Nicholas Alistair adalah definisi dari bahaya yang memikat. Seorang Boss Mafia kelas kakap dengan kerajaan yang dibangun di atas ketakutan dan baja. la dingin, kejam, dan memiliki segalanya-kecuali hati. Hidupnya sempurna di bawah kendali, hingga ia harus melakukan perjalanan ke pelosok desa terpencil untuk menyelesaikan urusan bisnis yang berdarah.
Di sanalah ia bertemu Rania
Rania, si gadis desa dengan pesona alami yang polos dan lugu, memiliki keindahan yang memabukkan. Postur tubuhnya yang ideal bak gitar spanyol adalah magnet yang tak terhindarkan, membuat mata Sang Don tertuju padanya. la adalah bunga liar yang tumbuh di tempat yang salah, dan Nico, Sang Penguasa Kota, memutuskan ia harus memilikinya.
Apa yang dimulai sebagai obsesi, perlahan berubah menjadi hasrat yang membara. Nico menarik Rania dari kehidupan sederhananya, memaksanya
masuk ke dalam sangkar emas yang penuh intrik, kekayaan, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 Menuju Sarang Singa
BLAM!
Suara pintu Audi A8 L yang tertutup terasa seperti palu yang memukul pintu penjara. Rania tersentak di kursi belakang. la baru saja selesai menenun kebohongan terbesar dalam hidupnya, kebohongan yang ia harap akan melindungi Ayah dan Ibunya dari kebenaran pahit: bahwa ia, Rania, kini adalah jaminan utang desa
la menoleh ke luar jendela sekilas, melihat sosok Ayahnya, Pak Bima, masih berdiri membeku di ambang pintu rumah, siluetnya memudar dalam
gelapnya senja. Air mata yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya mengalir deras, namun tanpa suara. la harus kuat. la harus memenangkan waktu satu bulan ini demi mereka.
Di sebelahnya, Nicholas Alistair duduk dalam keheningan yang mutlak.
Nicholas tidak menunjukkan ketertarikan pada drama perpisahan Rania, ia hanya fokus pada tablet yang menampilkan grafik saham dan angka-angka yang kompleks. Kehadirannya begitu dingin, begitu berkuasa, seolah-olah Rania hanyalah tas belanja yang baru saja diangkut.
"Kau menghabiskan tepat sepuluh menit,"'kata Nicholas tanpa mengalihkan pandangan dari layar, suaranya rendah dan tak bernada.
"Aku menghargai ketepatan waktu. Sekarang, tidurlah jika kau mau. Perjalanan masih panjang.
Rania menyeka air matanya dengan punggung tangan.
"Aku tidak bisa tidur."
Nicholas akhirnya menyimpan tabletnya. la memutar kepalanya, dan tatapan matanya yang tajam itu langsung menusuk.
"Tentu saja tidak. Kau adalah gadis desa yang dicabut dari akarnya dan dilempar ke dalam sangkar singa. Wajar jika kau gelisah. Tetapi aku sudah memberimu janji. Tanahmu aman. Keluargamu aman. Aku tidak akan membiarkan siapa pun dari organisasiku menyentuh mereka.
"Aku tidak percaya pada mafia, " balas Rania tajam, meski suaranya sedikit bergetar.
Senyum Nicholas kembali tersungging, senyum yang lebih mengancam daripada amarah.
"Mafia adalah tentang kepercayaan, Rania. Kami lebih menghargai janji lisan daripada politisi mana pun. Aku sudah bersumpah. Fokuslah pada peranmu selama satu bulan ke depan."
Rania memilih diam. Setiap kata yang keluar dari mulut pria itu terasa seperti jerat baru yang melilit lehernya, la memalingkan wajah, menatap ke luar jendela.
Marco, yang mengemudi, dengan ahli melewati jalanan desa yang berliku. Lalu lintas segera berubah. Jalanan yang tadinya berlubang perlahan berganti menjadi aspal mulus jalan tol, dan kecepatan mobil meningkat drastis.
Gio, yang sibuk di kursi depan, tiba-tiba berseru riang
"Don! Sinyal sudah penuh! Kita bisa streaming tanpa buffering sekarang!"
"Fokus pada jalur tol, Gio, " tegur Marco tanpa emosi.
"Saya kan navigator, Marco! Saya hanya melaporkan perubahan kondisi sinyal di lingkungan yang baru!" balas Gio cemberut.
Nicholas menghela napas, gestur yang menunjukkan kelelahan abnormalnya terhadap kejenakaan teknis Gio.
"Gio, kerjakan apa pun yang kau kerjakan, tapi pastikan keamanan telekomunikasi Rania diatur sesuai instruksiku."
"Siap, Don! Semua aplikasi pelacak lokasi dan berita lokal Desa Harapan sudah saya blokir dan alihkan ke server dummy! Dia hanya akan melihat berita tentang fashion dan tren kuliner kota, " lapor Gio bangga.
Rania mendengar percakapan itu. Rasa terkejut bercampur dengan kemarahan. Ia bukan hanya di culik. Ia di awasi dan dimanipulasi secara digital. Mereka sudah memotong semua jalan kembali.
Perjalanan berlanjut. Perlahan, kontras antara dua dunia mulai terlihat jelas. Sinar rembulan yang biasanya menerangi barisan pohon jati di desanya,
kini berganti menjadi kilauan lampu kota yang padat. Rania melihat ribuan lampu mobil, lampu gedung yang menjulang tinggi, dan papan reklame raksasa yang berkelip-kelip. Keramaian yang luar biasa, namun terasa sunyi karena mobil kedap suara itu.
Rania menempelkan tangannya ke kaca, merasakan dinginnya kaca. Di desa, ia mengenal setiap daun, setiap bebatuan. Di sini, ia merasa seperti setitik debu yang dihempaskan ke galaksi yang asing.
"Pemandangan yang berbeda, bukan?"tanya Nicholas, suaranya tiba-tiba terasa lebih personal.
Rania menoleh. "Ini...menakutkan, " ia mengaku jujur.
"Begitu banyak orang, tapi tidak ada yang mengenal satu sama lain."
"Kota adalah tempat terbaik untuk sendirian, " balas Nicholas, pandangannya melunak sesaat.
"'Di desa, semua orang tahu namamu, urusanmu, dan masa depanmu. Di sini, kau bisa menjadi siapa pun yang kau mau. Atau, lebih tepatnya, siapa pun yang kuinginkan."
Kata-kata terakhirnya itu, dikemas dalam kemewahan dan janji, membawa kembali beban realitas: ia bukan turis, ia adalah properti sementara.
Saat mereka mendekati jantung kota, mobil mewah mereka disambut oleh barisan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.Mereka memasuki area pusat bisnis, di mana bangunan-bangunan itu tampak bersaing untuk menyentuh awan.
Marco memarkir mobil di area parkir basement yang dijaga ketat. Bahkan di basement, udaranya dingin dan bersih
"Kita sudah sampai". kata Nicholas, membuka pintu mobilnya dengan gerakan yang luwes.
Rania keluar. la harus mendongak ke atas untuk melihat bangunan itu. Itu adalah menara kaca dan baja yang tampak dingin dan tak terjangkau, markas besar Alistair Group
"Ikuti aku,". perintah Nicholas, nadanya kembali menjadi otoritatif.
Mereka melewati lobi yang terbuat dari marmer hitam mengkilap dan dihiasi dengan patung-patung mahal. Pengamanan di sini sangat ketat-setiap pintu memerlukan verifikasi retina atau sidik jari. Rania merasa seperti berjalan ke dalam bunker canggih.
Mereka naik lift ekspres yang membawanya langsung ke lantai paling atas -penthouse pribadi Nicholas Alistair. Begitu pintu lift terbuka, Rania harus menahan napasnya.
Ruangan itu didominasi oleh jendela panorama floor-to-ceiling yang menampilkan pemandangan kota di malam hari. Lampu-lampu metropolitan yang tak terhitung jumlahnya terlihat seperti permadani
berlian berlian. Kemewahan di sini terasa sunyi, tajam, dan mahal.
Nicholas bahkan tidak melihat keindahan pemandangan itu. Itu adalah latar belakangnya.
"Marco, "panggil Nicholas.
"Bawa dia ke kamar tamu VIP, pastikan ada makanan ringan dan air minum. Dan telepon stafku. Aku ingin penata gaya dan desainer datang besok pagi. Sebelum ia makan siang, aku ingin Rania terlihat... pantas."
Marco mengangguk, lalu menoleh ke Rania.
"Ikut saya, Nona Rania".
"Rania mengikuti Marco melewati ruang tamu yang besar, lalu masuk ke sebuah koridor. Marco membuka pintu kayu tebal dan berat.
Di dalamnya adalah sebuah suite mewah. Kamar tidur berukuran raksasa, kamar mandi marmer yang lebih besar dari dapur rumahnya, dan jendela besar yang menawarkan pemandangan malam yang sama memusingkannya.
"Ini adalah kamarmu, " kata Marco, menyerahkan kartu akses elektronik "
"Jangan coba-coba menggunakannya di lantai lain. Semua pintu ke luar dikunci secara otomatis setelah jam sepuluh malam. Don tidak suka ada masalah.-"
"Aku mengerti " bisik Rania.
Kamar itu terasa mewah, tetapi ia tahu bahwa tirai sutra dan seprai katun Mesir tidak bisa menutupi kenyataan bahwa kamar ini adalah penjara.
Marco keluar, menutup pintu di belakangnya, mengunci Rania sendirian. Rania berjalan ke kamar mandi, membuka keran, dan membiarkan air hangat memenuhi bathtub. la menatap pantulan dirinya!: wajahnya pucat, rambutnya sedikit kusam, dan pakaiannya kotor oleh lumpur desa.
la adalah seorang gadis desa, dicabut dari alam dan dilemparkan ke sarang singa. la telah menyelamatkan tanahnya. Sekarang, ia harus menyelamatkan dirinya sendiri.
Saat ia mencuci lumpur dikakinya, ia tahu tantangan yang sebenarnya baru saja dimulai. Besok pagi, mereka akan mencoba mengubahnya menjadi subjek yang pantas untuk Sang Don. Rania bertekad untuk
melawan —setidaknya di dalam hatinya.
la mengangkat kepalanya. Di depannya, di dalam pantulan cermin marmer bukanlah Rania yang polos.Itu adalah tawanan yang siap bertarung.