NovelToon NovelToon
Terpikat Sekretaris Ayah

Terpikat Sekretaris Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Angst / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Aleena terpaksa harus menolak perjodohan karena dirinya sama sekali tidak menyukai laki-laki pilihan orang tuanya, justru malah tertarik dengan sekretaris Ayahnya.

Berbagai konflik harus dijalaninya karena sama sekali tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 8#Kedatangan sahabat

Aleena yang tengah ditemani sang kakak, masih terlihat begitu sedih. Bagaimana tidak sedih, kepulangannya yang belum lama ini dirinya harus berpisah dengan sang ayah untuk selama-lamanya, sungguh menyayat hatinya.

"Kak, Aleena minta maaf, kalau Aleena sudah mengecewakan Papa, gara-gara Aleena, Papa jadi-"

Bernio langsung menempelkan jari telunjuknya tepat dibibir adiknya.

"Tidak perlu menyalahkan diri sendiri, semua sudah takdir, manusia tidak bisa melawannya. Kita juga bakal mendapatkan giliran itu, cuma kita tidak tau kapan waktunya. Sekarang lebih baik kamu fokus untuk dirimu sendiri, juga-" tiba-tiba Bernio menghentikan ucapannya.

Lalu, Bernio menatap serius kepada adiknya.

"Kamu yakin mau bertahan dengan pernikahan mu, Aleena?" tanya Bernio menatapnya dengan perasaan sedih, lantaran suami adiknya ternyata jauh dari prasangkanya.

Aleena menggelengkan kepalanya.

"Maafin Aleena, Kak, Aleena tidak ingin mempertahankan pernikahan Aleena dengan Veriando."

"Yakin?" tanya Bernio memastikannya.

Aleena mengangguk pelan.

"Baiklah, Kakak akan usahakan untuk menyelesaikan masalah pernikahan mu sama Veriando. Jika kamu tidak menginginkan hidup bersama suami kamu, Kakak bakal berusaha yang terbaik buat kamu."

"Maafin Aleena ya, Kak, sebenarnya Aleena-"

Seketika, Aleena langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada apa-apa, Aleena cuma terbawa sedih karena kehilangan Papa,"

'Tidak mungkin juga aku mengatakannya sama Kakak. Biarlah, aku akan jalani sebagaimana air itu mengalir.'

"Kalau ada apa-apa, kamu ngomong aja sama Kakak, jangan kamu sembunyikan masalahmu, Kakak siap menjadi tempat keluh kesahmu."

Aleena mengangguk, dan ia memikirkan sesuatu yang tengah dipikirkannya.

"Udah mau gelap, Kakak mau ke kamar bentar. Kakak mau mandi, badan Kakak gerah, kamu ditemani mbak Dila dulu ya, nanti kalau ada apa-apa, kamu panggil Devan aja, dia udah Kakak suruh buat jaga-jaga kalau kamu ada apa-apa."

"Iya, Kak," jawabnya. Kemudian, Bernio segera keluar dan ke kamarnya.

Kini didalam kamar hanya ada Aleena sama mbak Dila.

"Mbak Dila," panggil Aleena sambil memikirkan sesuatu.

"Iya, Nona, ada apa?"

"Gak jadi deh, mbak, aku gak tau mau ngomong apa,"

"Kalau Nona capek, Nona istirahat aja, biar saya yang nungguin Nona,"

Aleena menggelengkan kepalanya.

"Aleena..."

Tiba-tiba datang seorang perempuan cantik langsung masuk kamar dan memeluknya erat.

"Turut berduka ya, Aleen, maafin aku yang baru datang. Aku benar-benar gak tahu kalau Om Arvian telah berpulang. Tadi pas aku telpon kamu, gak aktif, jadinya aku telpon Kak Nio, katanya dapat musibah, terus aku langsung ke Bandara tadi, maafin aku ya."

Aleena berusaha tersenyum dan mengangguk.

"Sebenarnya aku mau datang besok, soalnya aku juga lagi ada masalah sama pacar aku, eeee dapat kabar kalau Papa kamu meninggal. Oh iya, selamat ya Aleen, atas pernikahan kamu. Semoga langgeng, dan-"

Tiba-tiba Veni berhenti bicara ketika melihat ekspresi sahabatnya mendadak murung dan sedih.

"Suami kamu dimana? kok aku gak lihat, cuma mbak Dila aja yang nemenin kamu, ada juga sekretaris Devan itu diluar,"

Bukannya menjawab, Aleena kini justru melamun.

"Tuan Veriando sudah pulang dari tadi, Nona," timpal mbak Dila.

"Pulang? gimana ceritanya. Istrinya lagi berduka, kok pulang, mbak Dila jangan ngada-ngada deh."

"Bener, Nona," kata mbak Dila.

Kemudian, Veni menatap Aleena dengan serius.

"Aleena, emang benarkah yang diucapkan mbak Dila barusan?"

"Benar, Ven,"

"Terus, hubungan kamu sama suami kamu gimana?"

"Aku gak tahu, karena pernikahan ku dengannya hanyalah sebatas transaksi, saling menguntungkan untuk kedua belah pihak."

"Kamu yang sabar ya, siapa tahu aja suami kamu belum kenal dekat sama kamu. 'Kan banyak tuh, cerita-cerita di novel yang suaminya kejam, ujungnya bucin,"

"Tidurmu terlalu miring," kata Aleena sambil memasang mukanya cemberut.

Veni pun berusaha membuat Aleena untuk tidak larut dalam kesedihan. Memang berat rasanya ditinggal sama orang yang kita sayangi, apalagi orang tua, tentu saja hancur perasaannya.

"Eh ada Nak Veni, kapan kamu datang?"

"Baru aja, Tante. Apa kabarnya, Tante? maafin Veni, Tante, baru datang, soalnya-"

"Kabar Tante seperti yang kamu lihat, baik-baik saja kok, Nak. Gak apa-apa kalau baru bisa datang, pasti ada kesibukan 'kan? sama siapa kamu datangnya, Nak? makasih ya, udah nyempetin waktumu buat datang ke rumah Tante."

"Veni turut berduka cita ya, Tante, Veni bener-bener gak nyangka kalau Om Arvian udah gak ada, sebenarnya seminggu lagi Papa sama Mama mau datang setelah pulang dari luar negri, eee gak taunya takdir berkata lain,"

"Semua sudah takdir, salam ya buat Mama sama Papa, Tante juga berencana mau liburan, dan main ke rumah kamu, tapi-"

"Tante.. Veni sayang Tante,"

"Ekhem!"

"Eh, Kak Nio, apa kabarnya?"

"Baik," jawabnya singkat.

Veni yang sudah biasa menghadapi sikap dingin dari Nio, pun sudah tidak asing lagi, baginya sudah biasa, pikirnya.

"Gimana keadaan kamu, udah agak mendingan?"

"Iya, Kak, untungnya ada Veni, ada yang ngajakin Aleena ngobrol. Kak Nio gak perlu mengkhawatirkan ku lagi, Kakak boleh istirahat,"

"Kamu juga, besok jadwal kamu kontrol ke rumah sakit buat memeriksa keadaan kamu,"

"Iya, Kak," jawab Aleena dengan anggukan. Kemudian, Nio segera keluar, tidak ingin mengganggu adiknya bersama Veni sahabatnya.

Begitu juga dengan ibunya, pun ikut keluar. Kini tinggal Aleena sama Veni didalam kamar.

"Aleena, memangnya kamu belum bisa ingat sedikitpun kah, soal memory kamu dimasa lalu,"

"Aku malah takut kalau ingatanku pulih, apakah orang yang aku sakiti bakal memaafkan aku? atau.. orang yang aku cintai masih setia denganku?"

"Kamu ini ngomong apaan sih, kata Tante, kata Om, kata Kak Nio, kamu itu gak punya hubungan asmara, darimana ceritanya ada orang yang kamu sakiti, orang yang kamu cintai, ada-ada aja kamu ini,"

"Ya kan, aku cuma ibarat doang. Siapa tau aja 'kan, secara aku gak ingat lagi,"

"Buktinya dikamar kamu gak ada jejak apa gitu, sesuatu yang kamu miliki itu sangat berharga, iya 'kan? jugaan kamu masih bau kencur pas kecelakaan, mana mungkin, Aleena? cinta monyet?"

"Ah kamu ini nyebelin,"

"Gak deh gak, maafin aku ya, Aleena. Coba deh kamu ingat-ingat lagi, siapa tahu aja ada yang nyelip terus kamu ingat lagi."

"Aw!" Veni pun memekik saat Aleena memukulnya pakai bantal.

Keduanya kini mulai bisa bergurau walau hatinya Aleena begitu rapuh. Kehilangan orang tua, juga mempunyai suami yang tidak pengertian, bahkan sedikitpun tidak peduli terhadap dirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!