NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:722
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Rumah Tua

Rumah dengan ornamen unik terlihat tampak menarik di matanya. Walaupun terlihat agak sedikit tua, tapi bangunan rumah tersebut masih tampak terawat dan bersih.

Rumah tradisional milik kakaknya memang jarang ditempati, namun kakaknya itu selalu mengirimkan pekerja untuk membersihkan rumah setiap minggunya. Kedua kakaknya tampak sibuk akhir-akhir ini, membuat rumah di depannya selalu kosong karena kesibukan mereka.

"Tom," panggil Lulu seraya melangkah mendekati adiknya.

Tomi menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia menatap ke arah kakaknya yang melangkah mendekati dirinya.

"Kamu mau keliling liat rumahnya dulu? Biar gak bingung," tawar Lulu pada Tomi.

Tomi menganggukkan kepalanya setuju dengan tawaran kakaknya, "ayo deh."

Tomi menatap segala penjuru rumah dengan tatapan menyelidik. Ukuran rumah tersebut terlihat besar, bahkan banyak pintu yang menghubungkan ruangan satu dengan ruangan lainnya. Di bagian ruang depan terdapat tiga pintu. Dua pintu kamar, dan satu pintu yang menghubungkan ruang depan dengan ruang tengah.

Tomi melangkah memasuki area ruang tengah yang tampak gelap. Ia menatap sekitarnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Di ruang tengah terdapat sebuah tempat tidur yang terbuat dari bambu, di depannya terdapat televisi berukuran sedang yang ditutupi oleh kain. Lalu di bagian belakang, terdapat kolam ikan yang cukup besar dan luas.

Di ruang tengah juga terdapat dua pintu kamar di samping kanan dan kiri televisi berada. Bentuk ruang tengah seperti lorong terbuka karena adanya kolam ikan yang memenuhi setengah dari area ruangan tersebut.

"Ini kamar mandinya," ucap Lulu seraya menunjuk kamar mandi kecil.

Tomi menganggukkan kepalanya mengerti seraya melihat dalam kamar mandi berukuran kecil tersebut. Letak kamar mandi tepat berada di samping pintu menuju lorong kecil yang terlihat sangat gelap, "lorong apa ini Kak?" tanyanya ingin tau.

"Ini buat ke dapur." Lulu segera mengajak adiknya untuk mengikutinya ke arah dapur. "Emang rumah ini banyak lorong-lorongnya, kalau gak hapal bisa nyasar."

Lorong kecil yang menghubungkan area ruang tengah dengan dapur tidak terlalu panjang, hanya saja sedikit gelap karena pencahayaan yang kurang. Saat lampu dinyalakan, hanya lampu temaram yang dipakai di area tersebut.

"Cuman segini aja sih rumah Kakak, kamu di sini kan dua mingguan. Dan dari hari ini sampai hari Jumat depan Kakak harus ikut Suami, jadi kamu di sini sendirian gapapa kan?"

Tomi menggelengkan kepalanya dengan pelan, "gapapa."

"Kulkas juga udah Kakak isi berbagai makanan ringan, berat, dan mie instan. Gasnya juga masih ada kok, kalau mau masak mie silahkan aja. Itu kompor juga gak terlalu gede, jadi kalau mau di bawa ke depan sama gasnya bisa. Biar gak bolak balik," ujar Lulu memberitahu.

"Iya Kak."

"Kalau mau nyalain televisi terserah kamu, mau televisi yang di depan atau yang di tengah. Dua-duanya masih nyala kok. Untuk pemilihan kamar, saran Kakak mending kamar di depan aja. Antara kamu mau tidur di kamar Kakak atau kamar yang satunya lagi," ujar Lulu lagi.

Tomi kembali menganggukkan kepalanya, "iya Kak." Ia mengalihkan tatapannya ke arah kolam ikan, "ini masih ada ikannya Kak?"

Lulu hanya menggelengkan kepalanya, "gak, sebenernya mau dikosongin aja biar gak ada airnya. Soalnya bakal ada jentik-jentik nyamuk kalau begitu, tapi Kakak sama Suami kakak mana sempat. Kita sama-sama sibuk," jawabnya.

Tomi menganggukkan kepalanya mengerti, "beli rumah aneh banget sih Kak, yang ada kolam ikan gede gini di dalam rumah."

"Kan dulu Kakak belinya yang bisa dijangkau sama duit Kakak, rumah ini murah dan terjangkau sama keuangan Kakak saat itu. Kalau ada rezeki Kakak bakal pindah, beli rumah lagi," balas Lulu seraya melangkah menuju area depan rumah.

"Oh... Oke."

"Ya udah Kakak berangkat sekarang ya," pamit Lulu pada adiknya itu.

"Gak nanti aja Kak? Agak sorean."

Lulu menggelengkan kepalanya dengan pelan, "gak, harus sekarang. Kamu hati-hati, jangan lupa kalau sore dibersihin rumahnya. Seenggaknya dibagian depan keliatan gak berdebu."

Tomi menganggukkan kepalanya, "oke Kak."

"Hati-hati."

"Iya."

•••

Untuk menghilangkan bosan, Tomi menyalakan televisi yang berada di ruang tengah. Ia duduk di kasur rotan panjang untuk menikmati acara yang ditonton. Ia melirik ke arah jam dinding yang berada d atas televisi, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tapi ia merasa tidak mengantuk malam ini.

Untuk menghilangkan rasa bosan yang melanda, ia beranjak untuk mengambil cemilan dari dalam lemari pendingin. Ia mengambil banyak cemilan agar dirinya tidak perlu bolak-balik ke area dapur.

Agar tidak terlalu sepi, ia mengatur volume televisi agar terdengar full. Lagipula rumah kakaknya ini kedap suara, jadi suara televisi tidak akan mengganggu tetangga sekitar karena suaranya yang kencang.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali saat rasa kantuk menyerangnya. Ia menghela napas pelan seraya menaruh beberapa makanan ringan di meja kecil yang berada di dekatnya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur rotan yang ada di ruang tengah, malam ini ia akan tertidur di ruangan tersebut agar lebih mudah untuk pergi ke kamar mandi.

Ia memposisikan beberapa bantal yang ada agar dirinya terasa nyaman. Televisi sengaja tidak ia matikan agar suasana ruang tengah tidak terlalu sunyi. Di rumah sebesar ini ia sangat menghindari kesunyian, takut jika ketakutannya akan muncul karena suasana yang sunyi.

•••

Beberapa hari Tomi menginap di rumah kakaknya, semuanya berjalan dengan lancar. Kakaknya kembali pulang hanya untuk membawa beberapa baju. Ia melangkah keluar dari rumah untuk pergi ke warung. Ia akan membeli beberapa cemilan untuk simpenannya saat menonton nanti malam.

"Dek... Kamu tinggal di rumah tua itu ya?" tanya salah satu tetangga dekat rumah kakaknya.

Tomi mengerutkan dahinya bingung, "rumah tua?"

"Itu loh, rumah yang deket gang kecil. Katanya sih rumah bergaya sunda gitu, tapi model lama."

"Oh." Tomi menganggukkan kepalanya, "iya, itu rumah Kakak saya."

"Sendiri?"

"Sendiri," jawab Tomi dengan rasa bingung.

"Berani ya kamu, padahal disitu angker loh."

Tomi mengerutkan keningnya dengan bingung mendengar perkataan tetangganya itu. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh tetangganya. Tanpa mempedulikan perkataan orang-orang di sekitar, ia melangkah memasuki rumah dengan kebingungan yang melanda dirinya.

"Tom gimana? Enak tidur di sini?" tanya Lulu saat Tomi melangkah memasuki rumah.

Tomi menganggukkan kepalanya dengan pelan, "enak Kak."

"Tidur di mana kamu? Kamar kan?" tanya Lulu memastikan.

"Gak Kak." Tomi menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Lulu mengerutkan keningnya dengan bingung mendengar jawaban yang adiknya itu berikan, "terus di mana?"

"Depan televisi deket kolam," jawab Tomi dengan santai.

Lulu membelalakkan matanya terkejut mendengar jawaban Tomi. Ia menatap adiknya tidak percaya karena jawaban santai yang Tomi berikan, "kamu serius tidur di situ?!" tanyanya memastikan.

"Iya Kak." Tomi menganggukkan kepalanya dengan pelan seraya menatap kakaknya dengan bingung.

"Gak di apa-apain kan?!"

"Hah?" Tomi menatap kakaknya tidak mengerti, "maksudnya gimana Kak?"

"Tomi... Kirain Kakak kamu udah tau, di ruang tengah ada tiga kuntilanak merah," bisik Lulu ke arah Tomi, "kalau malam suka gangguin orang-orang terus, apalagi yang tidur di ruang tengah."

Tomi membelalakkan matanya terkejut mendengar jawaban Lulu. Ia menatap kakaknya dengan tatapan tidak percaya, "bohong ya Kakak."

"Gak, Kakak gak bohong," balas Lulu meyakinkan.

Tomi menatap sekeliling ruang tengah dengan tatapan yang sulit diartikan. Beberapa hari ini ia selalu tidur di ruang tengah, tapi tidak ada gangguan apa-apa yang ia rasakan.

"Nanti malam kamu tidur di kamar Kakak aja, televisi boleh dimasukkan kok. Mau Kakak bantu?" tawar Lulu seraya menatap adiknya yang terdiam.

Tomi menganggukkan kepalanya, "iya Kak, bantu aja. Biar nanti gak bolak-balik ke sini," balasnya setuju.

Tomi menghela napas pelan seraya melangkah membawa beberapa barang ke dalam kamar depan. Perkataan kakaknya dan tetangganya menjadi bukti jika sosok tiga kuntilanak merah benar adanya.

Ia kira perkataan tetangganya hanya ucapan biasa yang akan membuatnya takut. Tapi mendengar perkataan kakaknya, ia menjadi sedikit was-was jika sosok tersebut benar adanya.

Ia berlari menuju dapur untuk mengambil kompor dan juga gas. Ia akan membawa dua barang tersebut dan beberapa cemilan agar dirinya tidak perlu ke ruang tengah pada malam hari. Ia takut perkataan kakaknya akan menjadi kenyataan setelah ia mengetahui fakta tersebut.

"Tomi," panggil Lulu seraya melangkah mendekat ke arah adiknya.

Tomi menoleh ke arah kakaknya yang melangkah mendekat, "kenapa?"

"Kakak berangkat dulu ya, kamu hati-hati," pamit Lulu pada Tomi.

Tomi menganggukkan kepalanya dengan pelan, "iya Kak."

"Kunci pintu jangan lupa," ucap Lulu mengingatkan.

"Iya."

Tomi menatap kepergian kakaknya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia melangkah mendekati pintu ruang tengah untuk ia tutup dan juga kunci. Ia tidak ingin berhubungan dengan area tersebut, ia akan terus berada di dalam kamar jika tidak ada hal yang mendesak. Lagipula kamar depan cukup besar, bahkan terdapat kamar mandi dalam di kamar tersebut.

Kriett

Pintu yang menghubungkan ruang depan dan ruang tengah terbuka dengan pelan. Ia menatap pintu tersebut dengan jantung yang berdegup kencang. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, mencoba untuk berpikir positif agar dirinya tidak perlu ketakutan.

Dengan memberanikan diri, ia melangkah menuju pintu ruang tengah. Ia tutup kembali agar dirinya tidak terlalu takut dengan apa yang ada di area ruang tengah rumah kakaknya itu. Tak lupa ia kunci agar gangguan seperti ini tidak terjadi kedua kalinya.

Setelah selesai, ia kembali melangkah menuju kamar utama untuk beristirahat. Ia mencoba untuk mengabaikan rasa takut yang sedang dirasakannya.

Brukk

Baru saja ia ingin beristirahat, pintu yang menghubungkan ruang depan dan ruang tengah berbunyi dengan keras. Bunyinya seperti seseorang memukul benda tersebut dengan sangat kencang. Merasa sudah tidak beres, ia langsung memejamkan matanya untuk segera tertidur. Ia tidak ingin ada gangguan lainnya yang membuatnya semakin takut.

"Anjrit," umpat Tomi saat telinganya mendengar suara tawa melengking dari arah luar kamar.

Ia terdiam saat mendengar suara riak air dari arah luar. Seperti seseorang yang sedang berenang di area kolam ikan di ruang tengah.

Tomi merapatkan kembali tubuhnya dengan selimut agar tidak mendengar suara tawa melengking yang masih jelas terdengar. Ia menaikkan volume televisi agar suara tawa tersebut tidak ia dengar dengan jelas. Setidaknya ada suara lain yang menyamarkan suara menyeramkan tersebut.

Tomi memejamkan matanya mencoba untuk tidur, mengabaikan suara tawa yang masih bisa ia dengar. Ia merapatkan selimutnya dengan jantung yang berdegup kencang. Takut jika gangguannya akan semakin intens jika hari semakin malam.

Sekarang udah tau ya?

Tomi langsung membuka matanya terkejut saat mendengar suara bisikan yang terdengar jelas di telinganya. Ia menelan salivanya susah payah, dirinya tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena terlalu takut untuk melihat siapa yang berbisik di telinganya.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!