Menceritakan seorang pemuda bernama Xiao Feng, yang merupakan reinkarnasi dari seorang Dewa Cahaya bernama Bara. Sebelum kembali mendapatkan kekuatan Dewa Cahaya miliknya, Xiao Feng/Bara harus mendapatkan kekuatan untuk melawan Para Raja Iblis di Zhuo Guo. Alhasil, Golok Luo Tian Long yang menjadi senjata terkuat di alam dewa, berhasil dia ambil kembali dan berubah menjadi Golok Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25.Bantuan Kahiyang Dewi
Delapan Bola Api dari Pukulan Sembilan Kutukan Neraka itu menghantam Xiao Wang secara bersamaan. Ledakan yang sangat dahsyat mengguncang kota Nanjing. Api merah raksasa membubung tinggi ke angkasa membuat semua orang yang ada di kota Nanjing terkejut bagaikan mendengar petir di siang bolong.
Mereka semua mengira ada meteor dari langit jatuh dan meledak di kota mereka. Apalagi di tambah ledakan besar disertai gelombang yang merusak segalanya membuat semua orang lari ketakutan.
Bukit dimana Bara menemukan Kahiyang Dewi hancur rata tak berbekas. Tubuh Xiao Wang entah kemana. Di tempat ledakan itu tercipta sebuah lubang seluas ratusan tombak menganga lebar.
Api merah membara benar-benar membuat tempat yang semula damai itu menjadi seperti Neraka.
Bara Sena mendarat di atas tanah yang masih terbakar. Dia merasa tubuhnya tiba-tiba sakit dan lemas.
"Apa yang terjadi...?" batinnya.
Entah kenapa tubuh Bara pun tiba-tiba limbung dan roboh ke tanah.
Bruk!
Meski roboh, dia masih sadarkan diri. Hanya saja tubuhnya sangat lemah tak berdaya. Bahkan untuk menggerakkan jarinya saja dia tak bisa.
"Ada apa dengan diriku? Baru saja aku mendapatkan kekuatan yang seharusnya milikku...Tapi..."
Tiba-tiba dari telapak tangan kanannya mengeluarkan lingkaran emas yang disusul dengan cahaya kuning. Sosok cantik berpakaian merah muncul dari dalam telapak tangan Bara.
"Kahiyang Dewi...?"
Wanita itu tersenyum. Namun terlihat pada garis wajahnya yang sedikit cemas melihat keadaan pemuda itu.
"Titik meridian mu rusak...Bagaimana ini bisa terjadi?" ucapnya sambil berjongkok.
"Entahlah...Saat aku terkena pukulan Sakti Xiao Wang, semua titik meridian ku terbuka secara sempurna. Kau bisa melihat sendiri, tempat ini menjadi seperti apa setelah kekuatan dewa di dalam tubuhku kembali...Ini masih belum seberapa jika dibanding waktu itu," kata Bara.
"Dibanding waktu itu? Apakah kau pernah membuat kehancuran yang lebih dari ini?" tanya Kahiyang Dewi tak percaya.
Dia menatap ke sekitar. Mengedarkan pandangannya. Area seluas sepuluh hektar hancur rata dengan tanah. Bahkan itu menghancurkan seperempat kota Nanjing.
"Kau bilang ada yang lebih buruk dari ini...apakah kau ini benar-benar seorang dewa di masa lalu?" tanya Kahiyang Dewi.
Bara tersenyum kecil.
"Sudah aku katakan padamu bukan? Aku ini seorang dewa yang bereinkarnasi di tubuh seorang sampah dari keluarga Xiao ini...Aku tak pernah membohongi siapa pun, apalagi membohongi dirimu," kata Bara sambil menatap kaki Kahiyang Dewi yang terlihat jelas dibagikan bawahnya.
"Sial...Tubuh tak bisa bergerak, tapi kenapa di bagian itu bisa bergerak? Apa-apaan...!" batin Bara Sena.
Karena Kahiyang Dewi berjongkok di depan pemuda itu, tubuh bagian bawahnya menjadi tersingkap karena pakaian yang dia kenakan tak mampu menutupi bagian bawahnya.
Meski masih tertutup kain tipis, tetap saja itu membuat darah Bara Sena bergejolak. Kahiyang Dewi tak menyadari tubuh bagian bawahnya terlihat oleh Bara Sena. Pandangan matanya terus beredar menatap ke segala arah sambil berdecak kagum.
"Area seluas ini hancur rata dan terbakar...Takutnya, tak ada yang memiliki kemampuan segila ini di tanah Zhuo Guo..." kata Kahiyang Dewi.
Bara Sena tersenyum tipis.
"Dulu...Saat aku terlahir dari rahim ibuku, Ratu Azalea...Aku menghancurkan langit ketiga hingga jutaan dewa mati disana..." kata Bara Sena membuat Kahiyang Dewi menatap ke arah pemuda tersebut.
"Apa kau bilang!? Jutaan dewa...!?" seru wanita itu terkejut setengah mati.
Bara Sena tersenyum. Meski tubuhnya masih sangat lemah, dia tidak pingsan atau mengeluh kesakitan. Padahal saat ini sekujur tubuhnya terasa seperti terbakar dan perih.
"Apa kau tidak bercanda mengenai jutaan dewa yang mati saat kau dilahirkan?" tanya Kahiyang Dewi masih tak percaya.
"Itulah aku...Ibuku mengumpulkan semua kekuatannya dan membentuk perisai emas yang melindungi diriku agar kakek tak bisa menghancurkan diriku. Dia memberikan kekuatan itu kedalam tubuhku sehingga aku menjadi dewasa dalam waktu cepat. Kekuatan yang dimiliki ibu sangat besar ditambah kekuatan dari ayahku yang bercampur dengan kekuatan Empat Legenda Iblis...Kedua kekuatan itu membuatku menjadi tak stabil dan merasakan hawa membunuh yang terus membuatku merasa haus darah..." kata Bara Sena mengenang masa lalunya yang penuh dengan rasa ingin membunuh.
"Kau begitu sadis waktu itu ya...? Aku mendapat cerita yang luar biasa hari ini. Apakah ini sebuah takdir aku dipertemukan dengan dirimu? Dulu aku tak memiliki tubuh yang nyata setelah tubuh asliku dihancurkan oleh seseorang. Tapi di dalam Dunia Penyimpanan milikmu, kekuatan cahaya itu membuatku bisa membentuk tubuh baru secara perlahan. Sesuatu yang sebenarnya mustahil terjadi..." kata Kahiyang Dewi.
Bara Sena tersenyum kecil.
"Keluarga dari ibuku adalah Dewa Penguasa Cahaya. Tapi ibuku malah menjadi murid seorang Iblis yang menjadi salah satu dari empat Legenda Iblis di masa lalu. Dia adalah Iblis Tanduk Api...Itulah yang membuat kakek membenci ibuku dan juga diriku. Tapi semua itu juga karena ulah Dewa Surya sialan itu! Aku sangat berterimakasih kepada Batara Geni yang mewakili diriku membunuh dewa keparat itu..." kata Bara Sena.
"Batara Geni...? Nama yang terdengar tidak asing ditelingaku," ucap Kahiyang Dewi.
"Dia adalah orang yang berhasil meruntuhkan kahyangan dengan jutaan pasukan yang dia kumpulkan dari berbagai tempat. Para Dewa sekutu, iblis dan siluman bersatu menggulingkan Batara Manikmaya. Dan itu berhasil dia lakukan...Hanya paman Batara Geni seorang yang aku kagumi kekuatannya..." kata Bara Sena yang pernah bertarung secara langsung melawan Batara Geni di buku Legenda Dewa Petir Jaka Geni.
"Benar-benar luar biasa ada orang yang seperti itu...Aku menjadi penasaran seperti apa rupa Batara Geni..." kata Kahiyang Dewi.
Bara tertawa kecil.
"Kau akan jatub cinta padanya jika kau melihat wajahnya," kata Bara Sena.
Wajah Kahiyang Dewi sedikit berubah mendengar apa yang Bara katakan.
"Apakah...Apakah dia lebih tampan darimu?" tanya Kahiyang Dewi sedikit ragu.
Wajah wanita itu sedikit memerah karena malu.
"Tentu saja aku lebih tampan dari dia! Dia itu seorang penggila wanita. Kau akan terkejut jika tahu dia memiliki banyak istri..." kata Bara.
"Bukankah kau juga sama saja? Kau bahkan mengawini bibimu sendiri, huh dasar!" sahut Kahiyang Dewi lalu tertawa.
Bara ikutan tertawa kecil.
"Jadi kau tahu apa yang aku lakukan ya...Sangat memalukan sekali...!" ucap Bara yang masih belum bisa menggerakkan tubuhnya.
"Aku tak masalah dengan itu, jadi kau tenang saja." kata Kahiyang Dewi sambil berdiri.
"Eh tunggu! kau bisa menolongku bukan? Aku butuh bantuan darimu!" kata Bara.
"Semua titik meridian mu telah rusak. Kemungkinan itu dikarenakan pembukaan secara paksa sehingga membuat titik meridian itu tak mampu menahan kekuatan yang besar secara tiba-tiba," kata Kahiyang Dewi.
"Lalu, apakah itu tak bisa disembuhkan?" tanya Bara Sena.
Kahiyang Dewi tersenyum lalu dia berjongkok kembali sehingga membuat mata Bara kembali terbelalak.
"Kau adalah seorang Dewa. Titik meridian itu akan pulih dengan sendirinya. Aku hanya perlu membantu," kata Kahiyang Dewi.
Kahiyang Dewi mengeluarkan jarum yang Bara berikan padanya. Beberapa jarum dia tancapkan di punggung pemuda itu.
"Bertahanlah sebentar. Ini akan sedikit menyakitkan..." ucap wanita itu lalu dia membuat satu gerakan.
Dua jari Kahiyang Dewi menempel di punggung Bara Sena. Aura merah menjalar dari tangan wanita itu ke tubuh sang pemuda.
"Arggghhhhhh!!!"
Bara Sena berteriak kesakitan. Dia merasakan sakit yang luar biasa saat Kahiyang Dewi mulai mengobatinya.
"Untung saja di dalam tubuhmu masih ada sisa Pil Hati Emas sehingga jiwamu tetap aman meski kau menderita luka yang cukup parah akibat dari kekuatan tak stabil milikmu sendiri," kata Kahiyang Dewi.
"Aku tak menyangka saat pengobatan akan terasa sesakit ini...Untung saja kau seorang wanita cantik, sehingga aku rela-rela saja menerima rasa sakit ini..." kata Bara Sena yang masih sempat-sempatnya menggoda.
Kahiyang Dewi tersenyum. Entah kenapa dia merasa senang mendapat pujian dari pemuda tersebut.
"Kau sepertinya mempunyai maksud lain menggoda diriku. Aku tahu itu," kata Kahiyang Dewi sambil masih menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam tubuh Bara Sena.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Bara Sena.
"Kau menatap tubuh bawahku sejak tadi, siapa yang tak curiga dengan tatapan mata seperti itu?" sahut Kahiyang Dewi.
"Itu bukan karena aku ingin. Tapi tubuh ini tak bisa bergerak dan aku hanya bisa menatap ke satu arah saja. Kau sendiri yang berjongkok di depan wajahku sehingga aku bisa melihat keindahan yang kau miliki meski tertutup kain putih tipis..Hehe..."
"Kau ini ya! Dasar Dewa mesum!" gerutu Kahiyang Dewi dengan muka merah.
Bara menjerit kesakitan saat Kahiyang Dewi menekan jarinya ke punggung pemuda tersebut.
"Aduh...! Ampun Dewi...! Aku tak bermaksud menggodamu!" seru Bara sambil mengaduh kesakitan.
"Kau ini sedang di obati malah meledek diriku, dasar!"
Bara Sena hanya tertawa kecil meski dia tengah merasa sakit yang luar biasa.
Cukup lama mereka berada disana. Hingga matahari mulai condong ke barat, barulah Kahiyang Dewi selesai melakukan pengobatan. Dengan napas terengah dan keringat yang bercucuran, wanita itu duduk bersila dan mulai mengatur pernapasan serta peredaran darahnya.
Dia membuka mata saat sesuatu mengusap wajahnya. Seketika wajah cantiknya merona merah saat melihat Bara Sena tengah menyeka keringat di wajahnya menggunakan kain yang entah darimana asalnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya wanita itu terlihat salah tingkah.
Bara tersenyum.
"Kau begitu baik padaku Kahiyang Dewi. Aku hanya sedikit membantumu membersihkan keringat yang membasahi wajahmu. Saat ini, aku telah pulih kembali...Itu semua berkat dirimu. Terimakasih..." ujar Bara.
Mereka berdua saling bertahap mata. Entah mengapa Kahiyang Dewi terpaku diam tak bergerak saat kedua matanya saling berpandangan dengan kedua mata Bara Sena. Seolah ada sesuatu yang menahan dirinya agar terus menatap pria muda itu.
Bara mulai mendekatkan wajahnya. Saat bibir mereka hampir saling bersentuhan, tiba-tiba Kahiyang Dewi teringat pada seseoraang yang jauh disana. Dia pun menghindari ciuman tersebut dan bangkit berdiri. Bara Sena tertegun bibirnya tak jadi mendarat di bibir wanita itu.
"Kau sudah sembuh bukan? Lebih baik kau segera selamatkan wanita simpananmu Xia Yu," kata Kahiyang Dewi membuat Bara Sena segera tersadar.
"Aku hampir melupakannya!" ucapnya sambil bangkit berdiri.
Matanya menatap ke sekitar. Dia menghela napas seperti menahan satu perasaa yang mengganjal hatinya.
"Dan lagi...aku membuat orang baik tewas dengan kekuatan milikku sendiri. Maafkan aku kakek, aku tak sengaja telah membuatmu pergi untuk selamanya..." kata Bara Sena dengan wajah sedih.