Chen Huang, seorang remaja berusia 15 tahun, menjalani hidup sederhana sebagai buruh tani bersama kedua orang tuanya di Desa Bunga Matahari. Meski hidup dalam kemiskinan dan penuh keterbatasan, ia tak pernah kehilangan semangat untuk mengubah nasib. Setiap hari, ia bekerja keras di ladang, menanam dan memanen, sambil menyisihkan sebagian kecil hasil upahnya untuk sebuah tujuan besar: pergi ke Kota Chengdu dan masuk ke Akademi Xin. Namun, perjalanan Chen Huang tidaklah mudah. Di tengah perjuangan melawan kelelahan dan ejekan orang-orang yang meremehkannya, ia harus membuktikan bahwa mimpi besar tak hanya milik mereka yang berkecukupan. Akankah Chen Huang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dan menggapai impiannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 8 — Kultivasi Dasar
Keesokan paginya, Di depan gubuk sederhana mereka, Chen Huang dan Ning Xue duduk bersila di atas tanah yang dingin, kitab dasar kultivasi tergeletak di antara mereka.
“Baik,” kata Chen Huang sambil menarik napas dalam-dalam. “Langkah pertama dalam kultivasi adalah merasakan keberadaan energi spiritual di sekitar kita. Setelah itu, kita harus menarik energi itu ke dalam tubuh, perlahan tapi pasti.”
Ning Xue menatapnya serius. “Aku mengerti. Tapi bagaimana caranya membayangkan energi itu?”
Chen Huang berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Anggap saja seperti memanggil angin lembut yang menyentuh kulitmu. Rasakan itu.”
Keduanya mulai memusatkan perhatian. Chen Huang menutup matanya, mencoba menyelaraskan napasnya dengan alam di sekitarnya. Angin pagi yang lembut berhembus, menggesek daun-daun kering di sekitar mereka. "Ssshh... fwuushh..."
Chen Huang bisa merasakan sedikit energi spiritual mulai berkumpul di sekitarnya, seperti aliran air yang hampir tak terlihat. Ia mulai menarik energi itu ke dalam tubuhnya dengan pelan, mengarahkannya ke seluruh meridian yang didalam tubuhnya.
Namun, Ning Xue tampak kesulitan. Napasnya terengah-engah, dan keringat mulai membasahi dahinya. Ia menggerutu kecil. “Ini… terlalu sulit.”
Chen Huang membuka matanya, memandang Ning Xue dengan lembut. “Tenang, Ning Xue. Jangan terlalu memaksa. Fokus saja pada napasmu. Biarkan energi itu mendekat dengan sendirinya.”
Ning Xue mengangguk pelan, mencoba menenangkan diri. "Haaah... haah..." Napasnya mulai melambat, tapi ia belum bisa merasakan energi spiritual seperti yang Chen Huang rasakan.
Malam menjelang, tapi Chen Huang masih bersila di tempatnya. Wajahnya dipenuhi konsentrasi, dan tubuhnya mulai memancarkan sedikit cahaya keemasan yang samar. "Wuuuung..." Suara pelan yang berasal dari getaran energi spiritual mulai terdengar, menunjukkan bahwa ia telah berhasil mengumpulkan energi ke dalam tubuhnya.
Akhirnya, Chen Huang membuka matanya dengan senyum kecil. “Aku berhasil,” gumamnya pelan.
Ning Xue yang sedang duduk di dekatnya langsung menatap dengan kagum. “Benarkah? Kau sudah bisa melakukannya?”
Chen Huang mengangguk. “Ini hanya tahap awal, tapi setidaknya aku tahu caranya sekarang. Aku akan membantumu memahaminya besok.”
Ning Xue tersenyum tipis, rasa lelah di wajahnya sedikit memudar. “Kau benar-benar luar biasa, Chen Huang. Aku yakin aku juga bisa melakukannya nanti.”
Saat malam tiba, suara jangkrik memenuhi udara. "Krik... krik..." Chen Huang menatap Ning Xue yang kini sedang tidur di sudut gubuk. Ia memikirkan betapa sulitnya perjalanan ini bagi mereka berdua.
Namun, hatinya penuh tekad. Angin malam berhembus lembut melalui celah-celah gubuk, seakan memberi mereka dukungan tak terlihat.
“Jika aku bisa memulai langkah kecil ini,” gumam Chen Huang pada dirinya sendiri, “maka aku juga bisa menjadi lebih kuat. Dunia ini kejam, tapi aku tidak akan membiarkan diriku terus diinjak-injak.”
Chen Huang kembali duduk bersila, melanjutkan latihannya dengan semangat yang tak tergoyahkan. Di bawah sinar rembulan, perjalanan baru mereka sebagai praktisi bela diri pun dimulai.
...
Esok harinya Ning Xue duduk bersila di halaman depan gubuk, cahaya matahari pagi menghangatkan tubuhnya. Chen Huang berdiri di depannya, memberikan arahan.
“Pertama, fokus pada napasmu. Rasakan udara masuk ke dalam tubuhmu, seolah-olah membawa sesuatu yang lebih dari sekadar oksigen. Itu adalah energi spiritual,” ujar Chen Huang dengan suara tenang.
Ning Xue memejamkan matanya, mencoba mengikuti arahan itu. “Haaaah… haah…” Napasnya lambat, tapi pikirannya terlalu gelisah.
“Aku tidak bisa merasakan apa-apa, Chen Huang,” keluh Ning Xue sambil membuka matanya.
Chen Huang tersenyum lembut. “Tidak apa-apa. Ini baru permulaan. Jangan memaksakan diri, Ning Xue. Malam ini kita coba lagi.”
Saat pagi datang, Ning Xue kembali mencoba berkultivasi. Kali ini, Chen Huang duduk di belakangnya, membimbing langsung dengan tangannya menyentuh punggung Ning Xue untuk membantu aliran energi.
“Bayangkan energi itu seperti kabut lembut yang mengelilingimu. Perlahan tarik kabut itu masuk ke tubuhmu,” bisik Chen Huang.
Ning Xue mencoba membayangkan kabut seperti yang dikatakan Chen Huang, tapi setiap kali ia menarik energi, ia merasakan tekanan di dadanya. “Aduh! Rasanya seperti tersedak,” ujarnya.
Chen Huang menghela napas. “Jangan terlalu rakus menarik energi sekaligus. Sedikit demi sedikit. Jangan terburu-buru.”
Pada hari ketiga, Ning Xue akhirnya bisa merasakan sedikit energi spiritual yang masuk ke dalam tubuhnya. Wajahnya bersinar dengan kebahagiaan.
“Aku bisa merasakannya! Ada sesuatu yang masuk ke tubuhku!” serunya.
Chen Huang tersenyum bangga. “Bagus! Itu adalah langkah pertama. Sekarang tugasmu adalah memandu energi itu ke dantianmu, tempat energi itu akan disimpan.”
Namun, saat mencoba memindahkan energi ke dantiannya, Ning Xue kehilangan kendali, dan energi itu menghilang. Ia mengeluh kesal, tapi Chen Huang menenangkan.
“Tidak apa-apa. Aku juga mengalaminya pada awalnya. Teruslah mencoba, Ning Xue.”
Hari keempat menjadi tantangan besar bagi Ning Xue. Ia mulai merasa frustrasi karena tidak bisa mempertahankan energi spiritual lebih dari beberapa detik.
“Kenapa ini begitu sulit?” Ning Xue bertanya dengan nada putus asa.
Chen Huang menepuk bahunya. “Karena ini adalah fondasi. Jika fondasi ini lemah, kau akan kesulitan nantinya. Percayalah, usahamu tidak akan sia-sia.”
Setelah empat hari mencoba, Ning Xue akhirnya bisa memindahkan energi ke dantiannya, meskipun jumlahnya masih sangat sedikit. Wajahnya berseri-seri, dan ia hampir menangis karena bahagia.
“Aku melakukannya, Chen Huang! Aku melakukannya!” serunya.
Chen Huang tersenyum hangat. “Aku tahu kau bisa, Ning Xue. Sekarang, terus perkuat kendalimu.”
Pada hari keenam, Ning Xue mulai berlatih dengan lebih percaya diri. Ia bisa menarik energi spiritual tanpa kesalahan, meskipun jumlahnya masih kecil.
Chen Huang mengamati dengan bangga. “Kau berkembang pesat, Ning Xue. Dalam waktu singkat, kau akan siap untuk melangkah ke tahap berikutnya.”
Ning Xue tersenyum ceria. “Semua ini karena bimbinganmu, Chen Huang. Tanpamu, aku tidak akan bisa melakukannya.”
Akhirnya, pada hari ketujuh, Ning Xue berhasil menguasai teknik kultivasi dasar sepenuhnya. Tubuhnya mulai memancarkan aura spiritual yang lembut, tanda bahwa ia telah berhasil menyerap energi ke dalam dantiannya.
“Wuuuung…” Suara halus dari energi yang berkumpul terdengar saat Ning Xue membuka matanya.
“Aku berhasil,” katanya dengan suara pelan, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya.
Chen Huang tersenyum lebar. “Aku tahu kau bisa, Ning Xue. Sekarang, kita benar-benar siap untuk melangkah lebih jauh.”
Ning Xue mengangguk penuh semangat. Dalam hatinya, ia bertekad untuk tidak pernah mengecewakan Chen Huang dan membuktikan bahwa ia juga mampu menjadi praktisi bela diri yang hebat.