Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minta Maaf
"Pergi minta maaf pada Tuan Daegan, bila perlu berlututlah!"
Ucapan William terus terngiang di pikiran Kanza.
"Apa aku harus melakukannya?" tanya Kanza pada Mia. Saat ini mereka tengah berada di rumah dan menikmati sarapan mereka.
Mia mengeryit nampak berpikir. "Menurutku ada bagusnya kau minta maaf. Bukan karena mengakui kau salah, hanya saja ini demi kebaikanmu."
"Tapi, aku tidak yakin dia akan memaafkan aku. Ya, mengingat bagaimana aku menamparnya di depan rekan kerjanya." Meski lagi- lagi sebenarnya dia tak bersalah.
Sungguh sial untuknya.
"Setidaknya kau sudah mencobanya."
"Baiklah demi masa depanku."
"Perlu aku temani?" Kanza menggeleng.
"Aku akan menanganinya sendiri."
"Baiklah, sekarang minum susumu." Mia menyodorkan segelas susu untuk Kanza. "Pastikan keponakanku baik- baik saja."
Kanza tersenyum dengan mengelus perutnya. "Terimakasih, bibi," ucap Kanza dengan menirukan suara anak kecil, hingga Mia tertawa.
"Baiklah aku kerja dulu." Mia beranjak meninggalkan Kanza yang masih duduk di kursi makan.
"Hati- hati." Kanza melambaikan tangannya dan menatap kepergian Mia. Gadis itu bekerja di dua tempat sekaligus. Saat malam hari dia bekerja di klub, dan siang harinya Mia bekerja di sebuah mini market. Dan dia sangat berterimakasih saat dia tak memiliki apapun, Mia bahkan memperhatikan kesehatan bayinya dengan memberinya susu ibu hamil.
"Aku juga akan giat bekerja," ucap Kanza menyemangati dirinya sendiri, lalu beranjak untuk merapikan bekas makan mereka.
Setelah ini dia akan menemui Tuan Daegan untuk meminta maaf karena menamparnya. Meski dia tidak bersalah, tapi tak masalah dia mengalah demi masa depannya dan anaknya. Kanza ingin tidak percaya dengan perkataan William tentang dirinya yang mungkin akan di blacklist dari semua pekerjaan. Namun, saat bukan hanya William yang mengatakannya, tapi banyak para pelayan klub yang juga mengatakan itu bahkan Mia.
Jadi bagaimana pun dia harus meminta pengampunan pada pria itu.
Jika semua sudah berjalan lancar Kanza akan berkeliling mencari pekerjaan lain. Selagi dia bisa, dia akan melakukan pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhannya dan anaknya kelak.
Meski dulu dia tidak di perlakukan seperti Olivia, setidaknya ayahnya masih memberinya uang meski tak sebesar jumlah uang yang di berikannya pada Olivia, hingga Kanza tak perlu bekerja, meski harus menghemat agar uangnya cukup. Tapi sekarang dia telah terusir hingga mau tak mau dia berusaha mandiri.
Kanza menatap ke depan dengan tekad yang kuat. Jika hidupnya sekarang ini lebih baik dari pada tinggal di rumah ayahnya yang hanya ada penyiksaan dan penderitaan.
Kanza akan buktikan jika dia bisa hidup meski tanpa uang ayahnya.
...
Kanza menatap alamat yang di berikan William padanya dimana Tuan Daegan tinggal.
Rumah itu nampak besar dengan pagar tinggi yang di jaga dua orang pria berseragam keamanan.
Kanza melongokan wajahnya dari celah pagar untuk mengintip ke dalam. Namun, saat ini dia melihat penjaga keamanan melihatnya.
"Hei, apa yang kau lakukan!" tegurnya.
Kanza menegakkan tubuhnya dan menunggu gerbang terbuka. "Bisakah aku bertemu Tuan Daegan?" tanya Kanza dengan sedikit takut. Melihat tampang kedua penjaga itu yang lumayan menyeramkan Kanza bergidik ngeri.
"Siapa kau? Sudah membuat janji?"
Kanza menggeleng. "Kalau begitu, pergilah."
"Tolonglah, aku harus bertemu Tuan Daegan sekarang," pinta Kanza dengan memelas.
"Tidak sembarang orang bisa bertemu dengan Tuan. Pergi sebelum kami membuat kekerasan."
Kanza menggigit bibirnya panik. Kalau dia tidak bertemu Daegan sekarang dia tak bisa pergi mencari pekerjaan lain, bahkan kembali bekerja di klub malam.
"Kalau begitu bagaimana caranya membuat janji dengan, Tuan Daegan?" tanya Kanza saat dua penjaga itu akan masuk.
"Hubungi Tuan Tarran, dan buatlah janji dengannya."
Kanza ingat pria bernana Tarran adalah pria yang menghadangnya karena menampar Tuan Daegan.
Penjaga itu berbalik kembali hendak melanjutkan langkahnya untuk masuk saat lagi- lagi Kanza mencegahnya dengan bertanya.
"Kalau begitu bagaimana aku bisa menghubungi Tuan Tarran." Kanza bahkan menghadang kedua penjaga tersebut dengan merentangkan tangannya.
Di saat yang sama sebuah mobil berhenti dan menekan klakson, lalu dengan sigap kedua penjaga itu membuka gerbangnya lebar.
Kanza menatap mobil tersebut, namun dia tak bisa melihat siapa orang di dalamnya. Hingga dia melihat penjaga kembali menutup gerbangnya.
"Tunggu, Tuan? Bagaimana denganku?" Kanza menahan gerbang agar tak tertutup rapat.
"Itu, Tuan Tarran," tunjuk penjaga pada mobil yang baru saja masuk.
"Kalau begitu bisakah aku masuk. Aku janji aku hanya sebentar."
"Tidak bisa. Sudah aku bilang buat janji dulu."
"Ya, tapi Tuan Taran ada disana, bukan." Tunjuk Kanza pada pria yang baru saja kelur dari mobil.
"Tetap tidak bisa!" Kanza berdecak kesal, namun memanfaatkan tubuh kecilnya Kanza tak bisa menyerah dan menerobos dari gerbang yang hendak tertutup dan berlari ke arah Tuan Tarran.
"Hei, Nona!" Tak peduli dengan dua penjaga yang mengajarnya, Kanza terus berlari dan menghadang pria yang hendak menaiki teras.
"Tuan, maafkan aku. Bisakah aku bertemu Tuan Daegan?"
Tarran menatap Kanza, lalu menoleh pada para penjaga yang berlari ke arahnya.
"Kenapa kalian membiarkan orang lain masuk sembarangan," katanya dengan tajam. Dia ingat gadis ini yang berani menampar Tuannya tadi malam. Berani- beraninya dia menerobos masuk.
"Maafkan kami, Tuan. Kami akan segera membawanya keluar." ucap salah satu pengawal dan menghampiri Kanza.
Kanza menggeleng. "Maafkan aku Tuan Tarran, aku hanya perlu bertemu Tuan Daegan untuk meminta maaf, bisakah kau menolongku ... aku janji aku tidak akan membuat keributan."
Tarran bergeming, dan melanjutkan langkahnya, sementara tangan Kanza di cekal dua penjaga keamanan.
"Tuan aku mohon. Aku hanya ingin minta maaf padanya!" Tarran menghentikan langkahnya saat Kanza di seret untuk segera keluar.
"Tunggu!" Para penjaga berhenti. "Biarkan dia masuk."
Kanza menghela nafasnya lega saat para penjaga melepaskannya, dan dia segera menghampiri Tarran.
"Kau bilang kau akan minta maaf?" tanya Tarran masih dengan wajah acuh tak acuhnya.
Kanza mengangguk dengan wajah serius. "Ya, Tuan."
"Apa yang akan kau lakukan untuk meminta maaf?" Tarran melihat Kanza dari atas ke bawah sambil berpikir apa yang Tuannya lihat dari gadis berpakaian sederhana ini. Hingga dia harus mencari informasi tentangnya.
"Apa saja," jawab Kanza.
"Apa saja?" Tarran menyeringai. "Kau tahu apa saja termasuk konteks sensitif, bukan?" Kanza mengerutkan keningnya mendengar ucapan Tarran.
"Maksudku tidak begitu, Tuan-" Kanza menggeleng cepat.
Tarran mendengus. "Tidak ada perubahan. Aku tidak akan membiarkanmu masuk jika kau menolak Tuan Daegan."
Kanza tertegun. Apa ini jalan yang salah?
Dia sedang masuk ke kandang serigala. Tapi, bagaimana dengan masa depannya dan anaknya nanti jika dia tidak bisa mendapatkan maaf dari Tuan Daegan.
Saat ini Kanza ingin mengutuk pria bernama Daegan itu, bagaimana bisa ada orang sepertinya yang bisa- bisanya menindas orang kecil sepertinya.
"Sudah membuat keputusan? Kalau iya, ikuti aku. Kalau tidak, pergilah sekarang juga." Kanza menelan ludahnya kasar, lalu melangkahkan kakinya mengikuti Tarran yang menyeringai.
"Persiapkan dirimu, Nona."
berantem2 yg manis..🤭
semangat💪🏻
makin seru aja bikin penasaran kelanjutanya🥰