Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 07.
Selena masih duduk diam di bangku taman seberang rumah sakit. Wajahnya tampak pucat dan mata yang terlihat bengkak karena terlalu lama menangis. Ia menunduk, menggenggam ponselnya erat-erat.
“Selena!”
Suara itu membuatnya menoleh pelan. Lili berlari kecil ke arahnya, napasnya tersengal saat tiba di depan Selena.
“Ya Tuhan, Sel… kamu kenapa? Dari tadi aku muter nyari kamu,” ucap Lili dengan nada khawatir. Ia lalu mengambil duduk di sebelah Selena, menatap sahabatnya itu lekat-lekat. “Aku denger suara kamu di telepon aja udah bikin aku panik. Kenapa hm? Apa yang terjadi?" ujar Lili bertanya dengan penuh penasaran.
Selena mengulas senyum kaku, matanya masih berair. “Aku cuma… butuh waktu buat tenang, Li". Jawabnya lirih
Lili menatap Selena seolah tak puas dengan jawaban yang perempuan itu lontarkan. “Tenang dari apa? Terus apa maksud kamu tadi minta aku urus surat cerai? Kamu sadar gak kamu barusan ngomong apa?”
Selena menunduk. Suaranya pelan, nyaris tak terdengar. “Aku sadar, Li. Sangat sadar, aku udah mutusin untuk bercerai dengan mas Erlan".
Lili menatap Selena dalam diam, berusaha memahaminya. “Sel… kalian itu kelihatan baik-baik aja. Kenapa kamu sama mas Erlan—”
“Cukup, Li.” Selena memotong cepat ucapan Lili.“Yang kamu lihat itu cuma bagian luarnya aja.”
Selena menjeda ucapannya lalu menghela napas dalam, suaranya terdengar bergetar saat melanjutkan,“Aku gak mau bahas itu sekarang. Aku cuma mau kamu bantu aku urus semuanya, secepatnya.”
Lili terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bicara lagi, lebih lembut. “Oke, kalau gitu kamu sekarang ikut aku pulang dulu, ya? Kamu butuh istirahat, Sel. Nanti urusan surat-menyurat bisa menyusul.”
Selena menggeleng pelan. “Aku gak bisa, Li. Aku masih harus di sini. Papa masih dirawat dirumah sakit dan belum sadar, mama sendirian jagain beliau. Aku gak tega ninggalin.”
"Om Riza dirawat?". Cicit Lili seraya mengernyitkan dahinya kebingungan
"Papa kecelakaan Li, tapi kondisinya baik-baik saja. Hanya mengalami luka ringan dan perlu istirahat total".
Lili mendesah pelan. “Astaga Sel.. Kenapa kamu gak kabarin aku juga masalah ini? Aku bisa bantuin kamu. ”
Mendengar itu, Selena menolehkan kepalanya menatap Lili sambil mengulas senyum tipis. Ia raih tangan sahabat sekaligus asisten pribadinya itu lalu menggenggamnya dengan erat. " Li, tolong bantu aku urus semua dokumen yang dibutuhkan untuk perceraianku dengan mas Erlan. Aku percayain itu ke kamu, tolong kamu jangan bilang juga masalah ini pada siapapun termasuk mama dan papa. Nanti, aku sendiri yang akan menjelaskan pada mereka. Dan sementara aku di sini, tolong juga bantu pantau cafe. Untuk toko kue, aku bakal tetap urus sesekali lewat online. Tapi kalau ada yang mendesak, kamu bisa ambil keputusan duluan.”
Lili terdiam lama, memandangi Selena yang berusaha tegar padahal suaranya masih bergetar setiap bicara.
“Baik,” akhirnya ia menjawab. “Aku bantu kamu. Tapi janji satu hal dulu…”
Selena menatapnya pelan. “Apa?”
“Kalau semuanya udah kelar di rumah sakit, janji jelasin ke aku juga alasan kenapa kamu minta bercerai dengan mas Erlan".
Selena mengangguk pelan. "Maaf aku merepotkan mu, Li".
"Tidak ada yang merasa direpotkan Sel, jangan sungkan untuk meminta tolong dengan ku. Aku sudah menganggap mu seperti keluarga ku sendiri, ya karena cuma kamu satu-satunya orang terdekat ku". Kata Lili tulus
"Makasih ya Li".
"Sama-sama".
Lili mengangguk pelan, lalu berdiri sambil menepuk bahu Selena lembut.
"Ayo, aku antar kamu balik ke ruang papa. Kamu juga udah kelihatan capek banget, Sel.”
Selena menatap Lili sejenak sebelum akhirnya ikut berdiri. “Iya, aku juga harus lihat kondisi papa.”
Mereka berjalan berdampingan menyusuri trotoar menuju rumah sakit. Sinar matahari siang itu terasa menyengat kulit, membuat kening Selena sedikit berkeringat. Tapi ia tak peduli. Wajahnya tetap datar, matanya sembab, langkahnya terasa berat saat memasuki area rumah sakit.
Langkah kakinya sejenak berhenti saat tak sengaja kembali melewati ruangan Erlan yang kini pintu nya sudah menutup rapat sempurna, tak lagi terdengar suara suaminya dan perempuan yang juga mengaku sebagai istri sah Erlan itu mengobrol ataupun berdebat seperti tadi. Hanya keheningan yang ia dengar.
Selena tersenyum getir ketika mengingat dengan jelas percakapan mereka. Entahlah, selama ini dia yang terlalu mempercayai Erlan atau dia yang terlalu bodoh sampai tidak tau jika Erlan telah menikahi wanita lain dibelakangnya. Bahkan, wanita itu juga tengah mengandung benih Erlan.
Melihat Selena yang tak kunjung melangkahkan kakinya dan hanya terpaku menatap pintu ruang kerja Erlan, seketika Lili langsung menepuk pelan bahunya.
"Sel... Kamu baik-baik aja ?" ujar nya bertanya dengan perasaan khawatir.
Selena menoleh seraya melempar senyum tipis lalu mengangguk, "Ya aku baik-baik aja Li. Ayo".
Kedua nya bergegas kembali melangkahkan kakinya menuju ruang rawat papa Riza. Begitu tiba di depan ruang rawat, Selena menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu dan masuk bersama Lili. Aroma antiseptik langsung tercium begitu pintu dibuka.
Mama Jana yang duduk di kursi samping ranjang langsung menoleh. “Selena... kamu dari mana aja, Nak? Mama udah cari kamu. Tadi Erlan juga sempat ke sini nyariin kamu, kamu gak kenapa-napa kan ?". Cecar mama Jana langsung beranjak dari duduknya berjalan menghampiri putrinya, menelisik kondisi Selena.
Selena sedikit kaget mendengar mama Jana menyebut nama suaminya itu. Tapi cepat-cepat ia menutupinya dengan senyum tipis.
“Aku gak papa ma, aku cuma keluar sebentar. Butuh udara segar aja,” jawabnya pelan.
"Syukurlah".
"Tante..." Lili yang berdiri disamping Selena menyapa mama Jana dengan sopan.
Mama Jana menoleh menatap Lili dengan alis yang bertaut, "Li kamu disini ?" ujar nya bertanya
"Iya Tante, maaf tadi Selena kasih kabar mendadak kalo Om Riza kecelakaan. Aku buru-buru kesini dan gak sempet cari buah tangan, maaf Tan". Ucap Lili
Mama Jana mengulas senyum tipis seraya mengelus lembut lengan Lili. "Gak papa Lili, kamu kesini jenguk saja, tante udah seneng. Makasih yaa..".
"Iya Tan".
Selena berjalan mendekati ranjang, menatap wajah papa Riza yang masih belum sadar. “Papa belum sadar juga, Ma?” tanyanya lirih.
“Belum, tapi dokter bilang kondisinya sudah mulai stabil,” jawab Mama Jana. “Ah iya, mana belanjaan pesanan mama Sel?"
Selena menepuk pelan dahinya lalu tersenyum meringis. "Maaf ma lupa". Jawabnya lirih
"CK!" Mama Jana berdecak pelan. "Kebiasaan kamu ini, Sel. Pelupa. Ya sudah kalian masuk dan istirahat dulu. Mama mau keluar sebentar". Kata Mama Jana
"Iya ma".
"Baik Tante".
Begitu Mama Jana keluar, ruangan jadi lebih tenang. Selena menarik kursi dan duduk di samping ranjang, menatap papa Riza dalam diam. Lili duduk di kursi seberang, memperhatikan sahabatnya itu tanpa banyak bicara.
Beberapa menit berlalu tanpa suara, sampai akhirnya Lili berbisik pelan, “Kamu yakin mau lanjutin rencana kamu, Sel?”
Selena menatap lurus ke depan. “Aku yakin, Li. Sudah tidak ada lagi yang perlu dipertahankan".
.
.
.
Haii, jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen... Terimakasih 🎀❤️
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang