominus tidak bisa menahan amarahnya.
"Sudah, Pak. Hanya tiga syarat itu yang diajukan pengacara Bu Arlen. Saya akan beritahukan hasilnya, jika anda sudah mentransfer semua yang ada dalam surat gugatan."
"Pengacaranya ingatkan juga, tidak boleh kurang 5 rupiah. Kalau mau dikasih lebih, silahkan. Tapi tidak boleh kurang." Penyampaian pengacara Amarta lebih tegas dari yang dikatakan pengacara Samuel.
"Kau pengacara siapa?"
"Pengacara anda. Saya sedang menyampaikan yang dikatakan pengacara Bu Arlen, Pak." Pengacara Amarta menurunkan nada suara.
"Siapa pengacaranya?"
"Pengacara muda dan tampan juga cerdas bernama Samuel." Pengacara Amarta sengaja mengatakan tentang pengacara Samuel, untuk mengingatkan agar tidak bersikap arogan.
Mendengar nama pengacara Samuel, Dominus jadi terdiam. Dia mengingat nama itu karena pernah mendengar pembicaraan Arlena dan Calista tentang pengacara yang memenangkan banyak perkara pidana dan perdata.
'Mungkinkah syarat-syarat itu diberikan oleh pengacaranya?' Dominus membatin dan mulai gusar.
"Baik'lah... Tunggu di situ. Saya akan keluar untuk lakukan transaksi." Ucap Dominus lalu mematikan telpon. Pengacara Amarta hanya bisa geleng kepala menyadari perubahan sikap Dominus yang jadi arogan.
'Apa yang membuatnya berubah? Sukses? Harta? Kadang kekayaan bisa membuat orang berubah.' Pengacara Amarta membatin. Dia menyadari Dominus sudah berubah. Sangat berbeda dari saat pertama bertemu dan jadi pengacara keluarga untuk menyelesaikan masalah hukum dengan rekan bisnisnya.
~*
Selesai berbicara dengan Dominus, pengacara Amarta masih duduk dalam mobil memikirkan perubahan sikap Dominus.
Dia jadi curiga, Dominus berada pada pihak yang salah. Apa lagi responnya yang sangat cepat menyetujui syarat yang diajukan pihak Arlena, tanpa membahas konsekuensi hukum dengannya.
Pengacara Amarta keluar dari mobil lalu kembali masuk ke ruang tamu menemui Arlena dan pengacaranya. "Client saya setuju. Sekarang sedang diproses." Pengacara Amarta menjelaskan yang sedang dilakukan Dominus setelah duduk di depan Arlena dan Samuel.
"Baik, Pak. Apa beliau setuju ke tiga syarat kami?" Pengacara Samuel mau meyakinkan.
"Iya, Pak. Pak Dominus setuju syarat-syaratnya."
"Baik.... Kalau begitu, kami tunggu di sini. Biar sekalian selesai." Pengacara Samuel berkata pelan dan tersenyum dalam hati. Rencana mereka sebentar lagi akan berhasil.
'Kadang orang yang sudah selingkuh, kebodohannya naik level dan kepintarannya turun kasta.' Pengacara Samuel membatin.
'Dia lupa istrinya adalah wanita cerdas, dan dia berpikir sedang di atas angin. Ternyata angin akan menghempaskan dia sebelum selesai loading.' Pengacara Samuel kembali membatin.
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
sedangkan sudah banyak bukti perselingkuhanmu
Selina" dah nikmati dlu yang sekarang NNT kalau udah ada karma nyesel kau
gemes aku up Thor 😭
nggak sabar baca epsd selanjutnya up lagi kak