Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 : Konfrontasi Arum
Liana berusaha untuk menjalani kehidupannya pagi itu senormal mungkin meski keadaan hatinya sudah porak-poranda. Ia bertekad untuk tetap bertahan demi calon anaknya yang masih berada dikandungan. Jujur, dia enggak bakalan bisa legowo kalau Yudis bisa berbahagia dengan Tiara sementara dia akan menderita sendirian.
"Aku bersumpah Mas, kamu juga enggak bakalan bisa sama Tiara juga!" Liana bertekad liat. Dipandangnya cermin rias berbentuk bulat yang ada di dalam kamarnya itu. Tangannya mengepal erat hingga membuat kuku-kuku jadi tangannya memutih.
Sementara di kantor Yudis yang baru saja tiba malah membagi-bagikan kartu undangan kepada rekan-rekan sejawatnya.
"Wah, acara apaan nih, Dis?" Tanya seorang rekan kerjanya yang bernama Aditya.
"Selamatan 7 bulanan Istri gue," jawab Yudis dengan gaya yang lebih santai kalau bicara dengan sesama rekan kerja dan orang dekatnya.
"Widih Istri lu udah hamil 7 bulan? Selamat ya!" Adit langsung menepuk pundak Yudis beberapa kali.
"Thanks, jangan lupa datang ya," balas Yudis yang enggak bisa menutupi lagi kebahagiaannya. Perasaannya sedang membuncah saat ini membuat ia semakin bersemangat untuk membagikan semua undangan itu cepat-cepat.
"Dis, kita perlu bicara!" Arum, ya dia ternyata satu kantor meski beda bagian langsung menghampiri Yudis dan menyeret pria itu ke tempat lain yang lebih sepi.
Yudistira dan Arum akhirnya berjalan ke sebuah lorong yang sepi, jauh dari lalu-lalang dan perhatian orang-orang.
"Maksud kamu apa bagi-bagi ini?" Arum tampak marah sambil memegang kartu undangan acara selamatan milik Yudis.
"Apa? Kenapa? Gak suka?" Yudis terlihat marah. Sorot matanya tajam menatap wajah Arum.
"Kamu gak memikirkan gimana perasaan Liana kalau dia sampai tahu ini?! Dan kamu berani-beraninya melakukan hal ini secara terbuka!" Arum yang udah enggak bisa menahan emosi langsung melempar kartu undangan itu ke arah tubuh Yudis.
"Gak usah kamu bahas Liana di sini!" Yudis tampak tidak peduli dengan apa yang telah diucapkan oleh Arum.
"Lu gak punya hati, Dis! Liana itu cinta banget sama lu dari dulu, tapi lu malah bersikap kayak gini?" Arum dengan gemas menunjuk Yudis dengan jari telunjuknya yang diarahkan ke arah tengah dada pria itu. "Seenggaknya pakai nurani lu sedikit, Dis! Liana itu lagi sakit dan cuma kita yang tahu! Kenapa lu gak bisa berbaik hati sedikit sama dia?" Arum bicara dengan mata berkaca-kaca. Selain Tiara, Arum merupakan salah satu teman dekat Liana dulu selama di kampus.
"Gua udah capek sama kalian, dan lu ga bisa maksa gua untuk tetap sama Liana karena gua gak cinta!" Yudis dengan dingin segera berjalan melewati Arum.
"Kalau gitu kenapa lu terima dia waktu itu?? Lu cuma mainin dia, Dis!"
Arum berharap Yudistira bakal memikirkan ulang segala keputusannya dan bisa sedikit lebih memahami Liana dan kembali bersikap baik. Tapi tidak, pria itu tetap memilih pergi. Arum hanya bisa menatap pasrah dengan wajah penuh kecemasan.
Akhirnya Arum pun tak punya pilihan lain. Ia memutuskan untuk menelepon Tiara saat itu juga.
.
.
Tiara yang sedang berada di rumah pagi itu terlihat sedang berada di dapur membuat susu untuk dirinya sendiri. Ia tersenyum dan sesekali tangannya terlihat sedang mengelus-elus perut buncitnya.
"Kita minum susu dulu ya, sayang...," ucapnya dengan suara yang halus dan lembut.
Tiara mengeluarkan sendok dari dalam gelas yang ia gunakan untuk mengaduk dan meletakkan sendok kecil itu ke samping gelas dengan beberapa tetes air susu yang tersisa pada permukaannya. Tiara baru meletakkan tangannya di gelas untuk meminumnya namun pergerakannya terhenti saat mendengar ponselnya yang ada ia letakkan di dalam kamar berbunyi.
"Mas Yudis kali ya...," ujarnya dalam hati dan langsung berpikir telepon itu dari Yudis.
Cepat-cepat ia pergi ke kamar untuk mengambil ponsel tersebut. Ia tak ingin membuat Yudis menunggu.
Tiara membuka pintu ruangan kamarnya dan melihat ke arah ponselnya yang sudah bergerak-gerak karena bergetar di atas ranjang dengan terbalut sprei merah-muda di atasnya.
Namun ternyata panggilan itu bukan berasal dari Yudis, melainkan Arum.
"Arum...."
Tiara terdiam sebentar sambil memandangi layar ponselnya ketika melihat nama Arum tertera. Ada sebuah keraguan tersirat di wajah Tiara untuk mengangkat panggilan tersebut, karena dia tahu Arum sangat peduli dengan Liana, dan kalau dia sampai menelepon, hal itu pasti akan berkaitan dengan Liana....
Tiara terlalu banyak bengong hingga telepon dari Arum mati sendiri. Tapi hanya beberapa saat kemudian Arum kembali meneleponnya.
Tiara menghela napas sesaat dan akhirnya menerima panggilan itu dan menekan tombol 'terima' pada layar ponselnya.
"Ya, halo. Arum? Ada apa, ya Arum?" Tiara mencoba untuk bersikap tenang dan netral dahulu. Dia enggak mau langsung nembak kalau wanita itu pasti ingin membahas soal Liana.
"Ra, aku ingin tanya, apa kamu tahu apa yang dilakukan sama Yudis?" Nada suara Arum sudah terdengar enggak enak. Dia seperti sedang sengaja menyindir sesuatu.
"Mas Yudis? Ada apa? Apa yang dilakukan sama Mas Yudis, Rum?" Tiara agak kaget ternyata Arum membahas soal Yudis. Tapi kok, dari nada suaranya Arum terdengar kesal. Tiara jadi khawatir kalau Yudis melakukan sesuatu yang tidak baik.
"Apa kamu yang suruh dia buat bagi-bagi kartu undangan selamatan untuk anak kalian di kantor?"
Tiara langsung terkejut setelah mendengar pernyataan itu dari Arum. Dia benar-benar enggak mengira kalau Yudistira bakal seberani itu.
"Astaga, aku enggak tahu soal itu. Mas Yudis melakukan itu?" Balas Tiara yang menjadi khawatir.
"Hmph, kamu tanya aja sendiri sama dia! Pokoknya aku enggak mau soal ini sampai ketahuan Liana!"
Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Arum sebelum mematikan telepon. Hati Tiara bergetar saat Arum menyebut nama Liana lagi. Kejadian di dalam supermarket itu masih belum bisa ia lupakan.
"Aku harus cepat-cepat menghubungi Mas Yudis," pikirnya dan langsung memanggil nomor pria itu.
"Kenapa sayang? Tumben masih pagi udah nelepon?" Yudis menyapa Tiara dengan mesra.
"Mas, apa kamu nyebarin undangannya di kantor juga?" Tiara langsung bicara dan bertanya tanpa basa-basi.
"Pasti Arum yang kasih tau kamu." Yudis pun langsung bisa menebak darimana Tiara mendapat info tersebut.
"Iya, Mas. Dia menghubungi aku dan marah-marah...," jawab Tiara menceritakan tentang emosional Arum, "Mas tolong jangan diterusin ya, lebih baik undang ke teman Mas yang lain, jangan di kantor...," pintanya dengan suara memohon berharap Yudis dapat mengerti.
"Baiklah aku akan undang teman-temanku di tempat lain saja...." Walaupun dia merasa marah dan kesal karena seolah keputusan dan tindakannya jadi terkekang hanya karena Liana, tapi ia masih mau mengalah untuk Tiara dan mendengarkan nasihat wanita itu.
"Makasih Mas, maaf kalau aku terkesan terlalu mengatur...," ucap Tiara yang merasa jadi gak enak. Dia tahu belakangan ini dia sudah terlalu sering meminta Yudis untuk menahan diri hanya demi menjaga rahasia mereka.
"Aku melakukan ini buat kamu dan anak kita, aku sayang kamu, Ra...."
Yudis begitu romantis. Kata-katanya barusan mampu membuat wanita manapun merasa bahagia bila menjadi pasangannya. Pantas saja ia dicintai oleh dua wanita sekaligus. Dia lumayan tampan, tipe yang wajahnya enak dilihat, enggak ngebosenin. Bisa memahami wanita dengan cepat, perhatian dan pekerjaannya pun sudah sangat mapan. Tapi ketika salah satu cinta itu ingin dia lepas, rasanya semua jadi salah dan terlalu terlambat.
Apa yang akan terjadi diantara cinta segitiga terlarang ini??
.
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...