NovelToon NovelToon
Dinikahi Suami Kembaranku

Dinikahi Suami Kembaranku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Misstie

Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.

Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.

Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.

Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akad Nikah

Di kamar rias, Syima duduk kaku di depan cermin. Tangannya saling meremas di pangkuan, sementara perias sibuk merapikan sentuhan terakhir di wajahnya. Kebaya putih yang sebelumnya dipakai Syama kini melekat sempurna di tubuhnya. Make up artist bekerja dengan sangat hati-hati, seakan ingin memastikan kecantikan Syima tak kalah dari pengantin manapun.

"Perfect," kata make up artist sambil mundur selangkah. "Kalian benar-benar mirip sekali. Aku yakin tamu-tamu tidak akan tahu kalian orang yang berbeda."

Di sampingnya, Dewi menatap pantulan putrinya dengan mata yang berkaca-kaca. "Anak Ibu sangat cantik. Pantas saja semua gaun dan persiapan diwakili sama kamu. Ternyata memang ini pernikahanmu,," ucapnya lirih, ada nada getir sekaligus pasrah.

Tidak sanggup berkata-kata lagi, Syima hanya mengangguk kecil, bibirnya terkatup rapat.

"Benar juga, hampir delapan puluh persen pernikahan ini pilihannya, seleranya. Benarkah semua ini memang sudah diatur Syama? Tapi mana mungkin… mana mungkin... dia rela kekasihnya menikahi aku, kembarannya sendiri?" batinnya terus berisik.

Dia pun terus mengumpati dirinya sendiri dalam hati. Bodoh. Kenapa harus jadi penyelamat di saat semua orang panik?

Pintu kamar rias terbuka, Sinta masuk dengan senyum hangat. "Sudah siap?" Matanya berbinar penuh haru. Dipandangnya Syima lama, seakan ingin memastikan wajah itu benar-benar nyata.

"Cantik sekali… lebih dari yang Mama bayangkan. Terima kasih, ya, Nak, sudah mau menikah dengan Devan. Mama benar-benar berterima kasih."

"Iya, Tante."

Sinta terkekeh lembut. "Kok Tante? Kamu sekarang anak Mama juga. Mulai sekarang panggil Mama."

Tidak tahu harus merespons apa, Syima hanya tersenyum tipis. Ada rasa asing dirasakannya, bercampur bimbang di dadanya sendiri.

Riasan Syima selesai, Dewi merapikan kerudung pengantin di kepala Syima. "Kamu cantik sekali, Sayang," bisik Dewi, suaranya bergetar. Tangannya dingin tapi menggenggam erat jemari putrinya.

Sinta ikut membetulkan lipatan gaun agar jatuh lebih rapi. “Ayo, Nak. Semua sudah menunggu. Tidak perlu gugup, ada Mama dan Ibu di sini.”

Syima bangkit perlahan. Gaun putih itu terasa semakin berat, tapi kedua perempuan di sampingnya seakan menjadi penopang langkahnya. Dewi menggandeng tangan kanan Syima, sementara Sinta menggandeng kirinya.

Mereka berjalan bersama menuju ballroom. Syima menunduk hampir sepanjang jalan, berusaha mengendalikan napasnya yang tak beraturan. Begitu memasuki ballroom, riuh tamu mendadak mereda. Semua mata tertuju pada pengantin yang baru datang.

Di meja, penghulu, Ahmad, Rama, dan Devanka sudah menunggu. Tatapan Devanka menancap datar, tak berkedip. Sesaat, dia terpaku menatap Syima dalam kebaya. Wajahnya mirip Syama, tapi aura mereka yang berbeda.

Syima menelan ludah. Rasanya seperti melangkah ke panggung sandiwara, tapi bukan dirinya yang seharusnya jadi pemeran utama. Dia duduk di kursi yang bukan untuknya, di samping pria yang bukan pilihannya, dalam pernikahan yang dilaksanakan demi nama baik daripada ikatan cinta.

"Kita mulai sekarang," kata Rama tegas, mencoba mengambil alih situasi yang sudah tidak terkendali.

Penghulu yang masih terlihat ragu akhirnya mengangguk. "Baiklah. Tapi saya harus memastikan. Mbak Syima, benar-benar setuju menikah tanpa paksaan?"

Ahmad menoleh ke arah putrinya yang terlihat melamun. "Syima, Pak Penghulu nanya. Kamu yakin dengan keputusan ini?"

Syima yang mendengar namanya dipanggil menoleh. "Ya, Pak. Saya... saya yakin," jawabnya dengan suara hampir tidak terdengar.

"Baik kalau begitu. Mari kita mulai," kata penghulu.

Tamu-tamu yang sempat gaduh perlahan mulai tenang ketika melihat kedua pengantin siap di depan. Kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa wanita yang duduk di sana bukanlah Syama yang mereka kenal, melainkan kembarannya. Hanya keluarga dekat yang menyadari. Mereka saling berbisik mempertanyakan kenapa Syima yang duduk di samping Devanka.

Di tengah pembacaan doa pembuka, Syima melirik ke samping dan melihat Devanka yang menatap lurus ke depan dengan rahang mengeras. Tidak ada kehangatan di wajah pria itu, hanya kekakuan dan keterpaksaan. Sedangkan, napas Syima terasa lebih cepat, menandakan dia sangat gugup.

Ketika tiba saat pembacaan identitas mempelai, Penghulu dengan lantang menyebutkan, "Devanka Gio Pratama dengan Syima Yuri Wijaya."

Beberapa tamu yang mengenal keluarga Ahmad saling bertukar pandang heran. Mereka yakin yang seharusnya menikah adalah Syama, bukan Syima. Bisikan mulai terdengar di sana-sini.

"Kok namanya Syima? Bukannya Syama?"

"Mungkin nama panggilannya berbeda dari nama asli."

"Atau aku yang salah dengar tadi."

Ahmad yang mendengar bisikan para tamu merasa wajahnya memanas. Dewi di bangku keluarga terlihat semakin pucat, tangannya bergetar memegang sapu tangan.

Tak menghiraukan riuh tamu-tamu, Ahmad menjabat tangan Devanka mengucapkan kembali kalimat akad. Devanka terdiam agak lama. Detik-detik itu terasa seperti keabadian. Semua mata tertuju padanya, termasuk mata Syima yang menatapnya dengan campuran harap dan takut.

Akhirnya ucapannya meluncur tegas. “Saya terima nikahnya Syima Yuri Wijaya dengan mahar yang telah disebutkan, tunai.”

"Sah," ucap penghulu dan saksi serempak.

Tepuk tangan riuh terdengar dari para tamu, tapi bagi Syima suara itu terdengar seperti gemuruh yang menyakitkan. Kakinya terasa lemas, dia hampir tidak bisa berdiri.

"Untuk buku nikah, Mbak Syima, harus mengurus pemberkasannya dulu. Nanti kalau sudah selesai, bisa langsung menandatangani buku nikah," jelas dari KUA.

"Sekarang silakan memasangkan cincinnya."

Dengan wajah datar, Devanka memasangkan cincin di jari manis Syima dengan gerakan kaku. Ketika giliran Syima, tangannya sedikit bergetar, hampir saja cincin mungil itu terlepas jatuh ke karpet. Untung tangannya tangkas menangkap cincinnya sebelum sempat jatuh ke lantai. Beberapa tamu di barisan depan sempat menahan napas, lalu pura-pura batuk menutupi senyum.

Syima menunduk malu, pipinya memanas. “Ya ampun, Syi… jangan bikin heboh di hari penting gini,” rutuknya dalam hati.

Selesai pemasangan cincin, Syima menatap cincin yang baru saja dipasangkan di jarinya. Cincin yang seharusnya untuk Syama, yang melingkar longgar di jarinya. Dalam hitungan menit, seluruh hidupnya telah berubah total. Dirinya sudah menjadi istri seorang Devanka, kekasih kembarannya, sekaligus dosennya di kampus.

Sesuai arahan penghulu, dia menunduk hendak mencium tangan Devanka. Tapi karena terlalu dalam menunduk, hiasan kepala menyundul hidung Devanka.

Devanka spontan mundur ke belakang. Beberapa tamu menahan tawa, ada yang pura-pura batuk menutupi suara cekikikan. Untung EO cepat maju membisikkan, “Mbak, jangan terlalu menunduk…”

Wajah Syima sudah memerah. Dia buru-buru mengulang gerakan itu dengan lebih hati-hati, kali ini berhasil mencium tangan Devanka dengan benar. Tanpa Syima sadari, tangan kiri Devanka terangkat dan diletakkan di atas kepala istrinya sambil mengucapkan doa, lalu dia mencium kening Syima.

Seakan tersengat listrik, Syima membeku. Ada perasaan yang campur aduk, terkejut, bimbang, takut, dan entah kenapa geli sendiri.

Prosesi berlanjut, keduanya kembali duduk, mendengarkan doa penutup dari penghulu. Syima sendiri menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Tapi ketenangan itu hanya bertahan sebentar. Saat berdiri hendak mengikuti prosesi berikutnya, kebaya panjangnya malah terinjak kakinya sendiri. Syima oleng, hampir saja menubruk Devanka.

Devanka sigap menahan lengannya. Ekspresinya kaku, tapi jelas terlihat ada senyum yang berusaha dia tahan. Dari barisan depan, beberapa tamu sudah menutup mulut, menahan teriakan dan tawa.

“Makasih ya, Pak,” bisik Syima dengan wajah menunduk malu.

Untuk pertama kalinya hari itu, bibir Devanka melengkung tipis. “Hati-hati,” ucapnya pelan, sambil meraih pinggang Syima agar istrinya berdiri tegak kembali.

1
Ibvundazaky Ibundazaky
ditunggu up nya thor
Misstie
Ceritanya menarik.. 🥰🥰
muznah jenong
thanks untuk double up Thor.....
love you..../Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Rose//Rose//Rose/
Misstie: Sama-sama Kak...
Makasih udah jadi pembaca setia Syima
🥰🥰
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
muznah jenong
wah gawat pak dosen udah yoblos sebelum hari H..,..
Krisna Flowers
👍
muznah jenong
jangan2 bentar lagi pak Devan bucin lagi
di tunggu gaya bucin pak Devan ....pasti konyol istriya tomboy suami ya kaya kanebo ga ada expresi... di tunggu update selanjutnya thor/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Mepica_Elano
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Rizitos Bonitos
Bikin galau.
Rakka
Ngakak banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!