Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rezeki & dan Resto pelit
Sarah memaki maki bawahannya yang tidak serius dalam bekerja.
" Bagaimana, apa ada petunjuk dimana keberadaan anak itu " Tanya Sarah pada bawahannya.
" Belum Bu, maafkan kami " Para bawahan menunduk penuh rasa bersalah.
" Bagaimana dengan rekening nya, apa tidak ada pergerakan sama sekali "
" Ada Bu, tapi seperti nya Nona menarik semua uang yang ada di dalam rekening nya di hari yang sama saat Nona pergi "
Sarah tertawa sinis
" Biarkan saja, paling berapa uang yang dia punya. Mau bertahan sampai kapan dengan uang segitu, kalau uangnya habis dia pasti pulang " Sarah sangat meyakini itu.
Sementara di tempat lain Tari mulai bersiap untuk berbelanja keperluan nya, Ia menghitung sisa uang yang Ia punya. Untuk bertahan hidup dirinya harus berhemat, setidaknya sampai Ia dapatkan pekerjaan yang cocok untuknya.
Untuk pertama kalinya Tari menginjakkan kakinya di pasar tradisional, tempat ini yang Ia pilih untuk berburu keperluannya.
Membeli beberapa pasang pakaian, sepatu dan bahan untuk memasak yang lainnya, tidak lupa juga membeli susu untuk janin yang ada di rahimnya.
" Sayang, maafkan Mama kalau kamu tidak akan pernah tahu kelak siapa Ayah kandung mu. Kita akan hidup bersama dan saling menguatkan, kita tidak bisa mengganggu Ayahmu apalagi menghalangi kebahagiaan nya " Batin Tari.
Setiap hari Ia mulai mencari pekerjaan namun sudah seminggu ini tidak Ia dapatkan, tinggal di pinggiran kota seperti sekarang ini tidak ada pekerjaan dengan gajih memadai seperti di kota.
Tari merasa sangat lapar, entah mengapa indra penciuman nya membawanya pada sebuah rumah makan, liur nya sampai menetes melihat makanan yang biasa Ia benci malahan ingin Ia nikmati saat ini.
" Udang lobster, humm enak " Tari mengusap perutnya.
Ia melihat tarif menu dan terkejut
" Astagfirullah seratus lima puluh ribu satu kali makan, yang benar saja "
Tari mulai menghitung hitung dengan jarinya sendiri.
" Seratus lima puluh ribu kalau aku masak sendiri bisa untuk tiga hari, ya sudah aku masak saja "
Tari harus meredam keinginannya untuk menyantap udang besar itu.
" Nona, mau makan. Ayo masuk "
Seorang pelayan menghentikan langkah kaki Tari.
" Oh tidak Mbak "
" Tidak perlu bayar Nona, kebetulan hari ini pemilik warung ini bersedekah untuk sepuluh orang yang beruntung dan Nona sepertinya salah satunya, karena hanya tersedia satu porsi "
Tari bersorak dalam hati, Ia sangat bahagia karena bisa me
nikmati hidangan seharga seratus lima puluh ribu.
" Mari Nona "
Tari mengangguk dan ikut masuk kedalam, Ia duduk di meja paling ujung menunggu hidangannya datang.
" Ini dia Nona, silahkan di nikmati " Ucap pelayan mempersilahkan.
Tari memperhatikan hidangan yang ada di meja, Ia berdecak kagum.
" Pantas saja mahal, kalau satu porsi banyak begini. Gimana caranya aku makan, mana bisa aku menghabiskan makanan ini seorang diri " Gumam Tari.
Ia mulai menyantap hidangan makan siangnya, dalam hati Ia bersyukur atas rezeki yang Ia dapat hari ini.
" Permisi Mbak, maaf ~ itu makanannya tidak habis, bolehkah di bungkus biar aku bisa bawa pulang " Tari memberanikan diri.
Pelayan itu tersenyum dan mengangguk.
" Tentu saja boleh Nona, tunggu sebentar ya "
Dua orang pelayan nampak sibuk menyiapkan semua untuk Tari.
" Ini Nona, oh ya ~ kalau Nona berkenan Nona bisa datang kemari setiap hari Jum'at. Itupun kalau Nona mau karena disini ada makanan gratis seperti hari ini "
Tari mengangguk mengerti dan mengambil bingkisan nya dari tangan pelayan. Tari kembali dengan penuh rasa syukur karena sisa dari makanannya bisa buat makan malamnya nanti.
" Apa kalian sudah lakukan apa yang aku perintahkan " Tanya seorang wanita.
Para pelayan mengangguk mengiyakan.
" Sudah Bu, sesuai yang Ibu perintahkan "
Tari tiba di kontrakan nya, Ia memijat kakinya yang pegal karena berjalan jauh hari ini. Karena kelelahan Ia tertidur hingga malam hari.
Ketika terbangun Ia membuka kembali bingkisan yang di berikan untuk nya, alangkah terkejutnya ketika melihat apa isi di dalamnya.
" Kenapa makanannya berubah, bukankah tadi tinggal sisa saja, ini kok makanannya baru. Ada telur, daging rendang, udang. Apa mungkin mereka salah " Gumam Tari.
Ia memasukkan nya kedalam kulkas, karena kontrakan nya yang cukup mahal jadi ada beberapa pasilitas yang memadai di dalamnya termasuk kulkas dan TV.
" Kapan kapan saja aku tanya mereka, kalau salah tinggal aku bayar nanti " Gumamnya.
Setelah makan Ia mulai mencari lewat ponsel siapa tahu ada lowongan pekerjaan untuk nya, berbekal ponsel dan nomor baru yang Ia beli kemarin jadi bisa Ia gunakan untuk mencari lowongan pekerjaan.
Senyum terbit di sudut bibirnya ketika membaca lowongan pekerjaan yang tertera di sebuah aplikasi.
" Wah seperti nya tempatnya tidak jauh dari sini, besok saja aku kesana. Semoga saja bisa di terima sebagai karyawan "
Malam berganti siang, Tari sudah siap dengan baju yang lebih layak. Ia sangat berharap mendapatkan pekerjaan hari ini, Ia sudah lelah mencari.
" Assalamu'alaikum, boleh bertemu sama pemilik tempat ini " Tanya Tari ramah.
Seorang karyawan Resto menatapnya lekat dari ujung kaki hingga ujung kepala.
" Ada perlu apa Nona " Tanyanya.
" Hm begini, aku dengar disini membuka lowongan pekerjaan, apa aku bisa mendaftarkan diri "
Wanita itu tersenyum
" Benar, disini lagi butuh karyawan. Mari ikut saya "
Tari melangkah mengikuti Pria itu, I di arahkan hingga ke belakang. Beberapa orang berpapasan dengannya dan Tari menyapanya dengan senyum.
" Disini Nona, apa Anda bisa bekerja disini " Tanya Pria itu.
Tari melongo melihat tumpukkan piring kotor yang begitu banyak disana
" Disini, jadi tukang cuci piring " Tanya Tari seperti bergumam.
Antara percaya dan tidak, namun Pria yang di tanya mengangguk membenarkan.
Tari menggeleng pelan, lowongan tadi untuk pramusaji bukan tukang cuci piring.
" Tapi Pak, tadi aku baca lowongan untuk pramusaji bukan tukang cuci piring seperti ini " Tari protes karena tidak sesuai dengan yang Ia bayangkan.
" Memang kemarin ada lowongan untuk itu, tapi sekarang sudah tidak, karena tempat itu sudah ada yang mengisinya lebih dulu. Kalau Anda mau silahkan, kalau tidak Anda bisa langsung pergi dari sini "
Ingin rasanya marah dan pergi, namun Ia sangat butuh pekerjaan. Lagipula sudah sepuluh hari Ia mencari pekerjaan namun tidak Ia temukan juga pekerjaan yang lebih baik dari ini.
" Baiklah Pak, aku bersedia " Tari terpaksa menerimanya.
Ia mulai bekerja dengan giat, hari berganti hari Ia merasa berbeda.
Pemilik Resto yang pelit, mereka tidak bisa makan sesuka hati. Makan siang hanya nasi dan satu biji telur di belah dia, padahal di dalam kaca besar tersedia bermacam macam menu makanan yang menggugah selera.
Ia menyantap makan siangnya, hanya satu sendok nasi dan satu telur di bagi berdua dengan rekan kerjanya.
🌹🌹🌹
Hai Hai Bunda, mampir dong ~~~
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, komen yang banyak biar karyanya lancar ok, makasih 🙏 semoga jempolnya makin berkah dan sukses 🤲
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰