NovelToon NovelToon
Renkarnasi Letnan Wanita

Renkarnasi Letnan Wanita

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: kegelapan malam

Ketika seorang jenderal militer yang legendaris menghembuskan napas terakhirnya di medan perang, takdir membawanya ke dalam tubuh seorang wanita polos yang dikhianati. Citra sang jenderal, kini menjadi Leticia, seorang gadis yang tenggelam di kolam renang berkat rencana jahat kembarannya. Dengan ingatan yang mulai terkuak dan seorang tunangan setia di sisinya.

Pertempuran sesungguhnya dimulai, bukan dengan senjata, melainkan dengan strategi, intrik, dan perjuangan untuk memperjuangkan keadilan untuk dirinya...

apakah Citra akan berhasil?

selamat datang di karya pertamaku, kalau penasaran ikuti terus ceritanyaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegelapan malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

Kertas lusuh itu, dengan tulisan tangan asing dan pesan mengerikan "Dia tahu terlalu banyak. Habisi," kini menjadi beban tak terlihat yang menggantung di benak Citra. Malam-malam yang seharusnya sunyi di mansion mewah ini, setelah semua penghuni terlelap, kini dipenuhi bisikan analisis di kepala sang jenderal. Siapa "dia" yang tahu terlalu banyak? Siapa "Arka" yang namanya terselip misterius? Dan siapa yang begitu kejam hingga ingin "menghabisi"? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar tanpa henti, meruntuhkan ilusi ketenangan yang mulai ia rasakan. Kenyataan yang jauh lebih gelap dari sekadar kecemburuan Petricia, kini membayangi Leticia.

Setiap pagi, saat Max datang dengan senyum cerah dan sarapan, atau Nyonya Clara memeluknya dengan penuh kasih sayang, Citra harus mengerahkan seluruh konsentri untuk menjaga topeng amnesianya tetap sempurna. Di permukaan, ia adalah Leticia yang rapuh, perlahan pulih di bawah curahan cinta. Namun, di dalam, ia adalah seorang strategis militer, mengamati, menganalisis, dan mencari celah. Max, dengan ketulusannya yang polos, kini menjadi subjek pengamatan yang intens. Citra mencari celah terkecil, petunjuk tak disengaja, dalam setiap cerita masa lalu atau candaan yang Max lontarkan. Apakah pria ini, yang begitu mencintai Leticia, menyembunyikan sesuatu? Atau dia adalah pion yang tidak tahu apa-apa dalam permainan yang lebih besar? Rasa bersalah mencengkeramnya sesekali, merasa telah mengkhianati kepercayaan Max, namun ia tahu ini adalah satu-satunya jalan untuk mengungkap kebenaran.

Suatu sore, saat Max mengajaknya berjalan-jalan di kebun mawar, tangan Max dengan lembut menggenggam tangannya. "Dulu kamu suka sekali mawar merah muda ini, Tia. Kamu bilang warnanya seperti pipi bayi," bisik Max, matanya memancarkan kerinduan. Citra tersenyum kaku, mengangguk seolah mencoba mengingat. Otaknya mencatat: mawar merah muda, pipi bayi. Detail kecil yang mungkin berarti. Ia membalas genggaman tangan Max, sebuah respons otomatis yang kini terasa lebih alami. Ia mengamati Max, betapa tulusnya sorot mata itu, betapa murninya cinta yang terpancar darinya. Ini adalah cinta yang tidak pernah ia alami. Kebencian pada Petricia semakin menjadi-jadi, karena wanita itu berani mencoba merusak keindahan tulus seperti ini.

Interaksinya dengan Nyonya Clara dan Tuan William juga memberinya informasi tak langsung. Saat makan malam, Tuan William sering membahas bisnisnya, terkadang menyebutkan nama-nama rekanan atau proyek-proyek besar. Citra, yang berpura-pura hanya mendengarkan sambil menikmati hidangan, mencatat setiap detail: nama-nama perusahaan, tanggal-tanggal penting, bahkan kerutan di dahi Tuan William saat ia membahas persaingan. "Kita harus berhati-hati dengan merger baru-baru ini, Ma. Banyak pemain lama yang terancam," kata Tuan William suatu malam, tanpa menyadari bahwa putri amnesianya sedang menganalisis setiap kata. "Bisa jadi ada kaitannya dengan catatan itu," pikir Citra, otaknya solah langsung menghubungkan potongan puzzle yang sudah mulai terlihat bentuknya meski sedikit.

Petricia di sisi lain, merasakan gejolak frustrasi yang semakin memuncak. Setelah kegagalan 'insiden teh', ia tahu ia tidak bisa lagi melakukan hal-hal yang terlalu jelas. Tapi melihat Leticia yang kini semakin 'normal', berinteraksi dengan bebas dengan Max dan orang tuanya, seolah melupakan dirinya, membuat Petricia gila. Kecemburuannya kini bukan hanya sekadar iri, tapi berubah menjadi keinginan untuk menghancurkan.

Ia mulai melancarkan serangkaian manuver yang lebih halus, hampir tak terdeteksi. Suatu pagi, Petricia menemukan buku harian Leticia yang tidak sengaja lupa ditutup oleh Citra di meja. Ia melihat halaman yang masih basah bekas teh, dan raut wajahnya mengeras. Diam-diam, ia mengambil halaman itu, merobeknya, dan menggantinya dengan halaman kosong yang ia siapkan, mencoba meniru tulisan tangan Leticia. Namun, Petricia tidak menyadari bahwa Citra sudah membaca dan memindai semua informasi penting. "Akan kubuat kau gila, Leticia," bisik Petricia pada dirinya sendiri, senyum sinis tersungging di bibirnya. Kemudian, ia 'menemukan' kembali buku harian itu dan meletakkannya di tempat yang agak mencolok, seolah Leticia memang lupa.

Tak hanya itu, Petricia juga mulai menyebarkan bisikan halus di antara pelayan. "Kasian ya Nona Leticia, kadang dia melamun lama sekali, seperti melihat sesuatu yang tidak ada," atau "Beberapa kali aku dengar dia bicara sendiri di kamarnya. Semoga saja bukan karena dia kesepian." Bisikan-bisikan ini, yang terdengar seperti kepedulian, perlahan mulai menanamkan benih keraguan tentang kondisi mental Leticia di mata para pekerja rumah tangga. Citra, yang menangkap bisikan-bisikan itu dari jarak jauh, hanya tersenyum tipis. Ia tahu Petricia sedang bermain, dan ia punya banyak cara untuk membalikkan situasi.

Beberapa hari kemudian, sebuah acara makan malam kecil diadakan di rumah untuk menyambut paman dan bibi dari pihak Nyonya Clara, Tuan Hendra dan Nyonya Sofia. Keduanya adalah sosok yang ramah namun dikenal cukup banyak bicara. Selama makan malam, Citra duduk tenang, sesekali tersenyum atau menjawab pertanyaan sederhana dengan nada polos. Namun, telinganya tetap tajam.

"Kasian sekali Leticia ini ya, dia amnesia," kata Nyonya Sofia prihatin, "Padahal dulu dia sering sekali pergi dengan Arka itu. Ke mana ya dia sekarang?"

Tuan William dan Nyonya Clara tampak sedikit tegang. "Jangan bicarakan hal itu, Sofia. Itu masa lalu," potong Nyonya Clara cepat, melirik Petricia yang ekspresinya sedikit menegang. Max, yang duduk di samping Leticia, juga tampak kebingungan.

"Arka? Siapa dia, Ma?" tanya Leticia (Citra) dengan nada penasaran yang meyakinkan.

"Bukan siapa-siapa, sayang. Hanya teman lama" jawab Nyonya Clara, berusaha mengalihkan pembicaraan.

Namun bagi Citra nama itu adalah kepingan puzzle yang sangat penting. "Arka" ia mengulang dalam benaknya, menautkan informasi itu dengan catatan "Habisi" yang ia temukan. Paman Hendra, yang sedikit mabuk anggur, menambahkan, "Dia itu... partner bisnis kakekmu dulu, kan? Yang punya masalah dengan proyek tanah di pinggir kota itu..." Sebelum ia bisa melanjutkan, Nyonya Clara sudah memberinya kode keras untuk diam.

Malam itu, di kamarnya Citra menyusun semua informasi baru. Arka, partner bisnis kakek, proyek tanah di pinggir kota. Apakah Leticia asli tahu sesuatu tentang bisnis itu? Apakah kematian Leticia bukan hanya ulah Petricia yang cemburu, tapi juga ada motif bisnis yang lebih besar di baliknya? Rasa dingin merayap di punggung Citra. Permainan ini jauh lebih rumit dari yang ia duga. Petricia mungkin hanya pion kecil dalam skema yang lebih besar.

Tekadnya kini membaja. Ia tidak hanya akan mengungkap Petricia, tetapi juga seluruh jaring kejahatan yang melilit keluarga ini, apa pun dan siapa pun yang terlibat. Leticia asli pasti menemukan sesuatu yang sangat berbahaya, sesuatu yang mengancam nyawa, dan kini beban itu ada di pundak Citra. Ia harus mencari tahu apa itu proyek tanah, siapa Arka sebenarnya, dan bagaimana Leticia asli terhubung dengan semua ini. Perang sesungguhnya baru akan dimulai, dan kali ini, Citra akan memulainya dengan gerakan yang lebih terencana dan mematikan.

1
Srie Handayantie
gagal maning yaa cit, baru bilang intro udah ada keadaan darurat sajaa . 😪
Srie Handayantie
kebencian turun temurun ternyata,,🙈
NU salah gegedug tilihur tapi kabawa Ampe cicit na 🤦
mei_yull⁶
di buat penasaran
uni_riva
lah udh pagi aja ini/Facepalm/
uni_riva
kira2 yg nulis panas dingin jga kaga yaaak🤣
uni_riva
citra gmna rasanya 🤣
uni_riva
aku sengaja nunggu up nya bnyak Krn tak mau di gantung tak bertali sprti ini 🤣🤣
uni_riva
ahhh blm apa2 pikiran udh ke awang2 🤣🤣🤭
uni_riva
gpp citra terima & jalani aja alur kehidupan mu yg skrg ,Krn jiwa mu jga sdh menempati tubuh leticia saat ini
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
Ya Allah.... itu hp krang kring mulu, ganggu aja siihhh/Curse/ lama² ku banting juga lho..
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©: kesabaran ku setipis tissu/Cry/
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: sabar buk sabarrr/Shy/
total 2 replies
Srie Handayantie
iyaa lanjutkan lah apapun yg sudah menjadi tekadmu cit, jgn pernh mundurr siapa tau kedepannya bisa menemukan dalang dibalik itu smua 🤔 aku curiga dalang nya masih disembunyikan si cepott jadi belum ketahuan🤭😂
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
ayok Tia mulai lah menjadi Mei yang suka teriak pada ketiga Bestinya... buat orang itu kesakitan dalam telinga nya
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: astaghfirullah🤣🤣
total 1 replies
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
idihhh nenek lampir/Speechless/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
tidak ada yg kebetulan di dunia ini Citra.. dan jika itu terjadi, maka itulah takdirmu..
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Ooohhh
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
uhhh ada janji masa kecil ternyata
Srie Handayantie
berarti karna janji disaat dia kecill dulu makanya dia masuk dalam tubuh leticia dan menepatinya,
Zea Rahmat
reinkarnasi yg kebetulan km citra masuk ke tubuh keturunan nenek sophia
nurul supiati
msih gk nemu plottt twist nya gimna dan arahnya kmna
nurul supiati
ouhh karena harta yakkk... pantesan bgtu apa tuan dan nyonya Anderson menyakiti kmbaran nyonya clara
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!