NovelToon NovelToon
Harta Karun Raja-Raja

Harta Karun Raja-Raja

Status: tamat
Genre:Romantis / Misteri / Tamat / Pemain Terhebat / Epik Petualangan / Persahabatan / Penyelamat
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Berdasarkan peta kuno yang dicurinya. Ayu mengajak teman-temannya untuk berburu harta karun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Batuan yang Berkilau

Setelah berhasil menyeberangi air yang mengalir di dalam bumi. Tim pemburu harta karun melanjutkan perjalanan.

              Sejauh mata memandang mereka bisa melihat ruang yang begitu luas.

Tapi setelah menyeberangi aliran sungai lama-kelamaan jalan mereka kian menyempit.

              Hingga berujung pada satu-satunya jalan setapak yang bisa mereka temukan.

Dan jalan setapak itu sekarang menuntun mereka untuk bergerak semakin menurun.

              Jalan setapak satu-satunya itu menukik lumayan curam. Dalam dan terjal.

Mereka harus menahan berat beban sendiri supaya tidak jatuh terjungkal karena kehilangan keseimbangan.

              “Hati-hati”,

              “Jangan condongkan badan ke arah depan”,

              Setelah jalan setapak menurun yang berbahaya itu berakhir mereka kembali bertemu dengan permukaan tanah yang datar.

              Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya kembali berjalan menembus kegelapan. Melewati turunan yang lumayan curam tadi sama sekali tidak membuat mereka kelelahan. Hanya saja jantung mereka yang berdebar-debar kencang.

              Namun tidak lama kemudian langkah kaki mereka berlima dipaksa untuk kembali berhenti. Rasa-rasanya mereka seperti sedang dikerjai.

              Setelah jalan menurun yang jauh, lima pemberani itu sekarang dihadapkan dengan jalan yang menanjak tinggi.

              Terdapat sebuah anak gunung di dalam perut bumi.

              Mereka berlima sama-sama tercengang.

              “Apakah ini titik bulatan hitam yang ketiga di dalam peta?”, tanya Ayu.

              “Benar sekali”,

              “Ini adalah tempatnya”,

              “BATUAN YANG BERKILAU”, jawab Emil.

              Tidak salah lagi. Meski dari bawah sini puncak bukit itu belum lah terlihat. Tapi mereka semua bisa melihat adanya kilauan-kilauan cahaya dari gundukan yang terbentuk dari tanah dan bebatuan.

              Bukit tinggi menjulang yang harus mereka daki untuk meneruskan perjalanan.

Sebuah rintangan yang benar-benar menantang. Ketahanan fisik para pemburu harta karun benar-benar akan diuji.

Mampukah Ayu dan kawan-kawan melewati bukit gundukan itu?

Tanpa berlama-lama mereka langsung mendaki.

Para pemberani itu mengambil jalur pendakian masing-masing. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi longsor dan memudahkan untuk saling mengawasi satu sama lain.

Mereka melakukannya bersama-sama dengan posisi tubuh yang hampir sejajar dan jarak yang tidak terlalu berjauhan.

Sudut kemiringan yang menakutkan membuat Ayu dan kawan-kawan harus naik dengan posisi badan yang merayap. Menyatukan tubuh mereka dengan tanah dan bebatuan.

“Pastikan pijakan dan pegangan kalian sempurna”,

“Teriak lah jika butuh pertolongan”,

Sepertinya ini akan berjalan dengan mudah dan tidak memakan waktu. Mendaki bukit yang semakin didaki puncaknya semakin cepat terlihat.

Tapi, tiba-tiba saja terjadi sebuah goncangan. Bukit yang sedang mereka naiki itu tiba-tiba bergoyang dengan kuat dan menyebabkan kelima para pemburu harta karun itu jatuh ke bawah.

Tergeletak di atas permukaan tanah.

“Ada apa ini?”,

“Apa yang terjadi?”,

Untungnya tidak ada yang sampai menderita cidera.

Setelah sampai di bawah. Mereka kemudian segera bangkit dan mendaki lagi. Tekad Ayu dan kawan-kawannya tidak semudah itu untuk bisa dipatahkan.

Tapi lagi-lagi hal yang sama terulang. Lagi.

Ketika Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya di tengah pendakian, bukit yang sedang mereka gerayangi itu kembali bergoyang dan menjatuhkan mereka berlima sampai di bawah.

Dan itu sudah terjadi selama berkali-kali.

“Tunggu sebentar”,

“Sepertinya ada yang salah dengan yang kita perbuat sehingga bukit ini tidak mengizinkan kita untuk lewat”,

“Apa yang kalian lakukan?”, tanya Ayu.

Dan setelah saling bicara akhirnya terkuak jikalau mereka semua melakukan sebuah kesalahan parah yang sama. Termasuk juga dengan Ayu.

Mereka semua sama-sama ingin melepas batuan yang berkilau yang tertanam. Mereka melakukannya di tengah pendakian.

Ini lah penyebabnya kenapa bukit itu tiba-tiba bergoyang dan tidak sudi untuk membiarkan Ayu, Emil, Jono, Cindy, dan Arya lewat.

Kali ini mereka berlima kembali mendaki. Tapi dengan sumpah tidak akan lagi mencoba untuk mengambil paksa batu-batu berkilauan yang begitu menggoda di hadapan mereka.

Batuan-batuan itu begitu mempesona dan menarik hati. Kilau cahayanya dari bermacam-macam corak warna yang begitu cantik tidak mudah untuk dicampakkan begitu saja.

Apalagi saat begitu dekat dengan mata lagi dapat diraba-raba.

Demi tujuan yang lebih mulia Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya mau tidak mau harus merelakannya.

Mereka harus mengabaikan batuan yang berkilau itu jika tidak ingin terjebak di dalam perut bumi untuk selamanya.

Tanpa mencoba untuk memiliki batu-batu yang berkilauan itu akhirnya pendakian para pemburu harta karun sampai di puncak.

Mereka kembali bisa berjalan dengan tubuh yang tegak ketika meninggalkan bukit tersebut. Gundukan itu benar-benar mempunyai dua sisi yang berlainan.

Di hadapan mereka telah menanti jalan yang baru yang meminta untuk segera mereka lewati.

Setelah menuruni bukit yang terdapat di dalam bumi yang dengan susah payah berkali-kali mereka daki. Akhirnya Ayu dan teman-temannya menemukan sebuah penawar lelah yang begitu indah.

Sekarang jalan yang mereka lalui berumput subur. Bukan sekedar jalan tanah tandus yang keras dan berbatu.

“Lihat lah”,

Ayu memberitahu teman-temannya apa yang ia lihat di depan mereka.

Itu adalah sebuah sungai. Ada sebuah sungai di bawah tanah yang terletak di dalam bumi.

Semuanya menjadi masuk akal. Di tempat ini lah aliran sungai yang sebelumnya telah mereka seberangi bermuara.

“Gerimis”,

“Gerimis”,

Emil dan Cindy menyadari bahwa hujan akan segera datang. Wajah dan telapak tangan mereka telah terlebih dahulu merasakannya.

Rupanya hujan deras dari atas langit yang sudah tidak bisa mereka lihat lagi untuk sementara waktu juga bisa menembus sampai di dalam tanah bumi.

“Sebaiknya kita segera mendirikan tenda”, pimpin Ayu.

“Tepat sekali”,

“Setelah pendakian tadi tenaga kita banyak terkuras”, timpal Jono.

Setelah berhasil melewati titik bulatan hitam yang ketiga. Tim pemburu harta karun pun memutuskan untuk mengambil waktu jeda.

Tidak hanya cukup untuk meredakan penat, manusia juga butuh makan.

Mereka mendirikan dua buah tenda di dekat sungai.

              Di dekat sumber mata air di dekat pohon-pohon kecil yang tumbuh dengan daun-daun yang begitu lebat.

Yang tidak diketahui oleh banyak orang selama ini.

Ternyata ada sebuah kehidupan di alam bawah tanah.

1
April Lia
wew mantap tuh harta Karun nya/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!