NovelToon NovelToon
Beban Kelahiran Yang Tragis

Beban Kelahiran Yang Tragis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: kegelapan malam

Kelahiran Senja Putri Baskara bukanlah awal, melainkan akhir.

​Awalnya, ia adalah janin yang dikandung ibunya, janin yang membawa badai-badai kehadirannya merenggut nyawa kakak laki-lakinya, Fajar Putra Baskara, menghancurkan bisnis keluarga, dan melenyapkan kebahagiaan sang ibu. Sejak hari pertama dirinya hadir, Senja adalah bayangan yang dicap sebagai pembawa sial.


​Satu-satunya cahaya di hidupnya adalah sang ayah. Pria yang memanggilnya 'Putri' dan melindunginya dari tatapan tajam dunia. Namun, saat Senja beranjak dewasa, cahaya itu pun padam.

​Ditinggalkan sendirian dengan beban masa lalu dan kebencian seorang ibu, Senja harus berjuang meyakinkan dunia (dan dirinya sendiri) bahwa ia pantas mendapatkan kebahagiaan.


Apakah hati yang terluka sedalam ini bisa menemukan pelabuhan terakhir, ataukah ia ditakdirkan untuk selamanya menjadi Anak pembawa sial? ataukah ia akan menemukan Pelabuhan Terakhir untuk menyembuhkan luka dan membawanya pada kebahagiaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegelapan malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Namun, sebelum dokter sampai di tempat tidur, Damar merasakan jemari Senja bergerak. Lemah, namun nyata. Senja menggenggam ibu jari Damar. Mata Senja terbuka perlahan, menatap Damar dengan pandangan yang kuyu namun penuh kehidupan.

"Da... mar..." suara itu nyaris tak terdengar, hanya sebuah bisikan udara yang lewat di bibir yang pecah-pecah.

Damar terisak kencang, ia menciumi telapak tangan Senja berulang kali, membasahinya dengan air mata kebahagiaan. Dokter segera melakukan pemeriksaan kilat dan mengembuskan napas lega.

"Dia sudah melewati masa kritisnya. Genggamannya kuat. Ini adalah keajaiban medis yang didorong oleh keinginan hidup yang luar biasa."

Senja tersenyum sangat tipis melihat ketiga bayinya yang kini tenang di sisinya.

Paramita telah kalah, kutukan itu telah musnah, dan kini, hanya ada cahaya yang abadi dalam keluarga kecil mereka.

Damar tidak lagi merasa takut. Ia memandang ke jendela luar rumah sakit saat fajar mulai menyingsing. Kegelapan telah berlalu, dan ia bersumpah akan menjadi benteng yang tak akan pernah bisa ditembus oleh siapa pun lagi demi menjaga Senja dan ketiga cahayanya.

Cahaya matahari pagi menerobos celah tirai ruang perawatan VIP rumah sakit, menyinari wajah Senja yang kini sudah jauh lebih segar. Meskipun balutan perban di perutnya masih terasa nyeri, semangatnya sudah pulih seratus persen. Di sisinya, Damar duduk setia, mengupas jeruk dengan ketelitian seorang ahli bedah.

"Damar... ayolah, tanya dokternya lagi," rengek Senja, menarik ujung kemeja suaminya dengan manja.

Damar menghela napas, menatap istrinya dengan senyum sabar. "Sayang, baru dua jam yang lalu Dokter memeriksa. Katanya, kita harus memastikan kadar hemoglobinmu benar-benar stabil. Kau sempat mati suri, Senja. Tolong, jangan buat aku jantungan dengan pulang terlalu cepat."

"Tapi aku bosan! Bau antiseptik ini membuatku mual," Senja mengerucutkan bibirnya. "Bayi-bayi kita juga pasti bosan di dalam boks plastik itu. Mereka butuh menghirup udara rumah kita. Kasihan mereka, Damar... Fajar, Binar, dan Cahaya pasti ingin tidur di kamar yang sudah kau siapkan."

Senja mulai mengeluarkan jurus andalannya: mata berkaca-kaca yang sulit ditolak Damar.

"Aku merindukan bantal kita, Damar. Aku merindukan masakan Ibu Fatimah. Dan aku merindukan studionya," lanjut Senja lagi. "Kalau aku tetap di sini, aku akan terus teringat lorong ICU yang menyeramkan itu. Pulang, ya?"

Damar menyerah. Ia meletakkan jeruknya dan mengecup dahi Senja. "Baiklah, si Keras Kepala. Aku akan bicara dengan tim medis. Tapi janji, kalau di rumah kau harus istirahat total. Tidak boleh ada kamera, tidak boleh ada pekerjaan dapur. Hanya kau, aku, dan tiga jagoan kita."

Senja bersorak kecil, melupakan sejenak nyeri di jahitannya. Baginya, pulang berarti kemenangan mutlak atas ketakutan.

Tiga hari kemudian, iring-iringan mobil Damar sampai di depan rumah baru mereka. Fatimah dan Bagus sudah menunggu di teras dengan wajah berseri-seri. Saat Damar menggendong salah satu bayi ke dalam rumah, sementara perawat membantu membawakan dua lainnya, Senja melangkah masuk dengan perasaan haru yang luar biasa.

"Selamat datang di istanamu, Nak," bisik Fatimah sambil memeluk Senja dengan hati-hati.

Saat mereka memasuki kamar bayi, Senja terhenti. Damar telah mengubah ruangan di samping kamar utama menjadi surga kecil. Tiga boks bayi kayu berwarna putih berjejer rapi, dengan wallpaper bertema langit dan bintang. Ada nama-nama yang terukir indah di atas setiap tempat tidur:

Fajar Arun Saputra pangeran kecil

Binar Mentari Saputra pangeran kecil

Cahaya Surya Saputra. Dan si bungsu tuan putri kecil

"Kau melakukan semua ini?" tanya Senja, jemarinya menyentuh kain lembut boks bayi itu.

"Aku mengerjakannya malam-malam saat kau masih tidur di awal kita mengetahui bahwa kita akan mempunyai anak kembar 3 sekaligus" jawab Damar, memeluk Senja dari belakang. "Nama-nama itu... aku ingin mereka menjadi pelita baru bagi hidupmu. Agar setiap kali kau memanggil mereka, kau ingat bahwa fajar telah menyingsing dan kegelapan benar-benar sudah berakhir."

Senja menangis bahagia. Kamar ini adalah simbol bahwa mereka bukan lagi pelarian, melainkan pemilik masa depan.

Satu bulan setelah kepulangan mereka, di tengah kesibukan mengurus bayi kembar tiga, Damar membawa sebuah map cokelat ke ruang tengah. Wajahnya terlihat sangat lega.

"Ini kabar terakhir," kata Damar, menyerahkan map itu kepada Senja.

Senja membacanya. Itu adalah putusan pengadilan. Paramita Baskara dijatuhi hukuman maksimal dua puluh tahun penjara atas percobaan pembunuhan berencana dan teror psikologis berkelanjutan. Semua hartanya yang digunakan untuk menyewa pembunuh bayaran telah disita untuk negara dan biaya kompensasi medis Senja.

"Dia mencoba banding, tapi pengacara Binsar sudah menutup semua celah. Dia tidak akan pernah bisa menyentuhmu lagi, Senja," tegas Damar.

Senja mengembuskan napas panjang. Anehnya, ia tidak merasa girang atau ingin memaki. Ia hanya merasa... kosong terhadap ibunya sendiri. "Biarlah, Damar. Aku sudah tidak menyimpan dendam. Di penjara itu, ia akan punya banyak waktu untuk menyadari bahwa kebenciannya hanya menghancurkan dirinya sendiri. Aku sudah menutup pintu masa lalu itu rapat-rapat."

Senja menutup map itu dan meletakkannya di meja. Baginya, Paramita bukan lagi monster; ia hanyalah bayangan dari masa lalu yang tak punya kuasa lagi di bawah cahaya rumah tangganya.

Dua minggu setelah kepulangan Senja Putri Saputra dan ketiga bayi mereka, Fajar Arun, Binar Mentari, dan Cahaya Surya, suasana di rumah baru mereka berubah drastis dari kedamaian menjadi kekacauan yang penuh cinta.

Rumah yang dulu sunyi kini dipenuhi oleh tangisan bersahutan, bau minyak telon, dan tumpukan popok bersih yang selalu menipis. Damar, sang Pelita yang perkasa, kini tak lebih dari seorang zombie yang tersenyum. Lingkaran hitam di bawah matanya semakin pekat dari hari ke hari, berbanding terbalik dengan pipi Senja yang perlahan kembali merona.

Pagi itu, Senja baru saja berhasil membaringkan Cahaya Surya (yang paling rewel) di boks bayi, dan baru akan menyentuh sarapannya yang sudah dingin. Tepat pada gigitan pertama, tangisan nyaring Fajar Arun (si bungsu yang paling kuat suaranya) meledak, diikuti oleh tangisan Binar Mentari (yang selalu ikut-ikutan).

"Damar!" panggil Senja putus asa.

Damar, yang baru tertidur selama 45 menit di sofa ruang tamu karena shift malamnya, langsung tersentak bangun. Ia berlari ke kamar bayi, rambutnya acak-acakan.

"Aku yang urus Fajar. Kamu urus Binar, Sayang. Ayo, kita hadapi ini!" seru Damar, mengambil Fajar yang menangis kencang.

Senja meraih Binar, yang terlihat marah karena popoknya basah. Saat Senja hendak mengganti popok Binar, ia merasakan rasa nyeri di perutnya. Ia mengabaikannya, fokus pada tugasnya.

Setelah pergantian popok, tangisan mereda. Senja membawa Binar ke kamar tidur untuk menyusu, sementara Damar membawa Fajar dan Cahaya ke ruang tengah.

Saat Senja melepas pakaiannya, ia terperanjat. Ada noda merah muda yang samar di pakaian dalamnya. Pendarahan ringan. Seketika, rasa panik yang sudah lama ia kubur kembali muncul, menusuknya seperti jarum es.

"Pendarahan... ini tidak normal. Apakah ini karena guncangan mobil itu? Apakah ada yang salah dengan jahitanku? Kenapa aku selalu tidak sempurna?" Senja merasa ketakutan

Ketakutan akan kematian dan trauma kecelakaan langsung menghantamnya. Ia buru-buru memakai pakaiannya kembali dan keluar, wajahnya pucat.

"Damar! Kita harus ke rumah sakit sekarang!" seru Senja, suaranya gemetar.

Damar langsung panik melihat perubahan ekspresi Senja. Ia meninggalkan ketiga bayi yang kembali menangis di karpet dan bergegas mendekati istrinya.

"Ada apa? Apa jahitannya sakit?" tanya Damar, memegang bahu Senja.

"Aku pendarahan, Damar. Sedikit, tapi... aku takut. Aku takut jika aku tidak bisa pulih, aku takut jika tubuhku tidak kuat. Aku takut..." Suara Senja pecah. Ketakutan terbesarnya adalah menjadi ibu yang lemah, seperti ibunya dulu yang gagal memberinya cinta.

Damar memeluknya erat. "Sshh... tenang, Sayang. Kita akan ke rumah sakit. Tapi dengarkan aku Kau adalah ibu terkuat yang pernah ada. Kau membawa tiga nyawa melewati percobaan pembunuhan. Pendarahan ini mungkin hanya sisa pemulihan. Kita hadapi ini bersama, oke?"

Mereka bergegas ke rumah sakit, meninggalkan ketiga bayi di bawah pengawasan Binsar, pengawal bayangan yang kini dipekerjakan Damar secara penuh sebagai pengawas keamanan rumah.

Dokter kandungan meyakinkan Senja bahwa pendarahannya hanya pendarahan sisa nifas dan karena terlalu lelah. Namun, Damar menelepon ibunya, Fatimah , untuk meminta bantuan mendadak.

Ketika Senja dan Damar kembali, Fatimah sudah ada di rumah, memeluk ketiga cucunya di ruang tengah. Suasana rumah yang tadinya tegang oleh tangisan kini terasa lebih damai.

Fatimah memarahi Damar dan Senja dengan nada sayang. "Mengurus tiga bayi bukan pekerjaan suami-istri saja, Bodoh! Itu pekerjaan seluruh keluarga. Kalian berdua harus beristirahat!"

Fatimah memeluk Senja. "Lihat dirimu, Nak. Kamu sudah menjadi ibu. Kamu sudah melawan ibumu sendiri. Trauma itu tidak akan hilang dalam semalam, tapi ingat, kamu tidak akan pernah sendirian. Istirahatlah. Biar Ibu yang urus tiga malaikat kecil ini malam ini."

Kehadiran Fatimah memberikan kehangatan dan rasa aman yang tak ternilai harganya bagi Senja. Ia menyadari, ia punya mertua yang melindunginya dengan cinta sejati.

Malam itu, Damar menjaga Senja yang tertidur lelap. Ia sendirian di kamar utama, merenungkan kekacauan di rumahnya. Ia melihat ke kamar bayi, di mana Fatimah terdengar sedang bersenandung pelan sambil mengayun-ayunkan Fajar dan Binar, sementara Cahaya sudah terlelap di pelukannya.

"Dulu, aku harus melawan Paramita dan kebencian. Sekarang, aku harus melawan kelelahan dan ketakutan istriku. Tantangannya berbeda, tapi intinya sama, aku adalah bentengnya." ucap Damar berbisik

Damar menyadari ia harus melakukan lebih dari sekadar mengurus bayi. Ia harus mengurus jiwa Senja. Ia mengambil laptopnya dan mulai bekerja. Ia harus memastikan karier dan keuangannya tetap stabil, karena kini ia menanggung lima nyawa yang bergantung padanya. Di tengah malam, ia mengirim email ke pengacaranya untuk mempercepat pengurusan aset Paramita, dan mulai menyusun strategi telecommuting agar ia bisa bekerja dari rumah lebih sering.

Senja terbangun di tengah malam, melihat Damar duduk di sampingnya, tertidur dengan posisi yang canggung sambil memegang tangannya.

Ia tersenyum. Meskipun lelah, Damar tetaplah Pelita-nya.

"Damar," panggil Senja lembut.

Damar terbangun, tersentak. "Ya, Sayang? Mau apa? Fajar menangis?"

"Tidak. Aku hanya ingin bilang... terima kasih. Aku takut sekali tadi siang," bisik Senja. "Aku takut jika aku menjadi ibu yang buruk. Aku takut jika aku gagal."

Damar mencium tangan istrinya. "Kau tidak akan gagal. Kau sudah membuktikan diri dengan menyelamatkan tiga nyawa itu. Semua ibu pasti merasa takut. Itu wajar. Tapi lihatlah anak-anak kita, mereka adalah simbol bahwa kau telah mengalahkan semua kegelapanmu. Mulai sekarang, setiap kali rasa takut itu datang, kita lawan bersama. Jangan pernah kau tanggung sendiri."

Senja memejamkan mata, merasakan genggaman kuat Damar. Rasa aman itu mengalir dari tangan suaminya, menghapus sisa-sisa trauma yang masih tersisa.

1
🟢≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
aduhh, mengerikan sekali, di babat sampai habis 😲😲
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
👉👈 untung ini konflik ngga larut2 kaya DPR yang nyindir para pengalang dana🤭
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩: 🤔 curang
total 2 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
🤔/Shy//Shy//Shy/ Souza tengok orang ini
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: ya dungs🙈🤣 sangat manis krn aku bahagia biarkan si Souza baca ini🙈 kl dia macam macam ati ati bininya siap. potong perkututnya sampai habis🤣🤣
total 3 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Tingkyu othor tayang, konfliknya gak berlarut-larut/Kiss/ Othor pasti takut didemo sama pembaca nih 🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ: Othoorrr/Curse/
total 4 replies
ηαηα ✨🌻
Dan demi burungku😭😭😭
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Siapa itu Intan? kok ngeri kali ya🤣🤣🤣
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
sakit perut ku tadinya serius eh burung si damar minta ku potong
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
👉👈 aku mikir intan mana ternyata aku sendiri🤣🤣🤣 kocak
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩: kirain ada penulis lain juga astaghfirullah
total 2 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
aku ngga mau ada konflik begitu/Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/ karena kemaren aku merasakan sakit konflik itu/Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/ aku ngga mau baca lagi kalau berujung konflik besar🚶🚶🚶🚶
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩: itik koma bebek pokonya
total 2 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Othor😭 tega nian kau pada Senja dan Damar
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ: Entar ah kalo orangnya nongol, aku mau ngaduu 🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️
total 11 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
Damar kamu terlalu Oneng... dan abai
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: kaya anu/Facepalm//Facepalm/
total 3 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
aku skip kalau senja trauma lagi /Left Bah!//Right Bah!//Cleaver/
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: seremnye/Facepalm/
total 1 replies
kalea rizuky
orang kaya sewa baby sitter donk aneh bgt
ηαηα ✨🌻
Nah, tidak mudah untuk seseorang yang punya trauma untuk melupakan hal itu begitu saja, apalagi hal itu sangat sensitif untuk di korek lebih jauh🥺🥺
ηαηα ✨🌻
oemjiiii, aku cari ternyata di sini, btw covernya barunya keren kali kak🫶🫶
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: iya aku pun terharu covernya lucu/Facepalm/
total 1 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Jangan biarkan masalah ini berlarut-larut thor/Scream/
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: kan udh di protes aja ini/Facepalm/
total 1 replies
ηαηα ✨🌻
iblis betina
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: ho'o lah thu iblis betina menyebalkan/Scream/
total 1 replies
ηαηα ✨🌻
Jangan sampai ada orang ketiga yang menghancurkan mereka, Thor... kasian senja🥺
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: iya kasian senja/Whimper/ mmg jahat thu sofia
total 1 replies
ηαηα ✨🌻
udah di tahap Damar di ajarin anaknya🤣🤣
🟢≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
lempar Sofia dari ketinggian 1500 mdpl/Determined//Determined//Determined/...authornya tega sama keluarga Damar/Left Bah!/
🟢≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥: 🤣🤣🤣/Joyful//Joyful//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!