"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya jujur aja, dia nggak ada niat sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya.
Hipotermilove? Apa itu?? Temukan jawabannya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sad girl
Persidangan selesai. Semua bernafas lega, bukan semua.. Hanya kubu Abhi dan kliennya saja yang terlihat bahagia. Saling balas senyum dan berjabat tangan, saling lempar ucapan selamat dan sedikit berpelukan. Sedangkan di kubu lawan, mereka merenggut kecut bak orang nahan kentut di tengah upacara saat semua sedang mengheningkan cipta.
Lagi-lagi Abhi dan timnya memenangkan persidangan. Bukan hal baru sebenarnya, tapi yang berbeda adalah Abhi cukup banyak terbantu dengan data-data valid yang dikumpulkan Den. Kasus ini hampir saja tidak bisa Abhi tembus jika saja Den tidak turun langsung ke lokasi untuk mencari bukti dan saksi kunci yang ternyata terlewatkan oleh tim penyidik.
Semua itu berbuah manis, Den mendapat pujian oleh klien yang menggunakan jasanya, juga nama Den mulai dilirik sebagai advokat muda yang punya intelijen tinggi.
"Good boy." Puji Abhi terang-terangan di depan publik. Den mengangguk sambil tersenyum.
Selesai dengan jadwal di persidangan, Den harus kembali ke kantor. Bukan bersama Abhi, karena Abhi langsung kembali ke rumah, bininya sudah memberondong dengan puluhan pesan chat agar dirinya segera pulang. Anak mereka rewel, nangis terus, kangen bapaknya katanya. Padahal Abhi tahu maksud terselubung di balik rengekan manja istrinya itu, ngajak kelon gaess! Ya, emang itu tujuan Deepika. Dia tidak tahan melihat ketampanan paripurna suaminya di persidangan hari ini yang ditayangkan secara live di stasiun televisi swasta. Jangankan masih sore kayak gini, siang bolong juga bakal disikat aja kalo mode 'pengen' on!
Untungnya ada rekan kerja Den yang lain yang juga harus kembali ke kantor mereka, Den serta merta langsung mengiyakan ajakan si penolong tersebut kala menawarinya tumpangan menuju kantor.
"Selamat ya." Kata Tisya menyambut kedatangan Den dengan senyum tipis aja.
"Peluk dong. Masa selamat doang. Dua hari tiga malam kurang tidur ini."
Den menunjuk ke matanya. Memang lingkar mata pemuda itu sedikit menghitam menandakan jika si empunya terlalu memforsir diri serta kurang istirahat.
"Nggak ada peluk-pelukan! Ayo ah, katanya mau ketemu ibu mu."
Di kantor masih sangat ramai sebenarnya, selain jadi bintang utama hari ini Den juga menjadi buah bibir karena kedekatannya dengan Tisya. Apa Den peduli? Ya itung-itung Dia happy lah! Dia malah senang bisa mempublikasikan hubungannya dengan Tisya tanpa perlu repot koar-koar di depan umum.
"Pakai motorku aja. Pulang ke rumah mu, aku anter. Besok ke kantor, aku jemput."
Padahal dia sudah lelah tapi bagaimana lagi, ibunya juga sangat ingin bertemu dengan Tisya. Sosok perempuan yang berhasil mencuri hati Den dan menepikan Risa yang hanya dianggap sebagai adik saja.
"Bawa mobil aja."
Perempuan itu melemparkan kunci mobilnya ke arah Den. Secepat kilat Den menangkap kunci mobil yang melayang ke arahnya. Sekilas teringat guyonannya tadi pagi bersama Abhi, tentang kado hadiah pernikahan yang dia minta pada seniornya tersebut. Ya kali beneran dikasih kado mobil Tesla, terus terang Den hanya bercanda. Tidak serius malak seniornya dengan meminta kado semahal itu.
Tentu aja Den menolak usulan Tisya. Dia tidak ingin difasilitasi oleh wanita, meski wanita itu sudah berstatus calon istrinya. Tisya meminta Den membawa mobilnya saja, karena tahu lelaki itu pasti butuh istirahat. Di mobil Den bisa tidur selama perjalan, Tisya sudah pernah berkunjung ke rumah Den dulu. Jadi dia hafal rute jalan menuju ke sana tanpa harus bertanya pada calon imamnya. Tapi, bukan Den namanya kalau nggak ngotot. Akhirnya keduanya sepakat pulang dengan kendaraan masing-masing. Den dengan FU, Tisya dengan Yaris nya.
Bisa Tisya lihat Den begitu gagah ketika berada di atas motornya, pun saat lelaki itu menunggunya tadi ketika dia harus mengeluarkan mobil terlebih dahulu dari parkiran, melihat Den sudah siap di atas motor dengan kepulan asap yang mengelilinginya akibat pembakaran nikotin dari rokok yang terselip di antara jemari tangan Den, seperti menambah kesan savage di mata Tisya.
"Dasar bocah."
Ujar Tisya saat Den melewati mobilnya, sengaja membuka kaca helm full face bagian mata lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah Tisya. Di akhiri dengan membuat simbol hati yang diciptakan dari menautkan ibu jari serta jari telunjuk masih ke arah wanita yang sama. Bagaimana Tisya tidak salting brutal dicintai secara ugal-ugalan oleh berondong modelan Den.
"I love you Ra!" Jelas sekali terdengar di telinga Tisya.
Aiih, Tisya langsung membunyikan klaksonnya berharap Den bisa fokus berkendara dari pada main ngebaperin orang di jalan raya kayak gini. Tapi, Den mengartikan lain. Bagi Den, klakson yang Tisya tekan adalah balasan pernyataan cintanya. Bunyinya memang 'Tintiiiiien' , namun bagi Den terdengar seperti 'I love you too, sayang'. Serah kau lah Den. Suka hati kau lah!
Tiba di rumah Den. Halaman rumah yang asri menyambut kedatangan mereka. Tidak ada lagi jemuran baju di depan rumah, mungkin Sundari sudah mengambilnya sebelum didahului oleh guyuran hujan. Langit sore ini nampak hitam pekat, sudah bisa dipastikan jika sebentar lagi akan turun hujan lebat.
"Assalamualaikum." Den masuk bersama dengan Tisya.
"Waalaikumsa-lam.." Sundari sempat terkejut melihat kedatangan putranya bersama seorang wanita yang tidak bisa dikatakan biasa saja.
Penampilan Tisya yang masih menggunakan outfit kantoran, ditambah sapuan riasan makeup minimalis tapi tetap memukau, juga rambut yang dibiarkan tergerai, tak ayal membuat Sundari betah berlama-lama memandang wajah Tisya.
Barulah saat Den berdehem, Sundari tersadar dari kekagumannya pada sosok cantik yang datang bersama putranya.
"Ini Ara Bu. Calon istri ku." Den memperkenalkan Tisya tanpa basa-basi terlebih dahulu setelah mereka duduk bersama di ruang tamu.
Den hanya melepas helmnya saja tanpa merapikan rambutnya yang sedikit berantakan oleh ulah sang pelindung kepala. Hal itu membuat Tisya gemas ingin menjambak rambut Den saat itu juga. Tahan Sya tahan, bukan waktunya main jambak-jambakan sekarang!
"Ara.. Ara sudah lama kenal sama Den?" Tanya Sundari mengawali interogasinya terhadap calon mantu.
"Sejak Den masuk kantor kami bu. Kami sering ditempatkan dalam satu tim. Mulai dari situ, kami dekat."
Den mengetikkan sesuatu di ponselnya. Menggeser ke arah Tisya.
'Pembohong yang manis, tenang aja. Aku siap nanggung dosamu.'
Tisya tersenyum ke arah Den, ingin mengumpat lelaki itu rasanya. Bisa-bisanya menggodanya di saat seperti ini. Namun di mata Sundari, senyuman itu menandakan jika Tisya memang memiliki ketertarikan luar biasa pada anaknya. Edeh.. Salah konsep bu Sun!
"Berarti kalian sama-sama magang di sana ya? Kenapa harus buru-buru menikah, menikah itu butuh persiapan yang matang. Selain segi materi juga dari mental kalian masing-masing. Kalian masih sangat muda, ibu khawatir pekerjaan kalian nanti terganggu dengan persiapan pernikahan yang akan kalian adakan." Ujar Sundari masih dengan senyuman di wajahnya.
"Ara ini senior ku buk. Dia yang ngasih bimbingan tugas hukum, yang ngawasi pekerjaan ku, juga yang ngajarin aku semua hal tentang pekerjaan ku sebagai junior magang. Benar gitu kan, sayang?" Den menatap ke arah Tisya.
Kembali Tisya hanya tersenyum saja.
"Astaga, maaf.. Ibu kira kamu seumuran dengan Den, wajah mu terlalu muda jika disebut seniornya bocah gemblung ini. Ibu tidak mempermasalahkan perbedaan usia, semua ini kalian yang menjalani. Karena kalian sudah memutuskan akan menikah, ibu rasa kalian memang sudah memantapkan hati untuk hidup bersama--"
Praaangtangtangtangtang
Bunyi rantang jatuh terdengar begitu nyaring. Ketiga ah salah, keempat orang di sana jadi terkejut bukan main.
Terlebih keterkejutan itu diperlihatkan oleh gadis yang akan mengucapkan salam tapi keburu dikagetkan oleh ucapan Sundari yang memberi restu kepada Den dan... Dan wanita yang dulu pernah datang menjenguk Den ketika Den sakit, ya.. Gadis itu mengingat Tisya.
"Risa.." Sundari menghampiri Risa yang masih mematung di tempat.
Risa menunduk menyembunyikan tetesan air matanya. "Biar Risa yang beresin buk.." Ucap Risa berusaha membereskan kekacauan yang terjadi karena ulahnya. Lantai depan rumah Sundari jadi dihiasi tumpahan telur balado, orek tempe dan sayur sup.
Risa memang memanggil Sundari dengan sebutan ibu, karena mereka sudah saling kenal dan dekat sejak Risa kecil.
Kowe tau ning uripku, tansah ono ning atiku,
Ra bakal luntur sak durunge janur kuning melengkung,
Opo kowe ra kelingan.. Mbiyen mlaku bebarengan,
Ibarat langit karo rembulan
Tresnaku ra bakal ilang
Sayang.... Nananananana terusno dewe!
Den be like : Ngantuk oee, tidur bantalan paha mu bentar boleh Ra?
Tisya be like : Kanjeng rantang oh kanjeng rantang, tiap datang bikin orang jantungan!
Risa be like : Tega kamu mas, hiks hiks.. Kurang apa aku selama ini di mata mu. Nemenin kamu dari bayik, giliran mau nikah malah milih betina lain!
Sundari be like : Eman-eman amat ini telur pada gelinding di lantai, harusnya jadi menu makan malam.. Ah.. Nasepmu lur telur..
kadang diem aja pasti salah sih depan emak emak yang lagi kesel apalagi ini bumil pasti mood nya naik turun,
iku ngunu hp an mumpung nunut wifi 😂