Pemuda 18 tahun yang hidup sebatang kara kedua orangtuanya dan adeknya meninggal dunia akibat kecelakaan, hanya dia yang berhasil selamat tapi pemuda itu harus merelakan lengan kanannya yang telah tiada
Di suatu kejadian tiba-tiba dia mempunyai tangan ajaib dari langit, para dewa menyebutnya golden Hands arm sehingga dia mempunyai dua tangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Setelah menyelesaikan transaksi, Han pergi untuk mencari tempat tinggal dengan membawa selembar cek senilai 2 miliar rupiah. Sebelumnya, Klara telah meminta maaf karena telah mendapatkan laporan dari asistennya, diketahui bahwa mereka tidak memiliki cukup uang tunai untuk pembayaran sebesar itu.
Klara pun mengusulkan untuk memberikan cek sebagai gantinya. Menurutnya, cara ini jauh lebih aman dibanding membawa uang tunai dalam jumlah besar. Han setuju dengan usulan tersebut.
saat Han menyusuri jalanan. Lampu-lampu mulai menyinari jalan dan gedung-gedung yang tampak indah di sepanjang jalan saat hari mulai gelap.
Di sisi jalan, Han menatap layar ponsel bututnya yang retak, mencari informasi tentang kosan murah yang bisa dijadikan tempat tinggal sementara.
Setelah menemukan tempat yang dicari, ia mengikuti petunjuk di ponselnya. Beruntung, lokasi kos tersebut tidak terlalu jauh dari tempatnya berada saat ini. Cukup berjalan kaki selama 15 menit, ia sudah tiba di depan gerbang kos.
Kebetulan, pemilik kos—seorang kakek tua—baru saja membuka gerbang hendak keluar. Han segera menyampaikan keinginannya untuk menyewa kamar.
Kakek itu pun mulai menjelaskan fasilitas di kos tersebut.
"Di sini hanya ada tiga kamar mandi, jadi kalau Nak Han ingin pakai, ya harus antre dulu. Atau bisa juga mandi jam tiga pagi kalau tidak ingin rebutan," kata si pemilik sambil tertawa kecil.
Han mengangguk memahami. Sesuai informasi yang ia baca sebelumnya, kos ini memiliki 30 kamar, masing-masing berukuran 3x5 meter, dengan harga sewa Rp1,5 juta per bulan.
Cukup mahal untuk kondisi sederhana seperti itu. Tapi hanya ini yang paling murah dari semua pilihan yang ia temukan—sementara yang lain rata-rata di atas tiga juta.
Namun, Han tidak mau ambil pusing. Kemungkinan besar, ia hanya akan tinggal di sini sementara. Setelah menjual semua emas dan berlian yang ia miliki, ia berencana membeli rumah di kota ini.
"Ini, sesuai harga yang tertera di internet. Satu juta lima ratus ribu, saya bayar untuk satu bulan terlebih dahulu," ucap Han sambil menyerahkan uang sisa hasil kerjanya saat masih bekerja bangunan di desanya.
"Terima kasih. Semoga kamu betah tinggal di sini, ya, Nak Han. Kalau begitu, saya pamit dulu, mau beli lampu. Rumah saya gelap karena lampunya mati," kata sang kakek sambil menerima uang dan menyerahkan kunci kamar kepada Han.
Begitu pemilik kos pergi, Han menghela napas panjang.
"mahal juga, ya, biaya hidup di kota ini. sisa uangku cuma lima ratus ribu lagi. besok aku harus ke Bank," batinnya.
Karena bingung ingin melakukan apa dan belum merasa mengantuk, Han memutuskan untuk mempelajari kembali ilmu yang diwariskan oleh Dewa Kehidupan. Dengan duduk bersila dalam posisi lotus, ia pun tenggelam dalam kultivasi hingga sinar pagi menyinari bumi.
Setelah selesai, Han membuka matanya. Ia merasa tubuhnya lebih segar dari sebelumnya, dan mata ilahinya pun semakin tajam—kini ia bisa melihat hingga jarak 50 mil. Han tersenyum puas. Ia yakin, dirinya hampir sepenuhnya menguasai warisan tersebut.
"Mandi dulu, ah, biar makin segar," gumamnya sambil melirik layar ponsel retaknya yang menunjukkan pukul 09.30.
Kebetulan, ada satu kamar mandi yang kosong. Kemungkinan besar, penghuni kos ini adalah pekerja atau mahasiswa yang harus bangun pagi untuk beraktivitas.
Saat sedang mandi, Han tiba-tiba teringat Bulan. Ia pun mencoba menyapanya… melalui pikirannya.
"Selamat pagi, Bulan," sapa Han dalam pikirannya.
"pagi juga, Tuan. ada apa Tuan menyapa Bulan saat sedang mandi seperti ini? Apa Tuan ingin Bulan menggosokkan badan Tuan dengan jari-jari halus Bulan ini?" jawabnya dengan menggoda.
Han bergidik, membayangkan hal yang aneh. "Bukankah kamu itu pedang, Bulan? jika kamu menggosok badanku, bukannya bersih yang ada malah penuh luka."
"hahahaha.... Taun, sebenarnya saya bisa menampakkan diri. saya bukan benar-benar pedang. saya adalah roh jiwa yang bersemayam di dalam pedang itu. pedang roh tingkat Surgawi milik Tuan berbeda dari pedang roh biasa," jawab Bulan menjelaskan.
"maksudmu berbeda itu seperti apa, Bulan?" Han bertanya bingung.
"Baiklah, Bulan akan menceritakan sedikit tentang bagaimana jiwa ini bisa berada di dalam pedang roh tersebut."
Bulan pun mulai bercerita.
Dia berasal dari alam atas—alam para dewa. Dahulu, dia dikenal sebagai seorang ahli penempaan senjata terhebat di sana. Bukan hanya keahliannya yang terkenal, tapi juga kecantikannya yang luar biasa, hingga banyak pemuda dari keluarga terpandang berusaha merebut hatinya. Namun, tak ada satu pun yang berhasil.
Namanya saat itu adalah Dewi Ratu Wulan.
Kehidupan di alam dewa awalnya berjalan tentram. Namun semuanya berubah ketika bangsa iblis datang menyerang secara tiba-tiba, memicu peperangan besar yang tak terhindarkan.
Korban berjatuhan di mana-mana. Dewi Ratu Wulan yang mengetahui bahwa bangsanya diserang, segera turun membantu para dewa lainnya bertarung. Dia menggunakan pedang tingkat Surgawi—pedang ciptaannya sendiri dengan bahan-bahan yang sulit untuk didapatkan.
Dewi ratu Wulan berhasil membunuh ratusan bangsa iblis lainnya menggunakan pedang nya, karena itu juga roh pedang yang di miliki oleh Han saat ini memiliki aura yang membunuh cukup kuat karena telah banyak memakan korban dari bangsa iblis.
Raja iblis yang melihat bawahannya telah di bunuh oleh seorang wanita cantik tidak terima, dan dia pun mencoba menghalangi perbuatan Dewi ratu Wulan itu dan terjadi lah pertarungan yang luar biasa dari keduanya.
Dewi ratu Wulan jelas bukan lawan dari raja iblis, Dewi ratu selalu terpojok dan terus terkena serangan kuat dari raja iblis Sampai ketika dia sudah berada di ujung batasnya, saat Dewi ratu sudah pasrah dengan hidup nya tiba - tiba datang bantuan dari dewa kehidupan yang memang juga terkenal dalam kekuatan dan ilmu pengobatan nya.
Dewi Ratu Wulan dan Dewa Kehidupan bekerja sama untuk menghadapi Raja Iblis. Dengan kerja sama yang luar biasa, mereka akhirnya berhasil membunuh sang raja kegelapan. Namun, kemenangan itu harus dibayar mahal. Dewi Ratu Wulan mengalami luka dalam yang sangat parah akibat terkena serangan kuat Raja iblis dan terlalu memaksakan kekuatannya, sementara Dewa Kehidupan tiba-tiba menghilang setelah peperangan usai.
Pasca kemenangan dari serangan bangsa iblis waktu itu kehidupan alam dewa berjalan normal kembali dan para dewa mencoba membangun kembali kerusakan yang telah terjadi.
Sedangkan Dewi ratu Wulan lukanya semakin hari semakin parah. dan dia mencoba meminta bantuan dari dewa kehidupan untuk menyembuhkan nya tapi setelah terjadinya peperangan itu dewa kehidupan tak pernah terlihat lagi, karena sudah tidak kuat lagi menahan sakit Dewi Ratu pun mati akibat luka dalam itu.
Namun sebelum kematiannya, ia diberi satu kesempatan oleh takdir: untuk hidup kembali—namun dalam bentuk jiwa. Jiwanya akan bersemayam di pedang Surgawi, pedang ciptaannya sendiri, hingga waktu reinkarnasinya tiba... saat ia ditemukan oleh orang yang terpilih.
Yang tidak pernah ia pahami adalah, mengapa jiwanya justru terbawa ke alam manusia dan tersegel dalam pedang itu, yang entah bagaimana tersembunyi di dalam pohon besar tempat istirahat Han setelah berburu selama ini.