Kehidupan Kedua Violetta

Di rumah sakit pusat kota Bore, di ruangan dokter spesialis bedah, Lucane mendengarkan penjelasan dari sahabatnya Jordan dengan sangat serius.

''Telapak berkeringat banyak itu di sebut hiperhidrosis, dan umumnya yang menjadi penyebabnya karna kondisi psikologis, seperti cemas, panik, atau rasa takut yang berlebihan'' jelas Jordan.

''Apa itu bahaya?'' tanya Lucane.

''Tidak, karna Violet tidak memiliki riwayat jantung, jadi satu satunya kunci masalahnya, mungkin ada sesuatu yang mengancam kondisi psikologis dia'' jawab Jordan.

Lucane terdiam mendengar penjelasan Jordan, kalau memang penyebabnya seperti yang di katakan Jordan, lantas apa yang membuat Violetnya takut, gadisnya itu kalau lagi marah dan kesal padanya, pasti yang menjadi incaran untuk pelampiasan adalah berkas berkas penting perusahan, gadisnya akan merobek berkas berkas itu tanpa rasa takut padanya.

''Memangnya apa yang terjadi dengan Violet?'' tanya Jordan melihat sahabatnya diam saja.

Lucane bangkit dari duduknya dan melenggang pergi, tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Jordan.

''Hei,! kenapa kamu pergi begitu saja?! '' seru Jordan yang sama sekali tak di dengarkan oleh Lucane.

Melihat Tuan Mudanya pergi Xander juga ikut pergi, tapi sebelum itu dia membungkukkan badannya untuk berpamitan pada Jordan.

''Tuan Jordan, saya permisi dulu'' ucap Xander dan berlalu pergi.

''Ck, dasar sahabat sialan, sudah aku bela belain ninggalin jadwal operasi penting, eh dia main pergi gitu aja" gerutu Jordan.Tapi beda lahi jika Lucane masih ada di depannya, dia tidak akan punya nyali sebesar itu untuk menggerutu.

Di perjalanan Lucane menatap keluar jendela cukup lama, hingga beberapa saat kemudian sesuatu terbesit di fikirannya.

''Kamu periksa sekertaris baru itu, apa dia pernah bertemu Nona sebelumnya'' perintah Lucane.

''Baik Tuan''

Universitas Hanuga

Luna yang baru keluar dari kelas seni, melihat keberadaan Jayden di depan kelasnya, lalu dia menghampirinya.

''Kak Jayden, sedang apa Kakak di sini?'' tanya Luna dan pandangannya langsung mengarah pada susu kotak rasa pisang yang di bawa oleh Jayden, kebetulan dirinya juga sangat suka sekali dengan susu rasa pisang, apa mungkin Jayden sengaja membeli untuknya pikirnya.

Saat Jayden hendak menjawab pertanyaan Luna, dia melihat Violet yang keluar dari kelas bersama Tasya, dan langsung melangkah menghampirinya, meninggalkan Luna begitu saja.

''Vio''

''Sebagai permintaan maafku, karna tadi sudah membuatmu kesal'' ucap Jayden memberikan susu kotak yang di bawanya pada Violet.

Violet menerimanya dengan tersenyum. '' Terimakasih, kebetulan aku sedang haus''

Violet langsung menusukkan sedotan ke lubang yang berada di kemasannya lalu menyeruputnya.

''Enak?'' tanya Jayden yang di angguki oleh Violet.

Jayden mengusap pucuk kepala Violet dengan menghela nafas lega, karna akhirnya Violet tidak kesal lagi padanya.

Dan saat itu Violet menyadari keberadan Luna di belakang Jayden.

''Dia''

Jayden langsung menoleh kebelakang mengikuti arah tatapan Violet, dan saat itu Jayden baru sadar sudah melupakan keberadaan Luna.

''Luna, kemarilah'' panggil Jayden.

Luna dengan patuh menghampiri Jayden.

''Iya Kak, ada apa?'' tanya Luna suaranya sangat lembut di telinga Violet.

''Kalian satu jurusan, apa kalian tidak saling mengenal?'' tanya Jayden.

Luna menggelengkan kepalnya. ''Aku masih baru di sini, jadi aku belum tahu siapa saja teman satu jurusanku'' tukas Luna.

Jayden menepuk dahinya pelan, kenapa dirinya bisa melupakan hal itu.

Violet hanya diam saja, lebih tepatnya dia berpura pura tidak tahu dengan Luna, lalu Violet mengulurkan tangannya ke hadapan Luna.

''Hai, Luna, aku Violet'' ucap Violet memperkenalkan diri.

Luna membalas uluran tangan Violet dengan tersenyum. ''Hai juga, aku Luna''

''Vio, apa Paman akan menjemputmu?'' tanya Jayden.

''Tidak, tadi aku sudah bilang sama Paman, kalau aku mau jalan jalan sama Tasya'' jawab Violet.

''Kemana?'' tanya Jayden cepat.

''Ih, Kak Jay mau tau aja'' jawab Violet.

''Ayo Tas, kita pergi, keburu malam'' ajak Violet menarik Tasya pergi, meninggalkan Jayden dan Luna begitu saja.

''Vio!'' seru Jayden yang tidak di gubris oleh Violet.

''Dasar gadis itu, kalau sudah sama Tasya, aku di buang'' gerutu Jayden kesal.

Luan hanya diam saja mendengar gerutuan Jayden pada Violet.

''Kak Jayden, aku pulang dulu'' pamit Luna.

''Iya, hati hati'' balas Jayden.

Luna langsung melenggang pergi dengan langkah terburu buru.

Di dalam mobil bmw, di penuhi dengan suara bising dari dua gadis cantik, Violet dan Tasya bernyanyi mengikuti irama lagu yang di putar di dalam mobil.

''Eh, Vio''

''Hem''

''Sejak kapan Kak Jayden dekat sama mahasiswai baru itu?'' tanya Tasya.

''Aku juga tidak tahu, tapi kemarin mereka berdua sempat gak sengaja bertabrakan di kantin, terus makanan yang di bawa gadis itu tumpah di jaket Kak Jay'' jawab Violet menjelaskan masalah kemarin di kantin.

''Oh pantas saja, tadi dia memberikan jaket pada Kak Jayden, ternyata itu memang jaket milik Kak Jayden''

''Eh tapi yang anehnya nih ya, Kak Jayden itu kan sulit sekali dekat sama lawan jenis, tapi kamu sebagai pengecualian ya''

''Terus?'' tanya Violet.

''Tapi kok sama gadis itu, siapa namanya lupa aku?''

''Luna''

''Nah ya, sama si Luna itu kok Kak Jayden bisa langsung akrab, yah walaupun masih tetap berwajah datar, tapi setidaknya ini kali pertama Kak Jayden dekat sama wanita'' papar Tasya.

''Tertarik mungkin'' sahut Violet.

''Tertarik sih tertarik, tapi kok secepat itu'' balas Tasya.

Violet mengedikkan bahunya. ''Mana ku tahu, tanya saja sana sama Kak Jayden''

''Ogah, lihat wajahnya yang selalu datar aja sudah buat nyaliku ciut duluan'' sahut Tasya yang langsung mengundang gelak tawa Violet.

''Ha, ha, ha, ha, eh Tas, Kak Jayden itu baik tau'' ucap Violet di sela sela tawanya yang masih belum berhenti.

''Iya dia baik cuma di depanmu saja'' dengus Tasya.

Di villa rose garden Lucane duduk di ruang kerjanya, mata tajamnya fokus pada berkas berkas perusahaan yang ia bawa pulang.

''Tuan''

''Apa yang kamu dapatkan''

''Saya sudah memeriksa latar belakang sekertaris baru Tuan, Raisa dan Nona Violet belum pernah bertemu sama sekali, dan Nona Violet juga tidak pernah mengunjungi desa tempat tinggal Raisa'' jelas Xander.

Lucane menyandarkan badan kekarnya di sandaran kursi, jari jarinya yang besar mengetuk ngetuk permukaan meja kerjanya, yang menandakan Lucane sedang memikirkan sesuatu.

''Tuan maaf, apa Tuan merasa yang di jelaskan Tuan Jordan tentang Nona Violet ada hubungannya dengan Raisa''

''Hem''

Xander menganggukkan kepalanya, dia tadi juga menyadari ke anehan pada sikap Nonanya saat pertama kali melihat Raisa.

''Tuan, apa perlu Raisa di keluarkan dari perusahaan'' usul Xander.

Lucane langsung menggelengkan kepalanya. ''Jangan dulu, aku masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan gadisku''

Xander menganggukkan kepalanya. ''Baik Tuan''

Lucane melihat jam mahal yang melingkar di pergelangan tangannya, yang sudah menunjukkan pukul delapan, tapi kenapa gadisnya belum juga pulang, tiba tiba perasaan hawatir mulai menyelimuti hatinya, tapi itu tak berlangsung lama saat mendengar suara deru mesin mobil di teras villa, dan juga suara perpisahan yang di serukan oleh gadis yang menjadi kehidupannya.