Rossa memeiliki suami yang selalu berpihak kepada keluarganya karena dia satu-satunya lelaki dalam keluarganya
Dirinya selalu merasa tersisihkan manakala ipar dan mertuanya selalu berusaha memonopoli suaminya dari segala sisi baik keuangan maupun perhatian,
Dia beruntung dibalik sikap mertua dan ipar bak Seorang madu untuknya, suaminya akhirnya sadar dengan semua perbuatannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Keduanya bisa melihat amarah yang berkobar dimata Fatan itu, mereka berdua saling melirik dan tidak mau menjawab takut dia semakin marah.
Fatan menggendong sang anak keluar, dan membawa kruk itu dengan tangannya sendiri sambil mengertakkan rahangnya, giginya bahkan berbunyi nyaring karena menahan amarahnya.
Sesampainya dirumah sang ibu, dia mendapati mereka semua menatapnya dengan heran.
"Kamu datang nak, kok bawah mereka segala sih". Sungut sang ibu dengan tidak terima.
Fatan tidak menjawab, dia menyuruh istrinya duduk dan mendudukkan anaknya disamping sang istri.
Fatan yang melihat Ana menghampiri dirinya dengan riang tanpa beban pun langsung dipegangnya dan ditampar keras.
Mereka semua terkejut dengan apa yang dilakukan Fatan, bahkan Farah langsung berdiri mengambil anaknya yang tersungkur karena tamparan keras itu.
Mata memandang penuh amarah berkobar dimatanya, membuat mereka semua terkejut.
Dia bahkan mendekati sang kakak dan akan melayangkan tamparan untuknya tapi tangannya terhalang oleh suami kakaknya itu
"Apa yang kau lakukan Fatan??, kenapa kau menampar keponakan dan juga kakakmu??". Marah sang ipar bernama Pras itu.
" Minggir!!, biar aku beri pelajaran mereka berdua karena berani mencelakai anakku sampai dia tidak bisa berjalan selama sebulan, padahal aku selalu menyayangi dan menuruti semua keinginan mereka". Teriak Fatan dengan penuh amarah, nafasnya menderu kasar.
Mereka semua mengalihkan pandangannya melihat tubuh Rani, benar anak itu memiliki bekas gips di kakinya.
Mata Rani berkaca-kaca melihat ayahnya kini membelanya ditengah keluarga besarnya, kini dia percaya ayahnya akan berubah dan menyayangi dirinya
"Aku tidak melakukannya om, dia sengaja melukai dirinya sendiri dan menuduhku melakukannya". Ana memasang wajah seperti akan menangis dan memelasnya berharap om nya akan luluh seperti biasanya.
Selama ini omnya selalu menyayanginya dan mendahulukan semua keinginannya daripada anaknya sendiri maka dari itu dia berusaha menarik kembali simpati omnya
"Benar, anakmu saja yang pintar memanipulasi agar semua percaya padanya, Kami tidak melakukannya". Bela Farah berusaha tenang.
Walau hatinya mulai gusar karena perbuatannya kepada keponakannya selama ini terbongkar dan adiknya sangat marah padanya.
Rossa yang mendengar perkataan sang kakak ipar pun akhirnya meledak, dia tidak terima anaknya dikatakan seperti itu.
"Tapi sayangnya pihak sekolah dan CCTV sudah membuktikannya kak Farah, perlu saya bawah ini kejalur hukum agar semuanya jelas dan terlihat, siapa yang salah dan melakukan semua ini??". Geram Rossa menatap tajam keduanya.
Kedua perempuan beda usia itu langsung memucat, mereka pasti akan kalah jika polisi yang turun tangan menangani kasus ini dan mereka akan masuk penjara karena memang mereka lah dalang dari celakanya Rani disekolah.
"Apa-apaan kamu Rossa, ini permasalahan keluarga, kenapa bawah-bawah polisi??, kamu mau membuat malu keluarga kami??". Hardik dan mertua dengan sangat keras.
Matanya menatap tajam sang menantu, biasanya menantunya itu akan ketakutan jika dia tatap seperti itu tapi ternyata Rossa berani kepadanya.
"Terserah apa kata ibu, saya tidak terima anak saya kalian perlakukan seperti ini, selama ini saya diam jika itu saya secara pribadi tapi kalau kalian menyakiti anakku tidak ada kata damai". ucapnya dengan penuh kemarahan.
"Fatan, kami ini keluargamu, jangan berlaku seperti itu, kau bahkan menampar keponakan dan juga kakakmu sendiri demi membela kedua perempuan yang bukan keluargamu". Sang ibu menatap berang sang anak yang kini menatapnya sendu.
" Dengar kak Farah dan juga kamu Ana, ini peringatan keras untuk kalian berdua, sekali lagi kalian melukai Rani maka aku tidak akan segan-segan pada kalian, sekalipun kalian keluargaku, aku tidak peduli".
Fatan mengalihkan pandangannya pada sang ibu dengan tatapan nanar dan juga terluka,
" Aku tidak pernah membantah ibu dan berusaha membahagiakan ibu selama ini sampai aku melupakan keluarga kecilku sendiri, ini peringatan terakhir bu, jika kalian berani melukai anakku maka aku akan menghentikan semua bantuan yang ku berikan kepada kalian semua, dan hanya ibu yang mendapatkan nya".
Fatan menggendong Rani dan menggandeng istrinya keluar dari rumah ibunya, dia tidak mau meninggikan suaranya apalagi memarahi ibunya, itu sebabnya dia pergi dari sana karena takut tidak bisa mengontrol dirinya.
"Jangan buat kesabaranku selama ini mencapai batas, kalian akan melihat kegilaan seorang ibu yang kalian sakiti hatinya jika kalian berani melakukan itu lagi kepada putriku".
Rossa berbalik dan menatap tajam mereka semua, dia bukan lagi Rossa yang bisa mereka tindas seenaknya seperti biasanya. Dia akan melawan jika ada yang berani melukai putrinya bahkan jika itu suaminya sendiri.
Selepas kepergian Fatan dan juga Rossa mereka semua saling memandang tidak percaya, bagaimana bisa Fatan yang selalu mendahulukan keluarganya kini berlaku seperti itu.
"Bu bagaimana ini jika mereka beneran membawa kasus ini ke polisi, kami tidak mau masuk penjara". Rengek Farah kepada sang ibu.
"Iya nek, aku cuma iseng, aku tidak tahu sampai dia parah seperti itu". Kini Ana ikut merengek kepada sang nenek.
Faris menatap mereka berdua tidak percaya, berarti anak dan istrinya memang benar melakukan hal yang membahayakan nyawa orang lain dan merek bersikap tidak bersalah seperti itu.
"Jadi kalian berdua memang melakukannya?? ". Tanyanya dengan geram
Keduanya tersentak kaget, mereka lupa jika Pras tidak tahu apa yang terjadi.
"Maaf Dad". Ana menunduk melihat wajah amarah ayahnya
"Sudahlah, kita berhenti dulu untuk mengusik mereka, biarkan Fatan melupakan kejadian ini, ibu yakin, dia hanya marah sebentar, nanti juga balik lagi, dia hanya merasa khawatir karena anaknya sakit".
Ratih berusaha membesarkan hati anak dan cucu kesayangannya itu, sedangkan Pras hanya menggelengkan kepalanya karena sikap ibu mertuanya.
Fani yang sejak tadi diam pun akhirnya membuka suaranya, dia sangat kesal karena kakaknya yang biasa membela mereka kini berbalik membela istrinya itu.
"Bu lakukan sesuatu, kita tidak bisa membiarkan mas Fatan terus menerus membela istri dan anaknya itu, kita akan dalam masalah, bagaimana dengan uang bulanan ku, aku masih kuliah, aku tidak mau bu". Kini Fani yang merengek kepada sang ibu.
"Benar bu, Fatan tidak boleh melakukan hal itu pada kita, ibu dengar sendiri jika Fatan sudah memihak istrinya itu".
"Nanti kita urus lagi, kamu dengar dan lihat sendiri bagaimana marahnya Fatan tadi, biarkan dia tenang dulu, jangan sampai kita betul-betul kehilangannya jika kita memaksanya".
Pras pergi dari sana karena kesal, mereka semua tidak ada yang mau mendengarkan perkataan orang lain, termasuk istri dan anaknya.
Sesampainya dirumah, Fatan menurunkan anaknya ketempat tidur kamarnya dan mengelus kepalanya, dia menghampiri istrinya tapi tatapan itu tidak lagi hangat dan penuh cinta seperti dulu membuatnya merasa sesak.
"Apa sebaiknya kita pisah saja mas, jujur saja aku sudah lelah dengan keadaan seperti ini".
sekarang sudah tau kan tindak tanduk kakak & ibumu... kasih ketegasan dong fatan. jangan menyudutkan rossa apalagi rani sering sekali di bully oleh keponakanmu... jangan buat mereka makin tertindas harusnya kamu bisa melindunginya...